Pembacaan Alkitab: Luk. 1:26-28, 38
Doa baca: Luk. 1:38
Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini
hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan
dia.
Kelahiran Kristus dipersiapkan dan digenapkan
berdasarkan kuasa kedaulatan Allah (1:18; Luk. 1:26-27). Berdasarkan kuasa
kedaulatan-Nya, Allah menikahkan Yusuf dengan Maria untuk melahirkan Kristus
sebagai pewaris sah atas takhta Daud. Pernikahan adalah sebuah misteri.
Tidaklah mudah menyatukan dua orang, terutama mengenai kelahiran Kristus.
Menyatukan Yusuf dan Maria itu bukanlah masalah yang sederhana. Menurut
silsilah Kristus dalam Injil Matius, Yusuf adalah keturunan Zerubabel, seorang
tawanan yang telah dipulangkan. Zerubabel, pemimpin suku Yehuda dan keturunan
dari keluarga raja yang membawa para tawanan dari Babilon ke Yerusalem (Ezr.
2:2). Akhirnya, ia pun memimpin dalam membangun kembali Bait Suci (Ezr. 3:8;
5:2). Yusuf adalah keturunannya. Jika nenek moyang Yusuf dan Maria tetap di
Babilon dan mereka dilahirkan di sana, bagaimana Yesus bisa dilahirkan oleh
Maria di Betlehem? Kini kita dapat melihat kuasa kedaulatan Allah dalam hal
mengembalikan para leluhur Yusuf dan Maria.
Berdasarkan kuasa kedaulatan-Nya, Allah
menempatkan Yusuf dan Maria di dalam satu kota, yakni Nazaret (Luk. 1:26; 2:4).
Yusuf dan Maria bukan hanya keturunan dari tawanan-tawanan yang dipulangkan,
malahan hidup di kota kecil yang sama. Ini memungkinkan mereka berdekatan dan
menikah.
Lebih lanjut lagi, ketika kita memeriksa
silsilah-silsilah dalam Matius dan Lukas, kita akan menemukan bahwa Yusuf
adalah keturunan dari garis raja, garis Salomo (ayat 6-7), sedang Maria adalah
keturunan garis kaum awam, garis Natan (Luk. 3:31). Meskipun Yusuf dan Maria
menikah, namun Yesus dilahirkan dari Maria, bukan dari Yusuf. Kelihatannya dari
luar Dia dilahirkan dari Yusuf, padahal dari Maria (1:16). Hal ini mutlak
merupakan kuasa kedaulatan Allah.
Berdasarkan pengaturan kedaulatan ini, Yesus
merangkap sebagai orang biasa, juga sebagai pewaris takhta raja. Inilah
alasannya Dia memiliki dua silsilah, yang satu di dalam Lukas, yang menjelaskan
status-Nya yang awam, sedang yang lain di dalam Matius, menjelaskan status
raja-Nya. Status-Nya yang awam berasal dari Maria, sedangkan status raja-Nya
berasal dari Yusuf. Demikianlah Yesus dilahirkan berdasarkan kuasa kedaulatan
Allah. Tidak seorang pun di antara kita yang dilahirkan di bawah kuasa
kedaulatan semacam ini. Hanya Yesus semata yang mempunyai syarat menikmati
pengaturan kedaulatan serupa ini.
Menurut Lukas 1:26-28, kelahiran Kristus
terjadi melalui ketaatan Maria. Di sini saya ingin menyampaikan sepatah kata
kepada kaum muda. Bagi seorang perempuan muda seperti Maria alangkah sulitnya
untuk menerima amanat mengandung seorang anak. Membaca catatan ini memang
mudah. Namun, seandainya seorang saudari muda di antara kita menerima amanat
seperti itu malam ini, bisakah ia menerimanya? Ini bukan masalah yang tanpa
arti. Tetapi setelah mendengar kata-kata malaikat,
Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut
perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Ini kelihatannya sederhana, tetapi harganya
sangat tinggi. Untuk melahirkan Kristus, Maria telah membayar harga yang sangat
tinggi — harga atas seluruh dirinya. Melahirkan Kristus tidaklah mudah,
tidaklah murah. Kalau kita mau melahirkan Kristus, kita harus membayar harga.
Maria telah membayar harga.
No comments:
Post a Comment