Pembacaan
Alkitab: Ibr. 8:10-12
Apakah isi perjanjian yang baru? Isi perjanjian yang baru mencakup
empat hal; yang pertama ialah menyalurkan hukum hayat (ay. 10, Rm. 8:2).
Setiap hayat memiliki suatu hukum. Semakin tinggi hayat itu, semakin tinggi
hukumnya. Hayat ilahi yang kita terima dari Allah adalah hayat yang paling
tinggi, karena itu, hayat ini memiliki hukum yang paling tinggi, yaitu hukum
yang disinggung di sini. Dengan menyalurkan hayat ilahi-Nya ke dalam kita, Allah
meletakkan hukum yang paling tinggi ini ke dalam roh kita. Dari roh kita, hukum
ini menyebar ke bagian-bagian batin kita, seperti pikiran, emosi, dan tekad kita.
Hukum hayat berbeda dengan hukum harfiah. Hukum hayat mengatur
kita dari dalam, oleh, dan menurut unsur hayatnya, sedangkan hukum harfiah
mengatur kita dari luar, oleh, dan menurut huruf-huruf yang mati. Hukum harfiah
yang mati itu tergantung pada ajaran-ajaran yang di luar, tetapi hukum hayat tergantung pada kesadaran
yang di dalam. Karena kita semua, besar atau kecil, telah memiliki hukum hayat
ini, maka kita tidak memerlukan ajaran-ajaran yang di luar yang menurut hukum harfiah (8:11).
Ayat 10 juga mengatakan bahwa Tuhan akan menuliskan hukum-hukum-Nya di dalam hati kita. Terlebih
dulu Allah menyalurkan hukum-hukum-Nya ke dalam kita, kemudian menuliskannya dalam hati kita. Dia
menuliskannya pada saat kita sedang mengalami hukum hayat ini. Semakin banyak
kita mengalami hukum hayat, semakin banyak pula hukum-hukumnya tertulis ke dalam setiap
bagian hati kita. Jadi, hukum-hukum ini tersusun ke dalam setiap bagian insan batiniah kita
melalui pengalaman kita.
Butir kedua dari isi perjanjian yang baru ialah berkat mendapatkan
Allah menjadi Allah kita, dan kita menjadi umat-Nya. Hayat ini membuat kita bisa
menikmati Allah dalam persekutuan dengan Allah dalam perjanjian yang lama,
Allah menjadi Allah umat-Nya berdasarkan kesepuluh hukum. Allah menjadi Allah mereka
menurut hukum harfiah yang usang, dan mereka juga menjadi umat-Nya menurut hukum harfiah pula.
Namun, hari ini Allah menjadi Allah kita bukan menurut bukum harfiah, melainkan
menurut hayat batiniah; dan kita menjadi umat-Nya juga bukan menurut peraturan
tertulis, melainkan menurut hayat batiniah. Maka Allah menjadi Allah kita, dan
kita menjadi umat-Nya adalah
berdasarkan hukum hayat. Hari ini hubungan Allah dengan kita sepenuhnya
berdasarkan hukum hayat ini, yaitu sebagai hubungan yang mutlak berada dalam
hayat. Karena itu hidup maupun tindak tanduk kita hari ini seharusnya bukan
berdasarkan pengetahuan hukum harfiah, tetapi berdasarkan kesadaran hukum
hayat.
Dalam perjanjian yang baru
terdapat pula fungsi hukum hayat yang olehnya kita bisa mengenal Allah secara
hayat dalam batin (ay. 11).
Kita tidak memerlukan pengajaran yang di luar, sebab kita, dapat mengenal Tuhan
berdasarkan perasaan hayat.
Butir terakhir dari isi perjaniian yang baru ialah menggenapkan
pendamaian bagi ketidakbenaran kita dan mengampuni dosa-dosa kita (8:12). Kristus menjadi pendamaian bagi
dosa-dosa kita
untuk memuaskan tuntutan kebenaran (keadilan) Allah (2:17), sehingga kita
didamaikan dengan Allah. Allah menaruh belas kasihan terhadap kita karena
Kristus telah menggenapkan pendamaian bagi dosa-dosa kita. Berdasarkan pendamaian
inilah Allah mengampuni dosa-dosa kita. Dalam Ibrani 8:12 Tuhan berkata bahwa Ia "tidak lagi
mengingat dosa-dosa kita". Di sini kita
nampak bahwa Allah akan melupakan dosa-dosa kita. Mengampuni berarti melupakan; melupakan dosa-dosa barulah berarti mengampuni
dosa-dosa dengan
sesungguhnya. Bila Anda memaafkan saya, berarti Anda harus melupakan semua
kesalahan saya. Tanpa melupakan kesalahan, pengampunan tidaklah sungguh-sungguh. Allah tidak saja
mengampuni dosa-dosa kita,
tetapi juga melupakan dosa-dosa kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 36
No comments:
Post a Comment