Hitstat

26 December 2014

1 Tesalonika - Minggu 7 Jumat



Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 3:4-8


Iman merupakan hal pertama dalam susunan mendasar dari kehidupan orang Kristen, yaitu kehidupan yang kudus bagi hidup gereja. Mereka yang mundur itu, termasuk banyak yang meninggalkan hidup gereja, mengalami kehilangan iman. Mereka mungkin tidak kehilangan iman mereka seluruhnya, namun paling tidak sebagian. Mereka mungkin tidak lagi mempunyai penampakan terhadap kepercayaan yang obyektif, yaitu isi dari ekonomi Perjanjian Baru Allah. Ketika orang-orang ini berada di dalam hidup gereja, mereka benar-benar memiliki penampakan. Mereka telah nampak pemulihan Allah dan betapa Allah Tritunggal menyalurkan diri-Nya ke dalam kita. Tetapi, mereka lambat laun tidak nampak hal-hal itu lagi. Ketika seseorang tidak nampak isi ekonomi Allah, maka iman yang subyektif, yakni tindakan percaya di dalamnya juga akan berkurang. Kemampuan percaya yang ada di dalam kita selalu merupakan hasil atau dampak penglihatan yang tepat akan ekonomi Allah. Sebab itu, tidak nampak visi ekonomi Allah adalah hal yang sangat menakutkan.

Dari ayat 5 kita tahu bahwa Paulus khawatir jangan-jangan si penggoda telah menggoda orang-orang Tesalonika sehingga sia-sialah jerih payah rasul di antara mereka. Paulus tahu bahwa sekali kita kehilangan penglihatan akan isi ekonomi Allah, kita akan digoyahkan dan terseret dari jalur iman. Kemudian apa pun yang telah kita dengar tentang ekonomi Allah akan menjadi sia-sia. Fakta ini jelas tergambar pada kehidupan kebanyakan orang yang telah meninggalkan hidup gereja. Situasi mereka membenarkan bahwa ketika kita tidak nampak ekonomi Allah, maka semua yang telah kita dengar itu menjadi sia-sia.

Dalam ayat 6 Paulus membicarakan iman dan kasih. Kasih adalah luapan dan hasil iman. Kita telah nampak bahwa iman itu fondasi, kasih itu bangunan, dan pengharapan itu batu atapnya. Ketika menulis kata-kata yang membesarkan hati orang-orang Tesalonika, Paulus pertama-tama menyinggung iman dan kemudian sedikit demi sedikit membawa masuk kasih. Karena itu, dalam ayat 6 ini ia membicarakan iman dan kasih kaum beriman.

Ayat 7 mengatakan, "Maka kami juga, Saudara-saudara, dalam segala kesusahan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu." Keadaan yang baik dari kaum beriman selalu merupakan hiburan bagi para sekerja Allah, yang bekerja atas diri mereka dan memikul mereka sebagai beban. "Kesusahan" di sini dalam bahasa Yunaninya dapat pula diterjemahkan penderitaan, suatu kebutuhan yang mendesak akibat malapetaka. Malapetaka membawa orang ke dalam posisi didesak oleh kebutuhan akan makanan, air, pakaian, dan rumah. Walaupun para rasul sendiri menghadapi kebutuhan dan kesulitan yang amat mendesak dan menyusahkan, namun hati mereka terhibur karena iman orang-orang Tesalonika. Sekali lagi Paulus membicarakan iman.

Dalam ayat 8 Paulus meneruskan, "Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan." Kaum beriman berdiri teguh di dalam Tuhan menyuplaikan hayat kepada rasul. Berdiri teguh di dalam Tuhan berlawanan dengan goyah imannya (ayat 3). Jika kaum beriman muda yang Anda layani berdiri teguh di dalam Tuhan, keadaan itu pasti meministrikan suplai hayat kepada Anda.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Tesalonika, Buku 1, Berita 14

No comments: