Hitstat

10 September 2015

Ibrani - Minggu 16 Kamis



Pembacaan Alkitab: Ibr. 4:14


Kita harus memahami latar belakang Surat Ibrani ini. Kita telah nampak dengan jelas bahwa penerima surat ini sedang berada dalam bahaya mundur ke belakang. Mereka dalam keadaan bingung dan ragu, maka surat ini mendorong mereka untuk "datang kepada". Ini berarti penulis sendiri berada di suatu tempat, lalu Ia menghendaki pembacanya juga datang ke tempat di mana ia berada. Jadi Ia menyuruh mereka datang ke tempat maha kudus, ke takhta anugerah, dan kepada Allah itu sendiri. Di manakah Allah? Ia berada di takhta anugerah! Di manakah takhta anugerah? Di dalam tempat maha kudus. Ketika penulis menulis surat ini, ia sendiri berada di dalam tempat maha kudus, maka ia memanggil semua saudara Ibrani agar mereka juga datang ke tempat ini.

Pada butir ini kita menghadapi satu masalah, yakni di manakah sebenarnya tempat maha kudus dan takhta anugerah itu? Berdasarkan pengalaman kita, dapat kita katakan bahwa keduanya itu berhubungan dengan roh kita. Jika keduanya itu, tempat maha kudus dan takhta anugerah berhubungan dengan roh kita, sudah pasti Allah pun berada di dalam roh kita, sebab Allah berada di takhta anugerah. Asalkan kedua tempat itu berhubungan dengan roh kita, maka pasti Allah pun berada di dalam roh kita.

Alkitab menyinggung suatu tempat yang disebut Betel, rumah Allah (Kej. 28:19). Di tempat ini ada tangga yang menghubungkan langit dan bumi (Kej. 28:12), dan di atas tangga ini malaikat-malaikat Allah naik dan turun. Hal ini membuktikan bahwa tangga itu menghubungkan bumi dengan langit juga menghubungkan langit dengan bumi. Di antara bumi dengan langit, terdapat lalu lintas yang sibuk sekali, yang dinyatakan dengan naik turunnya malaikat-malaikat. Lalu lintas ini tidak dapat kita temukan di mana pun di bumi ini, kecuali di satu tempat yang istimewa yakni Betel, rumah Allah.

Betel hari ini, yakni rumah Allah, berada di dalam roh kita. Efesus 2:22 mengatakan bahwa kita "dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam roh" Gereja hari ini adalah tempat kediaman Allah, rumah Allah, dan itu ada dalam roh kita. Ketika kita, orang-orang dalam gereja, berhimpun di dalam roh, maka rumah Allah, Betel, ada di sini. Pada saat ini pula, tempat ini berhubungan dengan surga, sebab ada satu tangga yang menghubungkan bumi dengan langit dan membawakan langit ke bumi. Dengan spontan, terjadilah lalu lintas antara langit dengan bumi. Di manakah Betel hari ini? Di dalam roh kita. Kalau Betel, rumah Allah berada di dalam roh kita, maka roh kita adalah tempat Kristus berada sebagai tangga surgawi yang menghubungkan kita dengan surga, dan mendatangkan surga kepada kita. Menurut wahyu ini dan menurut pengalaman kita, kita dapat dengan berani mengatakan bahwa tempat maha kudus dan takhta anugerah berhubungan dengan roh kita.

Apakah Kristus itu obyektif? Ya, faktanya memang Ia obyektif. Namun dalam pengalaman kita, Ia adalah obyektif yang subyektif. Faktanya, Ia memang obyektif, sebab Ia berada di surga. Tetapi kita tidak perlu pergi ke surga untuk mengalami-Nya. Ketika kita berada di bumi hari ini, kita sudah dapat mengalami Kristus yang di surga di dalam roh kita. Kristus itu obyektif, tetapi pengalaman kita terhadap-Nya bersifat subyektif. Jadi, kita dengan subyektif dapat mengalami Kristus yang obyektif. Bagaimanakah Kristus yang obyektif menjadi pengalaman kita yang subyektif? Melalui tangga surgawi yang menghubungkan kita dengan surga dan yang membawakan surga kepada kita. Bagaimana listrik yang obyektif, yang jauh dari rumah kita, yang berada di pusat pembangkitnya, bisa menjadi listrik yang subyektif, yang dapat kita manfaatkan di rumah kita? Melalui kabel listrik yang membawa arus listrik dari pusat pembangkitnya ke rumah kita. Memang di pusat pembangkitnya listrik itu obyektif, tetapi ketika listrik itu dimanfaatkan di rumah kita, ia menjadi subyektif. Sama halnya, kita dapat dengan subyektif mengalami Kristus yang obyektif. Ketika kita berada di bumi, kita sudah dapat mengalami Kristus yang di surga. Hal ini sungguh ajaib! Dari hari ke hari, saya dapat mengalami Kristus yang di surga ini. Walaupun Ia obyektif, dalam pengalaman saya, Ia itu subyektif.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 32

No comments: