Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 3:4-8
Iman merupakan hal pertama dalam
susunan mendasar dari kehidupan orang Kristen, yaitu kehidupan yang kudus bagi hidup
gereja. Mereka yang mundur itu, termasuk banyak yang meninggalkan hidup gereja,
mengalami kehilangan iman. Mereka mungkin tidak kehilangan iman mereka
seluruhnya, namun paling tidak sebagian. Mereka mungkin tidak lagi mempunyai penampakan
terhadap kepercayaan yang obyektif, yaitu isi dari ekonomi Perjanjian Baru
Allah. Ketika orang-orang ini berada di dalam hidup gereja, mereka benar-benar memiliki
penampakan. Mereka telah nampak pemulihan Allah dan betapa Allah Tritunggal
menyalurkan diri-Nya ke dalam kita. Tetapi, mereka lambat laun tidak nampak hal-hal
itu lagi. Ketika seseorang tidak nampak isi ekonomi Allah, maka iman yang subyektif,
yakni tindakan percaya di dalamnya juga akan berkurang. Kemampuan percaya yang
ada di dalam kita selalu merupakan hasil atau dampak penglihatan yang tepat
akan ekonomi Allah. Sebab itu, tidak nampak visi ekonomi Allah adalah hal yang
sangat menakutkan.
Dari ayat 5 kita tahu bahwa Paulus khawatir
jangan-jangan si penggoda telah menggoda orang-orang Tesalonika sehingga sia-sialah
jerih payah rasul di antara mereka. Paulus tahu bahwa sekali kita kehilangan
penglihatan akan isi ekonomi Allah, kita akan digoyahkan dan terseret dari
jalur iman. Kemudian apa pun yang telah kita dengar tentang ekonomi Allah akan menjadi
sia-sia. Fakta ini jelas tergambar pada kehidupan kebanyakan orang yang telah
meninggalkan hidup gereja. Situasi mereka membenarkan bahwa ketika kita tidak
nampak ekonomi Allah, maka semua yang telah kita dengar itu menjadi sia-sia.
Dalam ayat 6 Paulus membicarakan iman dan kasih. Kasih adalah
luapan dan hasil iman. Kita telah nampak bahwa iman itu fondasi, kasih itu bangunan,
dan pengharapan itu batu atapnya. Ketika menulis kata-kata yang membesarkan
hati orang-orang Tesalonika, Paulus pertama-tama menyinggung iman dan kemudian sedikit
demi sedikit membawa masuk kasih. Karena itu, dalam ayat 6 ini ia membicarakan
iman dan kasih kaum beriman.
Ayat 7 mengatakan, "Maka kami juga, Saudara-saudara, dalam
segala kesusahan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu." Keadaan yang baik dari kaum beriman selalu
merupakan hiburan bagi para sekerja Allah, yang bekerja atas diri mereka dan memikul
mereka sebagai beban. "Kesusahan" di sini dalam bahasa Yunaninya dapat
pula diterjemahkan penderitaan, suatu kebutuhan yang mendesak akibat
malapetaka. Malapetaka membawa orang ke dalam posisi didesak oleh kebutuhan
akan makanan, air, pakaian, dan rumah. Walaupun para rasul sendiri menghadapi
kebutuhan dan kesulitan yang amat mendesak dan menyusahkan, namun hati mereka
terhibur karena iman orang-orang Tesalonika. Sekali lagi Paulus membicarakan
iman.
Dalam ayat 8 Paulus meneruskan, "Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di
dalam Tuhan." Kaum beriman berdiri teguh di dalam Tuhan menyuplaikan hayat kepada
rasul. Berdiri teguh di dalam Tuhan berlawanan dengan goyah imannya (ayat 3).
Jika kaum beriman muda yang Anda layani berdiri teguh di dalam Tuhan, keadaan
itu pasti meministrikan suplai hayat kepada Anda.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Tesalonika, Buku 1, Berita 14
No comments:
Post a Comment