Pembacaan
Alkitab: Kol. 2:20; Gal. 2:20
Menikmati Kristus, berpegang teguh kepada Dia
sebagai Kepala, berarti menyerap unsur-unsur Kristus yang kaya sebagai tanah ke
dalam kita. Dua dari unsur ini adalah pengalaman mati bersama Kristus dan
dibangkitkan bersama Dia. Dalam Kolose 2:20 Paulus menunjukkan bahwa kita telah
“mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari unsur-unsur dunia” dan dalam
Kolose 3:1 dia mengatakan bahwa kita “telah dibangkitkan bersama dengan
Kristus”. Perjanjian Baru mengatakan dengan jelas bahwa kita telah disalibkan
bersama dengan Kristus (Rm. 6:6; Gal. 2:20). Pada waktu saya masih muda, saya
berusaha sekuat tenaga untuk memahami kebenaran ini. Bagaimana kita dapat mati
bersama dengan Kristus sedangkan Dia tersalib lebih dari sembilan belas abad
yang lalu? Beberapa buku menunjukkan bahwa sewaktu Kristus tersalib, Dia pun
mencakup kita. Saudara Watchman Nee dengan Ibrani 7 mengilustrasikan hal
tersebut. Menurut Ibrani 7:9-10, “. . . dengan perantaraan Abraham telah
dipungut juga persepuluhan dari Lewi yang berhak menerima persepuluhan, sebab
ia masih berada dalam tubuh bapak leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong
bapak leluhurnya itu.” Ini berarti sewaktu Abraham mempersembahkan sepersepuluh
kepada Melkisedek, maka Lewi, keturunan Abraham, yang masih berada dalam tubuh Abraham,
juga mempersembahkan persepuluhan itu. Jika Abraham mati tanpa memiliki anak,
Lewi pun mati. Ilustrasi ini membantu saya untuk memahami bagaimana kita
tercakup dalam Kristus sewaktu Dia disalibkan.
Untuk mencari bantuan lebih lanjut dalam memahami
fakta penyaliban kita bersama Kristus, saya telah membaca banyak buku yang
menganjuri saya untuk menghitung diri saya telah mati. Tetapi, dalam pengalaman
saya, cara menghitung yang demikian itu tidak manjur. Malah semakin saya
menghitung diri saya mati, saya semakin hidup. Bertahun-tahun kemudian, mata
saya tercelik. Saya nampak bahwa Kristus yang telah disalibkan di kayu salib
itu telah menjadi Roh pemberi-hayat dalam kebangkitan. Ketika kita percaya
kepada Kristus, Roh pemberi-hayat ini masuk ke dalam roh kita. Sekarang kedua
roh ini — Roh Kudus dengan roh manusia — menjadi satu (1 Kor. 6:17). Setiap
kali kita berseru, “Tuhan Yesus,” Roh pemberi-hayat itu datang. Hal ini
menunjukkan bahwa Yesus adalah nama dan Roh itu adalah persona. Roh itu sebagai
persona sekarang berada di dalam roh kita. Apa saja yang dialami-Nya kini
menjadi sejarah kita. Ia telah mengalami penyaliban dan masuk ke dalam
kebangkitan. Setelah masuk ke dalam roh kita untuk membuat kita menjadi satu
dengan-Nya, Ia membuat pengalaman-pengalaman ini menjadi sejarah kita. Karena
itu, di dalam rohlah kita dapat berbagian dalam kematian Kristus di atas salib.
Ini bukan masalah menganggap, melainkan masalah persatuan, masalah menjadi
satu. Ketika Roh itu masuk ke dalam kita dan menjadi satu dengan kita, Roh itu
membawa khasiat kematian Kristus bersama-Nya. Sebab itu, melalui Roh majemuk
dalam roh kita, kita dapat berbagian dalam kematian Kristus. Dari hari ke hari
kita dapat mengalami khasiat kematian Kristus tersebut.
Roh pemberi-hayat yang majemuk adalah suatu minuman
almuhit yang mengandung banyak unsur. Dengan minum Roh itu, dengan spontan kita
akan menerima semua unsur yang terkandung dalam Roh itu. Khasiat kematian
Kristus merupakan salah satu unsur dalam Roh itu. Inilah yang memungkinkan kita
untuk mengalami penyaliban Kristus. Selaku Kepala, Kristus hari ini adalah Roh
almuhit dalam roh kita. Untuk berpegang teguh kepada Dia sebagai Kepala, kita
harus berada di dalam roh.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 57
No comments:
Post a Comment