Hitstat

19 October 2017

Matius - Minggu 3 Kamis

Pembacaan Alkitab: Luk. 1:26-28, 38
Doa baca: Luk. 1:38
Kata Maria, "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.


Kelahiran Kristus dipersiapkan dan digenapkan berdasarkan kuasa kedaulatan Allah (1:18; Luk. 1:26-27). Berdasarkan kuasa kedaulatan-Nya, Allah menikahkan Yusuf dengan Maria untuk melahirkan Kristus sebagai pewaris sah atas takhta Daud. Pernikahan adalah sebuah misteri. Tidaklah mudah menyatukan dua orang, terutama mengenai kelahiran Kristus. Menyatukan Yusuf dan Maria itu bukanlah masalah yang sederhana. Menurut silsilah Kristus dalam Injil Matius, Yusuf adalah keturunan Zerubabel, seorang tawanan yang telah dipulangkan. Zerubabel, pemimpin suku Yehuda dan keturunan dari keluarga raja yang membawa para tawanan dari Babilon ke Yerusalem (Ezr. 2:2). Akhirnya, ia pun memimpin dalam membangun kembali Bait Suci (Ezr. 3:8; 5:2). Yusuf adalah keturunannya. Jika nenek moyang Yusuf dan Maria tetap di Babilon dan mereka dilahirkan di sana, bagaimana Yesus bisa dilahirkan oleh Maria di Betlehem? Kini kita dapat melihat kuasa kedaulatan Allah dalam hal mengembalikan para leluhur Yusuf dan Maria.

Berdasarkan kuasa kedaulatan-Nya, Allah menempatkan Yusuf dan Maria di dalam satu kota, yakni Nazaret (Luk. 1:26; 2:4). Yusuf dan Maria bukan hanya keturunan dari tawanan-tawanan yang dipulangkan, malahan hidup di kota kecil yang sama. Ini memungkinkan mereka berdekatan dan menikah.

Lebih lanjut lagi, ketika kita memeriksa silsilah-silsilah dalam Matius dan Lukas, kita akan menemukan bahwa Yusuf adalah keturunan dari garis raja, garis Salomo (ayat 6-7), sedang Maria adalah keturunan garis kaum awam, garis Natan (Luk. 3:31). Meskipun Yusuf dan Maria menikah, namun Yesus dilahirkan dari Maria, bukan dari Yusuf. Kelihatannya dari luar Dia dilahirkan dari Yusuf, padahal dari Maria (1:16). Hal ini mutlak merupakan kuasa kedaulatan Allah.

Berdasarkan pengaturan kedaulatan ini, Yesus merangkap sebagai orang biasa, juga sebagai pewaris takhta raja. Inilah alasannya Dia memiliki dua silsilah, yang satu di dalam Lukas, yang menjelaskan status-Nya yang awam, sedang yang lain di dalam Matius, menjelaskan status raja-Nya. Status-Nya yang awam berasal dari Maria, sedangkan status raja-Nya berasal dari Yusuf. Demikianlah Yesus dilahirkan berdasarkan kuasa kedaulatan Allah. Tidak seorang pun di antara kita yang dilahirkan di bawah kuasa kedaulatan semacam ini. Hanya Yesus semata yang mempunyai syarat menikmati pengaturan kedaulatan serupa ini.

Menurut Lukas 1:26-28, kelahiran Kristus terjadi melalui ketaatan Maria. Di sini saya ingin menyampaikan sepatah kata kepada kaum muda. Bagi seorang perempuan muda seperti Maria alangkah sulitnya untuk menerima amanat mengandung seorang anak. Membaca catatan ini memang mudah. Namun, seandainya seorang saudari muda di antara kita menerima amanat seperti itu malam ini, bisakah ia menerimanya? Ini bukan masalah yang tanpa arti. Tetapi setelah mendengar kata-kata malaikat, Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Ini kelihatannya sederhana, tetapi harganya sangat tinggi. Untuk melahirkan Kristus, Maria telah membayar harga yang sangat tinggi — harga atas seluruh dirinya. Melahirkan Kristus tidaklah mudah, tidaklah murah. Kalau kita mau melahirkan Kristus, kita harus membayar harga. Maria telah membayar harga.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 1, Berita 5

No comments: