Pembacaan
Alkitab: 1 Kor. 9:24-27
Allah telah menaburkan diri‑Nya ke dalam sejumlah orang sehingga mereka
menjadi gereja, di dalamnya mencakup setiap, orang yang telah menerima Tuhan
Yesus. Namun setelah menerima Tuhan Yesus, masalahnya ialah bagaimana kita
membiarkan Tuhan bertumbuh di dalam kita? Dalam perumpamaan penabur pada Matius
13 kita lihat ada 4 macam tanah. Walaupun tiap macam tanah itu telah menerima
benih yang sama, tetapi yang dikeluarkan dan dihasilkan masing‑masing
berlainan. Sudahkah Anda dilahirkan kembali? Tetapi bagaimana hasilnya? Inilah
perkara yang paling diabaikan oleh kebanyakan orang Kristen hari ini. Memang
benar hidup gereja adalah perhentian hari Sabat Allah, namun itu masih bukan
merupakan perhentian yang matang. Hidup gereja bagaikan benih yang telah
bertumbuh indah sekali, tetapi masih belum mencapai masa penuaiannya. Dalam,
hidup gereja hari ini memang ada perhentian Allah, namun perhentian ini belum
sempurna dan belum matang. Itulah sebabnya perhentian ini harus memasuki tahap
lain, yakni tahap penuaian ketika Tuhan Yesus datang kembali. Kedatangan
kembali Tuhan adalah masa penuaian. Apakah Anda sudah matang ketika masa
penuaian itu tiba? Kalau Anda bertanya kepada para petani, mereka akan memberi
tahu Anda bahwa walau masa penuaian sudah tiba, ada sebagian tanaman belum
matang. Hidup gereja hari ini memang merupakan perhentian yang sejati, tetapi
itu tidak dapat terbilang sudah matang dan sempurna. Perhentian yang matang dan
sempurna akan tiba pada masa berikutnya. Dalam 1 Korintus 3 kita nampak
bertumbuhnya ladang, sedang dalam Wahyu 14 kita nampak penuaiannya.
Kita semua dapat berada dalam perhentian pertumbuhan, tetapi dapat
tidaknya kita berada dalam perhentian penuaian kelak, sepenuhnya tergantung
pada kematangan kita. Lihatlah keadaan dewasa ini, jutaan orang Kristen telah
beroleh selamat, namun hanya sedikit yang datang menempuh hidup gereja dan
menikmati kelimpahan Tuhan. Perhentian ini sebenamya untuk semua orang Kristen,
tetapi tidak semua memasukinya. Karena itulah Surat Ibrani ditulis. Tujuan
penulisan Surat Ibrani adalah menganjurkan setiap orang yang beroleh selamat
agar mereka tidak menolak hidup gereja, melainkan berusaha dengan tekun, sekuat
tenaga, dan rajin untuk memasukinya, sebab inilah perhentian hari Sabat pada
hari ini. Perhentian dalam pertumbuhan pada hari ini adalah hidup gereja yang
riil dengan kelimpahan Kristus, dan semua orang Kristen yang sejati harus
memasuki perhentian ini dengan keberanian dan ketekunan. Bila. mereka tidak
berusaha dengan tekun, mereka akan kehilangan sasaran, seperti halnya dengan
kebanyakan umat Israel yang keluar dari Mesir. Paling sedikit ada dua juta
orang Israel telah keluar dari Mesir, tetapi hampir semuanya telah mati di
padang gurun, dan hanya sedikit sekali yang dapat masuk ke dalam perhentian.
Itu adalah lambang. Hari ini, di zaman gereja, lambang itu telah tergenap.
Walaupun ada berjuta‑juta orang Kristen telah diselamatkan, tetapi di manakah
mereka berada? Mereka masih tertinggal di Mesir atau sedang mengembara di
padang gurun. Ketika Surat Ibrani ditulis, keadaan orang Ibrani yang beriman
sedang dalam bahaya menjadi pengembara di padang gurun yang akhimya mati di
sana. Karena itu, Surat Ibrani ditulis dengan maksud menasihati mereka, agar
mereka berusaha memasuki perhentian hari Sabat hari ini.
Sekarang kita berada dalam hidup gereja, yaitu dalam perhentian
pertumbuhan hari ini, namun problemnya ialah bagaimana kita bertumbuh?
Bagaimana kita bertumbuh dalam perhentian pertumbuhan ini akan menentukan dapat
tidaknya kita mengambil bagian dalam perhentian berikutnya. Secara riil dapat
dikatakan bahwa perhentian yang berikutnya merupakan suatu pahala bagi kita
yang bertumbuh dengan tepat dalam perhentian masa kini. Perhentian berikutnya,
yaitu perhentian kematangan, akan merupakan pahala yang riil dan sesungguhnya
bagi setiap orang yang terus bertumbuh dengan tepat dalam perhentian
pertumbuhan hari ini. Dengan kata lain, jika Anda tidak bertumbuh dengan baik
dalam masa perhentian pertumbuhan ini, Anda akan kehilangan perhentian yang
berikutnya, yaitu kehilangan perhentian kematangan. Ini adalah hikmat Allah dan
sangat logis. Dengan hikmat‑Nya Allah telah memakai perhentian yang akan datang
sebagai pahala untuk mendorong kita menikmati perhentian masa kini. Kita pasti
akan menderita kerugian karena kehilangan perhentian berikutnya, jika kita
mengabaikan perhentian masa kini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 20
No comments:
Post a Comment