Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19; 2:12
Menurut Kitab Filipi ada satu keselamatan yang konstan dalam
kehidupan kita yang riil. Mengatakan keselamatan ini konstan berarti
keselamatan ini dapat kita alami tiap hari, tiap jam, dan tiap saat.
Dalam Filipi 1 dan 2 Paulus dua kali menggunakan kata
“keselamatan”. Dalam 1:19 ia berkata, “Karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya
ini ialah keselamatanku.” Dalam 2:12 ia berkata kepada kaum saleh di Filipi,
“Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.”
Keselamatan dalam 1:19 menunjukkan keselamatan yang Paulus alami selama ia
berada dalam penjara di Roma. Sebagai orang Yahudi asli, ia tertawan dalam
penjara di Roma yang jauh dari kampung halamannya. Dengan istilah hari ini,
Paulus ditawan oleh imperialis Romawi. Seorang bangsa Yahudi berada di dalam
penjara di Roma sungguh merupakan perkara yang memalukan, suatu aib. Mungkin
sebagian besar waktunya ia diborgol bersamasama dengan seorang penjaganya.
Sebagai seorang Yahudi yang berpendidikan tinggi diborgol bersama-sama seorang
penjaga penjara tentulah merupakan suatu penghinaan. Itu juga merupakan suatu
aib bagi seorang rasul Tuhan Yesus bila ditawan di dalam penjara dengan cara
demikian. Namun, Paulus bersaksi bahwa situasinya akhirnya berubah menjadi
keselamatannya.
Ketika Paulus berkata bahwa ia berharap agar situasinya beralih
menjadi keselamatannya, yang ia perhatikan bukanlah kebebasan dari
pemenjaraannya. Ada beberapa pembaca Kitab Filipi mungkin mengira harapan
Paulus ialah agar melalui doa kaum saleh, terutama mereka yang di Filipi, maka
ia dapat dibebaskan dari penjara. Namun, berdasarkan susunan tata bahasa dalam
1:19-21, itu bukan makna keselamatan yang ada di sini. Keselamatan dalam ayat
19 berkaitan dengan perkataan Paulus dalam ayat 20, yakni tentang tidak beroleh
malu dalam segala hal, dan tentang diperbesarnya Kristus dalam dirinya, baik
oleh hidup maupun oleh matinya. Jadi, dalam ayat 20 kita beroleh definisi keselamatan
yang tercantum dalam ayat 19. Karena itu, keselamatan di sini terdiri atas
perihal tidak beroleh malu dalam segala hal, dan memperbesar Kristus dalam
segala sesuatu.
Sebenarnya kata konstan tidak cukup untuk melukiskan keselamatan
yang tercantum dalam 1:19. Semua perkataan kita berkaitan dengan kebudayaan
kita. Kalau suatu perkara tidak ada dalam kebudayaan kita, maka kita tidak
mempunyai kata untuk menyebutnya. Keselamatan di sini adalah sesuatu yang
teramat indah dan ajaib, sehingga tidak ada perkataan yang memadai untuk
melukiskannya dengan sepenuhnya. Sekalipun Paulus berada di dalam penjara, ia
tidak sampai dipermalukan. Ia tahu bahwa ia tidak akan beroleh malu, malahan
akan memperbesar Kristus. Itulah keselamatan Paulus. Misalnya, Paulus tidak bersukacita
di dalam Tuhan, tetapi meratapi situasinya dan menggerutu, “Aku adalah orang
Yahudi terpanggil, aku juga rasul Tuhan Yesus Kristus yang terpanggil, yang
diberi amanat, dan yang diutus oleh-Nya. Sekarang aku berada di dalam penjara
dan diborgol bersama-sama seorang penjaga. Oh, alangkah malangnya!” Kalau
Paulus meratap dan menggerutu sedemikian, ia pasti akan beroleh malu. Namun, Paulus tidak menangis
dan menggerutu. Sebaliknya ia bersukacita dalam Tuhan. Siapa saja yang
menjenguknya dalam penjara akan merasa kagum dan heran. Mungkin Paulus bersaksi
kepada semua sipir bahwa ia sangat bersukacita di dalam Tuhan, ia bergembira di
dalam Tuhan. Boleh jadi kenikmatan Paulus atas Kristus di dalam penjara adalah
satu faktor bagi beroleh selamatnya Onesimus, seorang budak pelarian. Setiap
orang yang mengamati Paulus di dalam penjara pasti melihatnya memuji-muji Tuhan
dan bergembira.
Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 47
No comments:
Post a Comment