Pembacaan
Alkitab: Mat. 6:10
Perihal perhentian Sabat ini berkembang secara progresif mulai
dari Kejadian 2. Dalam Kejadian 2 kita nampak bahwa hari Sabat pertama Allah
adalah setelah Ia di bumi memperoleh seorang manusia yang dapat mengekspresikan
gambar‑Nya dan berkuasa sebagai wakil‑Nya. Jadi setelah Allah memperoleh
manusia yang demikian, barulah Ia memperoleh perhentian. Itulah perhentian yang
pertama. Perhentian Allah yang kedua ialah yang diperoleh‑Nya melalui umat
Israel. Setelah umat Israel memperoleh tanah permai Kanaan dan membangun Bait
Suci yang dipenuhi kemuliaan Allah, Allah di bumi memperoleh perhentian yang
kedua. Bait yang dipenuhi oleh kemuliaan Allah di tanah permai menandakan Allah
di bumi telah mendapatkan sekelompok orang menjadi tempat kediaman‑Nya,
sehingga Ia dapat mengekspresikan diri‑Nya dan dapat melaksanakan kekuasaan‑Nya.
Inilah perhentian Allah yang kedua yang diperoleh‑Nya dari diri manusia. Jadi,
dalam kitab Perjanjian Lama terdapat dua buah kisah perhentian Allah yang
sangat menonjol : pertama tercantum dalam Kejadian 2 dan kedua tercantum dalam
1 Raja‑raja 8.
Seperti telah kita lihat dalam berita sebelumnya, ketika Tuhan
Yesus datang, Ia juga adalah perhentian Allah. Menyusul Tuhan Yesus, kita
nampak gereja sebagai perhentian hari Sabat Allah. Kristus adalah Kepala dan
gereja adalah Tubuh. Dalam Kisah Para Rasul 2, yakni ketika hari Pentakosta,
kita nampak kemuliaan Allah sekali lagi memenuhi bait, Allah sekali lagi
mendapatkan manusia sebagai tempat kediaman‑Nya sehingga Ia memperoleh
perhentian di bumi. Ini boleh kita sebut sebagai perhentian yang ketiga. Allah
di bumi pernah memperoleh seorang manusia. Meskipun Allah telah mendapatkan
sesuatu pada diri Nuh, Abraham, dan bahkan Tuhan Yesus sendiri, namun dalam
berita ini kita perlu menitikberatkan ketiga perhentian yang utama; yang
pertama ialah perhentian setelah terciptanya manusia dalam gambar Allah dan
dengan kuasa‑Nya, yang kedua yaitu ketika bait terbangun di bumi yang dipenuhi
kemuliaan Allah, dan yang ketiga ialah gereja, manusia baru itu, telah
terbangun dengan manusia‑manusia yang memiliki gambar Allah.
Kedua perhentian yang pertama, yaitu perhentian setelah
terciptanya manusia dan perhentian setelah terbangunnya Bait Suci, bukanlah
perhentian yang sejati, melainkan gambaran saja. Perhentian yang sejati yang
Allah peroleh karena mendapatkan manusia di bumi ialah terbangunnya gereja.
Gereja bukan lambang perhentian hari Sabat, melainkan realitas perhentian.
Perhentian pada masa Adam maupun perhentian pada masa pembangunan Bait Suci,
semua hanya merupakan lambang. Kegenapan perhentian adalah demi terbangunnya
gereja.
Cara Allah bertindak selalu progresif. Hal ini dapat kita lihat
dari catatan penciptaan dalam Kejadian 1. Coba pikir, mengapa Allah tidak dalam
satu hari merampungkan penciptaan‑Nya atas segala benda? Padahal jika Ia mau,
dalam beberapa menit saja sudah bisa. Pada hari pertama Ia hanya menyuruh
terang itu terbit, dan hari kedua Ia hanya menciptakan cakrawala. Andaikata
saat itu kita berada di situ, pasti kita tidak sabar lagi. Kita pasti akan
mendesak Allah dan berkata kepada‑Nya, "Allah, terang sudah ada, tetapi
kita masih perlu udara!" Kita sering lebih tergesa‑gesa daripada Allah.
Tetapi Allah sering berkebalikan dengan kita, tindakan‑Nya selalu progresif,
selangkah demi selangkah maju. Hingga suatu hari, Allah telah menjadi seorang
manusia, menaburkan diri‑Nya ke dalam manusia : dan melalui kematian dan
kebangkitan, kemudian barulah menghasilkan gereja. Allah tidak menyelesaikan
segala sesuatu dengan sekali jadi. Walaupun Allah telah menaburkan diri‑Nya
sebagai benih di dalam kita, namun waktu penuaian belumlah tiba yang kita
terima, dapatkan, dan miliki hari ini adalah benihnya, bukan tuaiannya. Allah
sangat sabar. Walaupun benih itu telah ditabur hampir 2000 tahun yang lampau,
Ia tidak merampungkan semua pekerjaan‑Nya sekaligus pada masa itu juga. Ketika
Allah menaburkan diri‑Nya ke dalam manusia, maka munculah suatu zaman yang
ajaib, yakni zaman Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus datang, Allah tidak
pernah menaburkan diri-Nya ke dalam manusia. Adam dan umat Israel hanya
lambang. Allah tidak pernah menaburkan diri‑Nya ke dalam "tanah"
Adam, atau ke dalam "tanah" umat Israel, sebab mereka semua hanya
lambang. Allah hanya menaburkan diri‑Nya ke dalam gereja yang adalah tanah yang
sejati.
No comments:
Post a Comment