Pembacaan
Alkitab: Ibr. 8:7
Allah mempunyai satu kehendak dengan hasrat ilahi-Nya yang kekal, yakni ingin
menyalurkan diri-Nya ke dalam
kita sebagai hayat dan segala sesuatu kita, sehingga pada akhirnya Ia dengan
kita, kita dengan Dia berbaur menjadi satu, dan kemudian kita menjadi ekspresi-Nya dalam alam semesta ini. Dalam
proses ini, sifat ilahi tergarap ke dalam sifat insani, sifat insani berbaur
dengan sifat ilahi. Allah adalah Allah, namun Ia telah menjadi manusia. Kita
adalah manusia, tetapi kita memiliki hayat dan sifat Allah. Inilah suatu
definisi singkat dari kehendak Allah yang kekal.
Sebelum Allah merampungkan kehendak-Nya ini, Iblis datang
menjerumuskan manusia dan sekelompok malaikat. Di satu pihak, hal ini
menyebabkan Allah mengalami banyak kesulitan, tetapi di pihak lainnya, hal ini
memberi Allah satu kesempatan yang baik untuk menyatakan hikmat-Nya. Pertama, di pihak negatif,
karena masuknya dosa sebagai satu penghalang bagi penggenapan kehendak Allah,
maka mau tidak mau Allah harus menyingkirkan dosa dan membereskan semua masalah
yang berhubungan dengan dosa. Kedua, di pihak positifnya, Allah harus menaruh
diri-Nya ke dalam
kita sebagai hayat kita. Hayat ini harus berkembang menjadi hukum yang tersalur
ke dalam berbagai bagian batiniah diri kita. Allah telah menaruh diri-Nya sebagai hayat ke dalam roh
kita, dan Ia sedang mengembangkan hayat ilahi ini dari roh kita, sehingga
menjadi suatu hukum yang tersebar ke dalam berbagai bagian batiniah kita.
Ketiga, berdasarkan hukum hayat ini, Allah adalah Allah kita, kita adalah umat-Nya. Keempat, ketika hayat ini
masuk ke dalam kita, berkembang menjadi hukum yang tersebar ke dalam seluruh
diri kita, maka hayat ini dengan hukumnya memberi kita suatu kecakapan batiniah
yang spontan dan otomatis untuk mengenal Allah dalam hayat. Pengenalan terhadap
Allah yang demikian bukan berasal dari pengetahuan atau pengajaran, melainkan
dari kecakapan hayat batiniah. Jadi, untuk menggenapkan kehendak-Nya yang kekal, Allah harus
melakukan empat hal: menyingkirkan dosa; menaruh diri-Nya sebagai hayat ke dalam roh
kita dan mengembangkannya menjadi hukum yang disalurkan ke dalam setiap bagian
batiniah kita; membuat diri-Nya menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya menurut hukum hayat; dan
mengaruniakan kecakapan batiniah, agar kita secara otomatis, dalam hayat,
mengenal Dia.
Sebelum Allah melakukan keempat hal ini, terlebih dulu Ia berjanji
kepada umat-Nya dengan
menetapkan satu perjanjian. Perjanjian ialah istilah dalam Alkitab untuk apa
yang biasanya kita sebut kontrak atau persetujuan. Isi kontrak ini ialah bahwa
Allah menjamin akan menghapus dosa-dosa kita; Ia akan menaruh diri-Nya sebagai hayat dalam roh kita,
dan mengembangkan hayat ini menjadi hu-kum ke dalam bagian batiniah kita; Ia menjadi Allah kita, kita
menjadi umat-Nya sesuai
dengan hukum hayat tersebut; kita akan memiliki kecakapan batiniah yang spontan
untuk mengenal Dia. Keempat hal ini merupakan isi dari kontrak ilahi. Inilah
perjanjian yang baru.
Sekarang baiklah kita meneliti sekali lagi keempat janji yang
telah menjadi fakta yang telah rampung dan menjadi warisan kita itu. Pertama
ialah terhapusnya dosa kita. Andaikata dosa datang lagi, apakah yang akan Anda
perbuat? Apakah Anda akan berlutut dan berdoa, "O Tuhan, tepatilah janji-Mu! Tuhan, Engkau pernah berjanji
akan menanggulangi dosaku, sekarang dosa datang menggangguku lagi, Tuhan,
ingatlah akan perkataan-Mu, janji-Mu untuk menanggulangi dosaku." Tuhan tidak akan mengabulkan
doa semacam ini. Lalu apa yang harus kita lakukan bila dosa mengganggu kita?
Mudah, katakan saja kepada dosa, "Hai dosa, dari mana kamu datang? Tidak
tahukah bahwa kamu telah dihapus?" Terhapusnya dosa merupakan satu warisan
dalam wasiat yang telah kita miliki. Asalkan kita dengan sederhana mengumumkan
fakta itu, sudahlah beres. Sayang sekali, sangat sedikit orang Kristen yang
mempunyai iman sedemikian. Sekalipun saya telah nampak visi ini, saya juga
adakalanya masih berdoa begini, "O Tuhan, kuasailah amarahku! Aku sukar sekali mengatasi amarahku.
Tuhan, bukankah Engkau pernah berjanji untuk menolongku?" Doa demikian
kedengarannya baik, tetapi sebenarnya itu doa yang paling bodoh.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment