Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19
Kita perlu melihat apakah yang terkandung dalam suplai yang
limpah lengkap dari Roh itu. Pertama, suplai yang limpah lengkap ini
meliputi persona ilahi berikut hayat dan sifat ilahi. Jadi, suplai yang limpah
lengkap ini meliputi keilahian, dan keilahian mengandung hayat, sifat, apa
adanya, dan persona ilahi. Dengan perkataan lain meliputi Allah itu sendiri.
Dalam suplai yang limpah lengkap ini kita memiliki Allah berikut hayat, sifat,
apa adanya, dan personaNya.
Suplai yang limpah lengkap ini juga meliputi sifat insani yang
ditinggikan, satu sifat insani yang mengandung hayat, kehidupan, sifat, dan
persona yang tepat. Tuhan Yesus adalah Allah juga manusia. Di dalam Dia ada
sifat ilahi dan sifat insani. Karena itu, ketika Dia berada di bumi, Dia hidup
sebagai Allah, juga sebagai manusia. Seluruh kehidupan yang dialami Tuhan di
bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun berada di dalam Roh yang almuhit
ini. Karena itu, keilahian dan keinsanian, termasuk kehidupan insani Tuhan
Yesus, kini berada di dalam suplai yang limpah lengkap dari Roh yang almuhit.
Tuhan Yesus telah mati secara ajaib di atas salib. Kematian
Kristus yang almuhit telah menanggulangi setiap perkara yang negatif dalam alam
semesta. Melalui kematian-Nya, semua perkara yang mengandung dosa telah
diakhiri. Kematian yang ajaib ini juga tercakup dalam suplai limpah lengkap
dari Roh itu, demikian pula kebangkitan dan kenaikan Kristus. Sekarang dalam
suplai yang limpah lengkap dari Roh inilah kita memiliki sifat ilahi, sifat insani,
penyaliban, kebangkitan, dan kenaikan Kristus.
Suplai yang limpah lengkap Roh itu juga mengandung
atribut-atribut ilahi dan kebajikan-kebajikan insani. Allah itu kasih dan
terang, dan Dia itu kudus dan adil. Semua itu adalah bagian dari
atribut-atribut Allah. Selain itu, sebagai manusia, Kristus juga memiliki semua
pekerti manusia. Baik atribut-atribut ilahi maupun kebajikan-kebajikan insani
semuanya terkandung di dalam Roh Yesus Kristus yang almuhit. Kepatuhan dan
kasih yang kita perlukan setiap hari juga terdapat dalam suplai yang limpah
lengkap dari Roh itu. Meskipun Alkitab memerintahkan seorang istri agar tunduk
kepada suaminya dan seorang suami harus mengasihi istrinya, tetapi sebenarnya
di dalam diri kita sendiri tidak ada kepatuhan dan kasih yang sejati. Kita
tidak memiliki kepatuhan, melainkan pembangkangan; kita tidak memiliki kasih
yang tepat, yang ada hanya kasih yang tidak seimbang dan berbelit-belit.
Kepatuhan dan kasih sejati hanya terdapat dalam suplai yang limpah lengkap dari
Roh itu.
Ketika kita menikmati suplai yang limpah lengkap dari Roh itu,
kita akan mengambil bagian dalam unsur-unsur suplai ini tanpa kita sadari. Sebagai
contoh, mungkin kita mengasihi orang lain tetapi tanpa menyadari fakta bahwa
kita sedang mengasihinya. Demikian pula, mungkin kita mematuhi seseorang tetapi
kita tidak menyadari bahwa kita sedang mematuhinya. Namun, kalau kita dengan
sengaja ingin menyatakan kasih atau kepatuhan, kasih dan kepatuhan kita
bukanlah yang sejati. Kasih sejati dan kepatuhan yang sejati selalu terjadi
dengan spontan, bukan sesuatu yang kita sadari. Seorang istri yang benar-benar
mematuhi suaminya tidaklah merasa bahwa dirinya sedang mematuhi suaminya; sebab
kepatuhannya berasal dari suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus.
Sumber kebajikan-kebajikan yang sejati adalah suplai yang limpah
lengkap dari Roh Yesus Kristus. Ketika Paulus bersukacita dalam penjara di
Roma, ia bukan dengan sengaja berusaha untuk bersukacita. Sukacitanya bukan
hasil usahanya sendiri, dan sama sekali bukan sandiwara. Karena Paulus
mengasihi Allah Tritunggal, membuka dirinya kepada Allah Tritunggal, dan
berkomunikasi dengan Allah Tritunggal, maka Allah Tritunggal beroleh jalan yang
bebas untuk menginfuskan segala apa adanya Dia ke dalam Paulus. Akibatnya,
Paulus dapat mengetahui bahwa pada Allah Tritunggal ini ada suplai yang limpah
lengkap dari Roh Yesus Kristus. Karena ia mengalami suplai ini, ia dapat
bersukacita dalam Tuhan sekalipun ia berada di dalam penjara dan diborgol.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 48
No comments:
Post a Comment