Pembacaan Alkitab: Titus 1:1-9
Dalam Titus 1:1 Paulus tidak berbicara
tentang kepercayaan kaum beriman, melainkan kepercayaan umat pilihan Allah. Dengan
demikian ia menunjukkan bahwa inisiatif untuk percaya kepada Kristus berasal
dari Allah, bukan dari kita. Karena Allah telah memilih kita untuk percaya
kepada Kristus, maka kita percaya kepada-Nya. Paulus menjadi seorang rasul
menurut kepercayaan umat pilihan Allah. Ia telah memiliki kepercayaan ini dan kita
juga memilikinya. Melalui kepercayaan, Paulus dibawa ke dalam kesatuan organik dengan
Allah Tritunggal, dan dengan demikian ia dapat menerima suplai hayat yang
kekal.
Sebetulnya kerasulan Paulus meliputi empat
faktor: perintah Allah, hayat yang kekal, kepercayaan , dan pengenalan penuh akan
kebenaran. Karena keempat unsur ini, Paulus menjadi orang yang menggenggam agama.
Ia bahkan disebut pembawa sampar, seorang perusuh. Dari keempat unsur ini, yang
dua ada di pihak Allah -- perintah dan hayat yang kekal, dan dua ada di pihak kita
-- kepercayaan dan pengenalan penuh akan kebenaran. Kali pertama kita percaya kepada
Tuhan Yesus, kita memiliki kepercayaan, tetapi kita tidak memiliki pengenalan
penuh akan kebenaran. Puji Tuhan bahwa dalam pemulihan-Nya kita memiliki pengenalan
penuh akan kebenaran.
Titus 1:2 mengatakan bahwa hayat yang kekal
Allah "sebelum permulaan zaman sudah dijanjikan". Hal ini menunjukkan
bahwa janji tersebut tidak diberikan secara langsung kepada orang-orang
pilihan, melainkan dibuat oleh Bapa kepada Putra di dalam kekekalan. Yohanes 17:2
agaknya mengacu kepada hal ini. "Sama
seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian
pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan
kepada-Nya." Dengan jalan menerima hayat yang kekal, kaum beriman yang telah diberikan
kepada Putra dalam kekekalan menjadi saudara-saudara-Nya. Ibrani 2:11 menyebutkan
saudara-saudara Kristus, "Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, semuanya berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka
saudara." Karena janji hayat
yang kekal dijanjikan oleh Bapa kepada Tuhan Yesus dalam kekekalan, Alkitab
mengatakan bahwa Allah tidak memilih kita secara langsung; Ia memilih kita di
dalam Kristus. Demikian pula halnya, janji hayat yang kekal mengenai kita
diberikan kepada Kristus. Jadi, di dalam Putra kita sekarang menerima janji
tersebut.
Menurut ayat 3, Allah bukan hanya
menjanjikan hayat yang kekal sebelum permulaan zaman, tetapi pada waktu yang dikehendaki-Nya
telah menyatakan firman-Nya dalam pemberitaan Injil. Hayat yang kekal dijanjikan
oleh Bapa kepada Putra; akan tetapi apa yang telah Bapa nyatakan bukanlah hayat
yang kekal, tetapi firman-Nya. Melalui membaca ayat 2 dan 3 dengan cermat, kita
nampak bahwa firman dinyatakan sepadan dengan hayat yang kekal yang dijanjikan.
Paulus tidak mengatakan bahwa Allah menjanjikan hayat yang kekal dan kemudian
menyatakan hayat yang kekal itu. Jadi, firman Allah adalah hayat yang kekal.
Jika firman-Nya bukan hayat yang kekal secara langsung, paling tidak firman itu
memuat hayat yang kekal. Dalam pengalaman kita, kita memiliki hayat yang kekal
melalui firman.
Sumber: Pelajaran-Hayat Titus, Berita 1
No comments:
Post a Comment