Pembacaan
Alkitab: Ibr. 4:14; 7:25
Dalam Kitab Ibrani, Kitab Efesus, dan Kitab Wahyu terdapat
jendela-jendela yang melaluinya kita dapat melihat hal-hal yang di atas. Aspek
pertama dari hal-hal yang di atas tercantum dalam Ibrani 2:9. Menurut ayat ini,
kita nampak Yesus telah dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan. Sebagai
persona yang dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, Kristus jauh lebih
mustika daripada agama Yahudi atau filsafat Yunani. Memikirkan hal-hal seperti
agama Yahudi dan filsafat Yunani berarti memikirkan “hal-hal di bumi” (Kol.
3:2).
Dalam Kisah Para Rasul 2:36 kita jumpai aspek lain
dari hal-hal yang di atas. Di sini Petrus mengumumkan, “Jadi, seluruh kaum
Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Yesus, tukang kayu dari Nazaret telah
diangkat oleh Allah menjadi Tuhan atas segala sesuatu dan Kristus. Alangkah
ajaibnya! Jika kaum beriman di Kolose benar-benar menyadari hal ini, mereka
pasti tidak akan diselewengkan oleh agama Yahudi atau filsafat Yunani. Hari ini
Yesus adalah Kristus Allah, Sang terurap Allah, Tuhan segala sesuatu.
Dalam Efesus 1:20-23 Paulus mengatakan bahwa Allah
telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati; mendudukkan Dia di sebelah
kanan-Nya di surga, jauh lebih tinggi dari semua pemerintah, penguasa,
kekuasaan, dan kerajaan, dan tiap-tiap nama, dan segala sesuatu telah
ditaklukkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia diberikan-Nya kepada gereja,
Tubuh-Nya, sebagai Kepala dari segala yang ada. Kekuasaan yang digunakan Allah
dalam membangkitkan Kristus dari antara orang mati telah menjadikan Dia Kepala
dari segala yang ada bagi gereja.
Kitab Ibrani juga mewahyukan bahwa Kristus adalah
Imam Besar kita, yang “duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahabesar di surga”
(Ibr. 8:1). Dalam Ibrani 4:14 dikatakan bahwa kita mempunyai “Imam Besar Agung,
yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah”. Sebagai Imam Besar
surgawi kita “Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang
melalui Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara
mereka” (Ibr. 7:25). Ketika kita berseru kepada Tuhan dan bersekutu dengan-Nya,
kita akan merasa ada sesuatu dari surga ditransmisikan ke dalam kita. Karena
kita mempunyai seorang Imam Besar yang mendoakan kita, maka kita harus “dengan
penuh keberanian menghampiri takhta anugerah, supaya kita menerima rah-mat dan
menemukan anugerah untuk mendapat pertolongan pada waktunya” (Ibr. 4:16).
Hal-hal yang di atas itu mencakup ministri doa syafaat dari Imam Besar kita.
Karena doa syafaat-Nya, kita dapat menerima rahmat dan anugerah bagi keperluan
kita pada waktunya.
Dalam Kitab Wahyu kita nampak lebih banyak hal-hal
yang di atas. Langit telah terbuka bagi Yohanes, dan ia melihat “sebuah takhta
di surga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Why. 4:1-2). Takhta ini bukan hanya
takhta anugerah, tetapi juga takhta kekuasaan, yakni takhta pemerintahan ilahi.
Dalam Wahyu 4:5 Yohanes melanjutkan berkata, “Dari takhta itu keluar kilat dan
bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: Itulah
ketujuh Roh Allah.” Yohanes juga memberi tahu kita bahwa di tengah-tengah
takhta itu, ia melihat seekor Anak Domba (Why. 5:6). Dari visi Yohanes ini kita
memahami bahwa surga bukan tenang atau tanpa aktivitas. Sebaliknya, dari
takhta-Nya itu Allah melaksanakan pemerintahan-Nya atas alam semesta. Anak
Domba, Sang Penebus, persona yang tersembelih di atas salib bagi dosa-dosa
kita, sekarang duduk di atas takhta, dan bermata tujuh, yaitu ketujuh Roh
Allah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 3, Berita 58
No comments:
Post a Comment