Hitstat

03 February 2014

Filipi - Minggu 24 Senin



Pembacaan Alkitab: Flp. 1:19; 2:12


Menurut Kitab Filipi ada satu keselamatan yang konstan dalam kehidupan kita yang riil. Mengatakan keselamatan ini konstan berarti keselamatan ini dapat kita alami tiap hari, tiap jam, dan tiap saat.

Dalam Filipi 1 dan 2 Paulus dua kali menggunakan kata “keselamatan”. Dalam 1:19 ia berkata, “Karena aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku.” Dalam 2:12 ia berkata kepada kaum saleh di Filipi, “Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Keselamatan dalam 1:19 menunjukkan keselamatan yang Paulus alami selama ia berada dalam penjara di Roma. Sebagai orang Yahudi asli, ia tertawan dalam penjara di Roma yang jauh dari kampung halamannya. Dengan istilah hari ini, Paulus ditawan oleh imperialis Romawi. Seorang bangsa Yahudi berada di dalam penjara di Roma sungguh merupakan perkara yang memalukan, suatu aib. Mungkin sebagian besar waktunya ia diborgol bersamasama dengan seorang penjaganya. Sebagai seorang Yahudi yang berpendidikan tinggi diborgol bersama-sama seorang penjaga penjara tentulah merupakan suatu penghinaan. Itu juga merupakan suatu aib bagi seorang rasul Tuhan Yesus bila ditawan di dalam penjara dengan cara demikian. Namun, Paulus bersaksi bahwa situasinya akhirnya berubah menjadi keselamatannya.

Ketika Paulus berkata bahwa ia berharap agar situasinya beralih menjadi keselamatannya, yang ia perhatikan bukanlah kebebasan dari pemenjaraannya. Ada beberapa pembaca Kitab Filipi mungkin mengira harapan Paulus ialah agar melalui doa kaum saleh, terutama mereka yang di Filipi, maka ia dapat dibebaskan dari penjara. Namun, berdasarkan susunan tata bahasa dalam 1:19-21, itu bukan makna keselamatan yang ada di sini. Keselamatan dalam ayat 19 berkaitan dengan perkataan Paulus dalam ayat 20, yakni tentang tidak beroleh malu dalam segala hal, dan tentang diperbesarnya Kristus dalam dirinya, baik oleh hidup maupun oleh matinya. Jadi, dalam ayat 20 kita beroleh definisi keselamatan yang tercantum dalam ayat 19. Karena itu, keselamatan di sini terdiri atas perihal tidak beroleh malu dalam segala hal, dan memperbesar Kristus dalam segala sesuatu.

Sebenarnya kata konstan tidak cukup untuk melukiskan keselamatan yang tercantum dalam 1:19. Semua perkataan kita berkaitan dengan kebudayaan kita. Kalau suatu perkara tidak ada dalam kebudayaan kita, maka kita tidak mempunyai kata untuk menyebutnya. Keselamatan di sini adalah sesuatu yang teramat indah dan ajaib, sehingga tidak ada perkataan yang memadai untuk melukiskannya dengan sepenuhnya. Sekalipun Paulus berada di dalam penjara, ia tidak sampai dipermalukan. Ia tahu bahwa ia tidak akan beroleh malu, malahan akan memperbesar Kristus. Itulah keselamatan Paulus. Misalnya, Paulus tidak bersukacita di dalam Tuhan, tetapi meratapi situasinya dan menggerutu, “Aku adalah orang Yahudi terpanggil, aku juga rasul Tuhan Yesus Kristus yang terpanggil, yang diberi amanat, dan yang diutus oleh-Nya. Sekarang aku berada di dalam penjara dan diborgol bersama-sama seorang penjaga. Oh, alangkah malangnya!” Kalau Paulus meratap dan menggerutu sedemikian, ia pasti akan beroleh malu. Namun, Paulus tidak menangis dan menggerutu. Sebaliknya ia bersukacita dalam Tuhan. Siapa saja yang menjenguknya dalam penjara akan merasa kagum dan heran. Mungkin Paulus bersaksi kepada semua sipir bahwa ia sangat bersukacita di dalam Tuhan, ia bergembira di dalam Tuhan. Boleh jadi kenikmatan Paulus atas Kristus di dalam penjara adalah satu faktor bagi beroleh selamatnya Onesimus, seorang budak pelarian. Setiap orang yang mengamati Paulus di dalam penjara pasti melihatnya memuji-muji Tuhan dan bergembira.


Sumber: Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 47

No comments: