Pembacaan
Alkitab: Ibr. 5:13-14; 6:1
Melupakan segala‑galanya adalah cara yang paling baik untuk maju
ke depan. Asalkan kita mau melupakan segala‑galanya, kita akan maju ke depan.
Mungkin kita telah membuang banyak waktu untuk memikirkan keadaan sekitar kita,
masa lampau kita, masa depan kita, dan segala hal yang berhubungan dengan itu,
namun kita tidak mau menggunakan waktu satu jam untuk maju ke depan. Sering
kali saya didatangi kaum saleh, mereka bertanya tentang masa lampau, masa kini,
masa depan, dan banyak hal lainnya. Saya jadi terkenal karena tidak pernah mau
menjawab pertanyaan‑pertanyaan mereka. Saya hanya memberi mereka satu jawaban,
"Majulah saja ke depan. Jangan membicarakan dan jangan mengingat‑ingat
masa yang lampau yang sekarang pun harus Anda lupakan, lebih‑lebih yang akan
datang. Bila Anda benar‑benar ingin maju ke depan, maju saja!" Orang yang
dapat melupakan segala‑galanya adalah orang yang bisa maju ke depan paling
baik. Lihatlah pelari-pelari yang sedang berlomba, mereka tidak ada waktu
memikirkan urusan lain, kecuali satu hal, berlari terus ke depan.
Di sini kita nampak satu prinsip dasar : bila ada orang telah
menyimpang dari jalannya, atau berhenti, namun kemudian ia tergugah untuk
berlari ke depan lagi, ia tidak usah ragu‑ragu atau was‑was, cukup lari saja ke
depan. Ketika tergerak bangkit lagi untuk menempuh jalan Tuhan, ada orang muda
yang berpikir apakah yang harus ia lakukan sebelum ia maju ke depan; ia
khawatir apakah Tuhan mau mengampuninya dan berkenan kepadanya. Jika Anda
berpikir demikian, Anda pasti sukar untuk maju ke depan bersama Tuhan. Bila
Anda sungguh‑sungguh terhadap Tuhan, maju saja bersama Dia. Entah Ia mengampuni
dan berkenan kepada Anda atau tidak, jangan Anda pikirkan dan jangan membuang
waktu dalam hal itu. Berlarilah hingga Anda mencapai sasaran dan menerima
pahala. Benar atau salah, jangan Anda pikirkan, maju saja ke depan! Menurut
Ibrani 6, maju ke depan tidak perlu meletakkan dasar lagi. Misalnya, saudara‑saudara
telah meletakkan fondasi untuk membangun balai sidang yang baru, tetapi karena
sesuatu hal pekerjaan itu dihentikan. Kemudian, mereka tergerak untuk
membangunnya lagi, apakah mereka harus memulai dari semula dan meletakkan
fondasi lagi? Tidak, mereka tidak sedungu itu. Seandainya hal itu mereka
lakukan berulang‑ulang, seluruh lokasi pembangunan itu akan penuh dengan
fondasi, tanpa dinding, atap, atau bangunan. Walau perbuatan demikian sangat
dungu, namun banyak orang Kristen (termasuk saya sendiri), justru telah
melakukan hal itu dalam kehidupan kekristenan mereka yang lampau. Pada
permulaan hidup saya sebagai orang Kristen, saya pernah meletakkan banyak
fondasi. Setiap kali saya beroleh kebangunan, sering saya berangsur‑angsur
merosot lagi. Setelah saya tergerak dan dibangunkan lagi, saya selalu bertekad
untuk kembali ke tempat semula, lalu kembali bertobat dan mengaku dosa seperti
semula. Itulah artinya "bertobat sekali lagi", juga berarti
meletakkan lagi dasar pertobatan (6:6). Tidak lama kemudian, saya mengulanginya
lagi dan saya bertobat lagi dari semula. Akhirnya saya bosan, tetapi saya tidak
tahu apa yang harus saya lakukan. Pada suatu hari, ketika saya membaca Ibrani
6, barulah sadar betapa bodohnya saya ini. Sebenarnya saya tidak perlu bertobat
lagi atas apa yang telah saya akui, juga tidak perlu mengaku dosa sekali lagi
seperti semula; yang saya perlukan hanyalah maju ke depan.
Bila kita mau maju ke depan, kita harus meninggalkan asas‑asas
pertama dari ajaran tentang Kristus (6:1). Hal ini berarti kita harus
meninggalkan tahap peletakan dasar, tahap menyusu, dan tahap bayi. Asas‑asas
pertama dari ajaran Kristus adalah susu bagi bayi‑bayi dalam Kristus. Jadi,
untuk maju ke depan, kita perlu meninggalkan asas‑asas pertama dari ajaran‑ajaran
yang kita terima dan jangan lagi memakan makanan bayi. Kita harus meninggalkan
tahap bayi dan menuju ke tahap kematangan melalui makan makanan keras, yaitu
firman kebenaran (5:13‑14) yang disuplaikan kepada kita dalam surat ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 30
No comments:
Post a Comment