Pembacaan
Alkitab: Ibr. 8:8
Warisan kedua dalam perjanjian yang baru adalah Allah telah
menaruh hayat-Nya di dalam kita
dan hayat ini berkembang menjadi banyak hukum di dalam bagian batiniah kita.
Ini bukan janji melainkan fakta yang telah rampung dan telah diwariskan kepada
kita, bahkan sebelum kita lahir. Sebelum orang tua kita memberikan hayat
jasmani mereka ke dalam kita, Allah sudah memberikan hayat-Nya ke dalam kita. Fakta yang
telah rampung ini telah diwariskan kepada kita oleh Kristus sebagai warisan
kita. Kita semua perlu nampak hal ini. Bila Anda belum pernah melihat Kota
Anaheim, Anda mungkin sulit mempercayai apa yang Anda dengar tentang kota ini.
Tetapi bila Anda pernah ke Anaheim dan melihat sendiri kota itu, tidak mungkin
Anda tidak percaya apa yang Anda lihat. Demikian pula, kita semua perlu melihat
warisan kita. Haleluya, dosa telah dihapuskan, dan sebelum kita lahir, hayat
ilahi telah ditaruh di dalam diri kita! Bukan itu saja, hayat itu juga telah
berkembang menjadi beberapa hukum di dalam, setiap bagian diri kita.
Warisan ketiga adalah Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi
umat-Nya. Kedua
hal ini adalah menurut hukum hayat. dalam perjanjian yang lama, Allah menjadi
Allah umat-Nya menurut
hukum tertulis yang luaran, dan umat-Nya menjadi umat Allah juga menurut hukum itu. Tetapi dalam
perjanjian yang baru, Allah menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya menurut hukum hayat yang
batiniah. Ini adalah masalah hayat batiniah, bukan pengetahuan lahiriah dalam
perjanjian yang baru, Allah menanggulangi kita bukan menurut peraturan
lahiriah, melainkan menurut hukum hayat yang batiniah, dan kita hidup bersama-Nya bukan menurut pengetahuan
tertulis, melainkan menurut perasaan hayat.
Warisan keempat ialah kecakapan batiniah untuk mengenal Allah.
Percayakah Anda bahwa kita mempunyai kecakapan batiniah untuk mengenal Allah?
Bagaimana Anda dapat membuktikan bahwa kita memiliki kecakapan batiniah
sedemikian? Hal ini tidak mungkin dibuktikan dengan ajaran atau doktrin, namun
dapat dibuktikan dengan pengalaman kita. Misalnya, seorang saudari pergi
berbelanja di toko yang kebetulan sedang mengadakan obral. Saat ia hendak
membeli sesuatu, ada suara dalam batinnya berkata, "Jangan kau sentuh
barang itu, Allah tidak menyukainya!" Ketika ia akan memilih barang lain,
dalam batin ada suara yang berkata, "Allah juga tidak menyukai ini."
Saya yakin hampir setiap saudari mempunyai pengalaman demikian. Ini menunjukkan
bahwa saudari-saudari
mempunyai kecakapan batiniah untuk mengenal Allah. Anda tidak dapat menyangkal
bahwa di dalam Anda ada kecakapan batiniah yang sedemikian.
Walaupun
keempat hal ini semuanya telah rampung dan menjadi warisan kita sebelum kita
lahir, tetapi sebelum kita percaya kepada Tuhan Yesus, kita tidak dapat
mengalaminya. Sejak kita percaya kepada Tuhan Yesus, semua hal ini baru
tergarap ke dalam kita. Pada suatu hari kita berkata, "O Tuhan Yesus, Engkaulah
Juruselamatku. Aku percaya kepada-Mu. Syukur kepada-Mu atas darah-Mu dan atas pembasuhan-Mu." Segera setelah berdoa demikian, keempat hal perjanjian
baru ini menjadi realitas kita.
Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia (8:6).
Perjanjian yang baru lebih mulia daripada perjanjian yang lama, sama halnya
dengan realitas seseorang lebih indah daripada fotonya. Perjanjian yang lama
ibarat sebuah foto, yang hanya memiliki bentuk lahiriah saja, tetapi perjanjian
yang baru, ibarat personanya yang sejati, yang mengandung hayat batiniah serta
setiap realitasnya. Perjanjian yang lama tanpa hayat, namun perjanjian yang
baru tersusun dengan hayat yang tidak dapat binasa. Setiap hal dalam perjanjian
yang baru jauh lebih mulia daripada hal-hal yang terdapat dalam perjanjian yang lama, karena semua yang
terdapat dalam perjanjian yang baru adalah realitas. Itulah sebabnya perjanjian
yang baru lebih mulia daripada perjanjian yang lama.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment