Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:16-19
Dalam Kitab Kolose Kristus tidak saja diwahyukan
sebagai Sang almuhit (meliputi segala sesuatu), juga Sang alwasi (memenuhi
segala sesuatu, luas tak terbatas). Kealwasian-Nya bersifat alam semesta. Hal
ini ditunjukkan oleh fakta bahwa dalam Kolose 2:16-17 Dia ditampilkan sebagai
wujud, substansi dari segala bayangan. Kristus adalah realitas segala hal
positif dalam alam semesta. Ini menjadikan Dia almuhit dan alwasi.
Menurut wahyu dalam Kitab Kolose, Kristus yang
alwasi dan almuhit ini adalah segala sesuatu bagi kita. Walaupun kealwasian
Kristus bersifat alam semesta, tetapi Dia seharusnya menjadi pengalaman kita
sehari-hari. Kita harus mengalami Dia dalam kehidupan dan perilaku kita
sehari-hari. Dari hari ke hari Kristus yang alwasi dan almuhit ini harus menjadi
sejati, riil, dan dapat kita alami. Di satu aspek, dalam Kitab Kolose Paulus
menampilkan wahyu tentang Kristus yang alwasi, tetapi di aspek lain, dia
membicarakan tentang pengalaman kita atas Kristus ini secara terperinci.
Kolose 2:16 mengatakan, “Karena itu, jangan biarkan
orang menghakimi kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya,
bulan baru ataupun hari Sabat.” Ketika menulis kata-kata ini, Paulus dengan
bijaksana menunjukkan perkara-perkara yang berkaitan dengan kenikmatan kita
tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun. Makan dan minum adalah
perkara tiap hari, memelihara hari Sabat adalah perkara tiap pekan, memelihara
bulan baru adalah perkara tiap bulan, dan menikmati hari raya tertentu itu
adalah perkara tiap tahun. Ketika menyebutkan hal-hal ini, Paulus menunjukkan
bahwa apa pun yang kita nikmati tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap
tahun, semuanya harus merupakan kenikmatan atas Kristus. Jika tidak, kita akan
ditipu dan dirampas dari Kristus, dijauhkan dari Kristus. Sebagai contoh,
ketika Anda makan siang, Anda haruslah memahami bahwa makanan jasmaniah Anda
adalah bayangan Kristus sebagai makanan yang sejati. Kristus adalah wujud,
substansi dari bayangan ini. Kita harus mengetahui hal ini tidak saja secara doktrinal,
tetapi juga dalam pengalaman. Ketika Anda diundang ke restoran untuk makan,
jangan pergi ke situ hanya untuk menikmati bayangan, tetapi pergilah untuk
menikmati Kristus.
Sangatlah bermakna bahwa setelah berbicara tentang
Kristus sebagai wujud dari bayangan, Paulus terus berkata, “Janganlah kamu
biarkan kemenanganmu (pahalamu) digagalkan oleh orang” (ayat 18). Menurut
konteksnya, pahala ini ialah kenikmatan atas Kristus sebagai wujud dari
bayangan itu. Kenikmatan atas Kristus benar-benar adalah suatu pahala.
Kita perlu memeriksa apakah kita telah mengalami
dan menikmati Kristus dengan praktis tiap hari, tiap pekan, tiap bulan, dan
tiap tahun. Mungkin saja kita seperti orang-orang Kolose, yang telah tertipu
atau dirampas juga dari pahala kita. Satan, Iblis itu, mungkin telah menipu
kita dari Kristus, dan kita mungkin tidak menyadarinya. Pernah sekali tas saya
yang berisi paspor dicuri dari samping tempat duduk saya ketika saya
bercakap-cakap dengan seseorang di sebuah kantor penerbangan. Tetapi pada saat
kemalingan itu saya tidak menyadari apa-apa. Tas saya telah dirampas, tetapi
saya sama sekali tidak menyadari hal tersebut. Demikian pula, kita boleh jadi
tidak menyadari bahwa musuh telah menipu atau merampas kita dari kenikmatan
kita atas Kristus. Kita mungkin telah kehilangan kenikmatan atas Kristus tiap
hari, tiap pekan, tiap bulan, dan tiap tahun, bahkan tanpa menyadarinya.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 55
No comments:
Post a Comment