Hitstat

12 September 2015

Ibrani - Minggu 16 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Ibr. 7:3, 6-7; Yoh. 8:58


Ketika Abraham mengangkat tangannya kepada Allah, situasi saat itu tanpa kebenaran dan damai. Tanpa kebenaran karena Lot beserta seluruh hartanya telah dirampas musuh; tanpa damai karena seteru-seteru masih belum dikalahkan. Tetapi, ketika Abraham berperang, ia beriman kepada Allah. Setelah Abraham membunuh musuh-musuhnya, dan Melkisedek datang menyongsongnya, saat itu barulah ada kebenaran dan damai sejahtera. Siapakah yang mendatangkan kebenaran dan damai? Melkisedek, imam Allah yang Mahatinggi. Pada saat Abraham membunuh Kedorlaomer dan raja-raja lainnya, pasti ia didoakan oleh Melkisedek. Demi doa syafaatnya itu, maka kebenaran dan damai pun datang.

Bila Anda membaca lagi Ibrani 7, Anda akan nampak Kristus yang melayani sebagai Imam Besar adalah Dia yang berdoa syafaat. Ketika Anda sepanjang siang hari berperang membunuh hal-hal yang negatif, maka Imam Besar, Kristus, mendoakan Anda. Hal ini jelas sekali disebutkan dalam Ibrani 7:25. Pada petang hari, ketika peperangan Anda usai, dan doa syafaat-Nya juga selesai, Dia datang kepada Anda dengan roti dan anggur untuk menilimatinya bersama Anda. Inilah Imam Besar kita! Ketika pejuang itu sedang berperang, Melkisedek mengawasinya sambil mendoakan. Ia melihat kemenangan Abraham, dan tahu kapan harus datang untuk menyambutnya dengan roti dan anggur. Melkisedek yang melayani, sudah pasti sebagai Imam Besar yang mendoakan. Imam Besar yang demikian adalah Kristus kita hari ini.

Imam Besar kita yang rajani juga kekal, abadi, tanpa awal dan akhir. Dikatakan dalam Ibrani 7:3 bahwa Melkisedek "tidak berbapak, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, Ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya." Menurut catatan Kejadian 14, Melkisedek muncul secara tiba-tiba, juga menghilang dengan tiba-tiba. Ia seolah-olah tidak datang juga tidak pergi, sebab harinya tidak berawal, hidupnya tidak berkesudahan. Karena Melkisedek kita kekal, ia tidak bersilsilah. Setiap tokoh penting dalam Kitab Kejadian mempunyai silsilah, hanya Melkisedek yang tanpa silsilah. Dalam tulisan yang ilahi, Roh Kudus dengan berdaulat tidak memberikan catatan tentang awal hari Melkisedek atau kesudahan hidupnya, sehingga dia bisa menjadi lambang yang tepat akan Kristus sebagai yang kekal, menjadi Imam Besar kita sampai selama-lamanya. Ini seperti Anak Allah yang ditampilkan Injil Yohanes, yang kekal, tidak memiliki silsilah (Yoh. 1:1). Tetapi sebagai Anak Manusia, Kristus memiliki silsilah (Mat. 1:1-17; Luk. 3:23-38). Kristus yang demikian adalah Imam Besar rajani, yang menyuplaikan Allah yang telah melalui proses kepada kita dari hari ke hari. Dia langgeng, kekal, abadi, hari-Nya tidak berawal, hidup-Nya tidak berkesudahan. Ia mungkin mendatangi kita pada suatu malam, dan sewaktu kita mengalami-Nya Ia seolah-olah menghilang. Ia selamanya tidak pernah mengatakan kita selamat tinggal kepada kita, kita juga tidak pernah mengatakan sampai jumpa lagi kepada-Nya. Namun ketika kita bangun pada keesokan harinya, kita dapati bahwa Ia tetap menyertai kita. Bagi-Nya tidak ada datang atau pergi, sebab Ia adalah Imam Besar yang kekal.

Kristus, sejak kuno sudah ada, jauh lebih dahulu daripada Abraham. Hal ini terbukti dari Yohanes 8:58, "Kata Yesus kepada mereka,’Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, sebelum Abraham ada, Aku telah ada.’" Dengan ini kita nampak bahwa Kristus lebih agung daripada Abraham. Sebelum, Abraham ada, Ia telah ada Kristus sejak kuno sudah ada, namun tidak usang atau tua. Sebagai Melkisedek kita, Kristus jauh lebih dahulu dan agung daripada Abraham. Karena itu, Ia lebih agung daripada semua imam yang menurut aturan Harun. Hari ini, Imam Besar kita, Kristus, tidak lagi mempersembahkan kurban karena dosa, tetapi menyuplaikan Allah yang telah melalui proses kepada pejuang-pejuang yang menang. Inilah imamat yang rajani dalam Surat Ibrani.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 32

No comments: