Pembacaan
Alkitab: Ibr. 6:1
Dasar telah diletakkan, tidak perlu meletakkannya lagi (6:1).
Dasar ini mencakup enam hal : bertobat dan meninggalkan perbuatan‑perbuatan yang
mati, percaya kepada Allah, ajaran tentang berbagai pembaptisan, penumpangan
tangan, kebangkitan orang‑orang mati dan hukuman kekal (ayat 1-2). Semua itu
merupakan dasar kehidupan kekristenan kita yang telah diletakkan ketika kita
beroleh selamat. Karena telah diletakkan, maka tidak perlu meletakkannya lagi.
Bila kita jatuh sesudah kita beroleh selamat, kita tidak usah kembali bertobat
atas hal‑hal yang telah kita sesali dahulu. Bila kita kembali mengulangi
pertobatan itu, berarti kita meletakkan dasar lagi. Jika kita jatuh dan bangun
lagi, lalu ingin maju bersama Tuhan, cukup maju saja ke depan, tanpa mengulangi
pertobatan kita yang lampau. Kita pakai lagi perumpamaan membangun balai
sidang. Seandainya fondasi balai sidang telah diletakkan dan kemudian terhenti,
kini akan dibangun lagi, maka tidak perlu meletakkan fondasi lagi. Tukang‑tukang
itu cukup membangun di atas fondasi yang telah ada. Misalnya lagi, para atlet
yang jatuh dalam perlombaan, mereka tentu tidak perlu kembali ke tempat start,
mereka cukup melanjutkan perlombaan mereka dari tempat di mana mereka terjatuh.
Kehidupan kekristenan kita juga seperti orang membangun rumah dan perlombaan.
Kalau kita jatuh ketika sedang berlari, kita tidak perlu kembali ke tempat
permulaan untuk melakukan start lagi; kita cukup melanjutkannya dari tempat di
mana kita jatuh.
Dalam butir ini kita perlu membaca ayat 7‑8, "Sebab tanah
yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya dan menghasilkan tumbuh‑tumbuhan
yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah;
tetapi jikalau menghasilkan semak duri dan rumput duri, tanah itu tidak berguna
dan sudah dekat pada kutuk yang berakhir dengan pembakaran." Mereka
yang kembali mengulang‑ulangi pertobatan yang semula itu seperti tanah yang menghisap
air hujan yang sering turun ke atasnya, namun tidak menghasilkan tumbuh‑tumbuhan
yang wajar. "Air hujan" dalam ayat 7 mengacu kepada kelima jenis hal
yang baik yang telah disinggung dalam ayat 4‑5. Menghasilkan tumbuh‑tumbuhan
adalah suatu ilustrasi dari sekuatnya maju dan mencapai kesempurnaan,
kematangan (ayat 1). Kaum beriman, sepertilah ladang, digarap oleh Allah agar
mereka dapat menghasilkan Kristus, sebagaimana ladang menghasilkan tumbuh‑tumbuhan,
hingga mencapai kesempurnaan, kematangan. Dengan demikian, mendapatkan berkat
dari Allah. Kristus adalah tumbuh‑tumbuhan yang tepat. Menghasilkan semak duri
dan rumput duri tanpa menghasilkan Kristus, itulah pemborosan semata.
Tanah itu sendiri tidak akan terbakar, namun apa yang tumbuh di
atasnya itulah yang akan terbakar. Demikian pula, orang‑orang beriman tidak
akan dibakar, namun sesuatu yang mereka hasilkan, yakni segala yang tidak
sesuai dengan ekonomi Allah, itulah yang akan terbakar. Orang beriman adalah
ladang Allah. Bila hasil usaha mereka berupa kayu, jerami, atau rumput kering,
tentu akan terbakar (1 Kor. 3:9, 12). Bila ladang dibakar itu tidak berarti
binasa, hanya berarti ditanggulangi.
Untuk mencapai tahap kematangan, kita perlu berbagian dalam apa
yang telah dicapai oleh Kristus (1:9; 3:14). Kita adalah mitra‑Nya, dan
berbagian dalam pengurapan-Nya. Jalan untuk berbagian dalam segala yang telah
dicapai oleh Kristus ialah iman. Kita tidak perlu mengerti terlalu banyak, yang
penting kita harus percaya firman-Nya, yaitu berita kesukaan yang disampaikan
kepada kita hari ini, dan berkata, "Puji Tuhan, aku adalah teman sekutu-Nya
(mitra‑Nya). Aku memiliki kedudukan dan hak untuk berbagian dalam pengurapan‑Nya."
Jangan berkata bahwa Anda tidak memiliki perasaan berbagian dalam pengurapan‑Nya.
Semakin Anda mengatakan tidak memiliki perasaan, Anda akan semakin tidak
memiliki perasaan. Iman selalu membuat apa yang tidak ada menjadi ada. Kita
percaya kepada perkataan yang Allah katakan, tidak peduli merasakannya atau
tidak. Firman Allah telah mengatakan bahwa kita adalah mitra Kristus, sebab itu
kita harus pula berkata, "Amin, aku adalah mitra Kristus!" Firman
Allah juga mengatakan Ia telah menerima pengurapan, dan sebagai mitra‑Nya, kita
juga mengambil bagian dalam pengurapan‑Nya. Dalam hal ini kita harus berkata,
"Amin, aku mengambil bagian dalam pengurapan‑Nya!"
No comments:
Post a Comment