Hitstat

04 September 2015

Ibrani - Minggu 15 Jumat



Pembacaan Alkitab: Ibr. 6:1


Dasar telah diletakkan, tidak perlu meletakkannya lagi (6:1). Dasar ini mencakup enam hal : bertobat dan meninggalkan perbuatan‑perbuatan yang mati, percaya kepada Allah, ajaran tentang berbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang‑orang mati dan hukuman kekal (ayat 1-2). Semua itu merupakan dasar kehidupan kekristenan kita yang telah diletakkan ketika kita beroleh selamat. Karena telah diletakkan, maka tidak perlu meletakkannya lagi. Bila kita jatuh sesudah kita beroleh selamat, kita tidak usah kembali bertobat atas hal‑hal yang telah kita sesali dahulu. Bila kita kembali mengulangi pertobatan itu, berarti kita meletakkan dasar lagi. Jika kita jatuh dan bangun lagi, lalu ingin maju bersama Tuhan, cukup maju saja ke depan, tanpa mengulangi pertobatan kita yang lampau. Kita pakai lagi perumpamaan membangun balai sidang. Seandainya fondasi balai sidang telah diletakkan dan kemudian terhenti, kini akan dibangun lagi, maka tidak perlu meletakkan fondasi lagi. Tukang‑tukang itu cukup membangun di atas fondasi yang telah ada. Misalnya lagi, para atlet yang jatuh dalam perlombaan, mereka tentu tidak perlu kembali ke tempat start, mereka cukup melanjutkan perlombaan mereka dari tempat di mana mereka terjatuh. Kehidupan kekristenan kita juga seperti orang membangun rumah dan perlombaan. Kalau kita jatuh ketika sedang berlari, kita tidak perlu kembali ke tempat permulaan untuk melakukan start lagi; kita cukup melanjutkannya dari tempat di mana kita jatuh.

Dalam butir ini kita perlu membaca ayat 7‑8, "Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya dan menghasilkan tumbuh‑tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, menerima berkat dari Allah; tetapi jikalau menghasilkan semak duri dan rumput duri, tanah itu tidak berguna dan sudah dekat pada kutuk yang berakhir dengan pembakaran." Mereka yang kembali mengulang‑ulangi pertobatan yang semula itu seperti tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, namun tidak menghasilkan tumbuh‑tumbuhan yang wajar. "Air hujan" dalam ayat 7 mengacu kepada kelima jenis hal yang baik yang telah disinggung dalam ayat 4‑5. Menghasilkan tumbuh‑tumbuhan adalah suatu ilustrasi dari sekuatnya maju dan mencapai kesempurnaan, kematangan (ayat 1). Kaum beriman, sepertilah ladang, digarap oleh Allah agar mereka dapat menghasilkan Kristus, sebagaimana ladang menghasilkan tumbuh‑tumbuhan, hingga mencapai kesempurnaan, kematangan. Dengan demikian, mendapatkan berkat dari Allah. Kristus adalah tumbuh‑tumbuhan yang tepat. Menghasilkan semak duri dan rumput duri tanpa menghasilkan Kristus, itulah pemborosan semata.

Tanah itu sendiri tidak akan terbakar, namun apa yang tumbuh di atasnya itulah yang akan terbakar. Demikian pula, orang‑orang beriman tidak akan dibakar, namun sesuatu yang mereka hasilkan, yakni segala yang tidak sesuai dengan ekonomi Allah, itulah yang akan terbakar. Orang beriman adalah ladang Allah. Bila hasil usaha mereka berupa kayu, jerami, atau rumput kering, tentu akan terbakar (1 Kor. 3:9, 12). Bila ladang dibakar itu tidak berarti binasa, hanya berarti ditanggulangi.

Untuk mencapai tahap kematangan, kita perlu berbagian dalam apa yang telah dicapai oleh Kristus (1:9; 3:14). Kita adalah mitra‑Nya, dan berbagian dalam pengurapan-Nya. Jalan untuk berbagian dalam segala yang telah dicapai oleh Kristus ialah iman. Kita tidak perlu mengerti terlalu banyak, yang penting kita harus percaya firman-Nya, yaitu berita kesukaan yang disampaikan kepada kita hari ini, dan berkata, "Puji Tuhan, aku adalah teman sekutu-Nya (mitra‑Nya). Aku memiliki kedudukan dan hak untuk berbagian dalam pengurapan‑Nya." Jangan berkata bahwa Anda tidak memiliki perasaan berbagian dalam pengurapan‑Nya. Semakin Anda mengatakan tidak memiliki perasaan, Anda akan semakin tidak memiliki perasaan. Iman selalu membuat apa yang tidak ada menjadi ada. Kita percaya kepada perkataan yang Allah katakan, tidak peduli merasakannya atau tidak. Firman Allah telah mengatakan bahwa kita adalah mitra Kristus, sebab itu kita harus pula berkata, "Amin, aku adalah mitra Kristus!" Firman Allah juga mengatakan Ia telah menerima pengurapan, dan sebagai mitra‑Nya, kita juga mengambil bagian dalam pengurapan‑Nya. Dalam hal ini kita harus berkata, "Amin, aku mengambil bagian dalam pengurapan‑Nya!"


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 30

No comments: