Pembacaan Alkitab: Yak. 1:19-21
Dalam berita
ini kita akan membahas 1:19‑27. Dalam ayat 19 Yakobus berkata, "Saudara‑saudara
yang kukasihi, ingatlah hal ini: Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata‑kata, dan juga lambat untuk marah."
Mendengar, menggoda kita untuk berbicara; dan berbicara, merupakan api yang
menyulut amarah (lih. 3:6). Jika
kita mengekang pembicaraan kita (lih. 1:26), kita akan memadamkan amarah kita.
Perkataan Yakobus di sini, diberikan untuk memperkuat pandangannya tentang
praktek kristiani yang sempurna.
Dalam ayat 21 Yakobus
meneruskan perkataannya, "Sebab itu, buanglah segala sesuatu yang kotor
dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman
yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." Di
sini firman Allah disamakan dengan suatu tanaman hidup, yang ditanamkan ke
dalam diri kita dan bertumbuh di dalam kita untuk menghasilkan buah bagi
keselamatan jiwa kita. Kita perlu menerima firman ini dengan lemah lembut,
dalam segala kepatuhan, tanpa menentang.
Menurut konteks pasal ini,
keselamatan jiwa kita menyiratkan menahan pencobaan yang timbul dari lingkungan
(ayat 2-12) dan
menolak godaan nafsu (ayat 13-21). Pandangan Yakobus terhadap keselamatan
jiwa kita agak negatif, tidak sepositif pandangan Paulus. Paulus berkata bahwa
jiwa kita dapat
diubah oleh Roh pembaruan, bahkan sampai serupa dengan gambar Tuhan, dari kemuliaan ke kemuliaan (Rm. 12:2; Ef 4:23; 2 Kor.
3:18).
Kita perlu menghargai Yakobus
karena perkataannya, yaitu kita perlu menerima dengan lemah lembut firman yang tertanam,
yang sanggup menyelamatkan jiwa kita. Dalam tulisannya Paulus tidak menggunakan
ungkapan "firman yang tertanam". Ungkapan ini menyatakan bahwa firman
ini mengandung hayat. Di sini Yakobus menyamakan firman Allah dengan suatu
tanaman hidup yang ditanamkan ke dalam diri kita. Dengan demikian, firman
menjadi firman yang tertanam. Setelah firman Allah tertanam ke dalam tanah hati
kita, firman ini akan bertumbuh dan mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan jiwa
kita.
Dalam ayat 21 kita
disarankan untuk menerima firman yang tertanam, itu dengan lemah lembut. Dalam
ayat ini lemah lembut tidak berarti bersikap halus; lemah lembut di sini
berarti bersikap tunduk, tanpa menentang. Menerima firman dengan lemah lembut
berarti tidak menolaknya, bahkan tunduk kepada firman itu. Kita harus menerima
firman Allah yang tertanam di dalam kita dengan penuh ketaatan. Apa pun yang
Allah katakan, haruslah kita terima dengan mengatakan, "Amin."
Jika kita menerima firman yang
tertanam itu dengan lemah lembut, dengan patuh, berarti dengan mutlak kita
terbuka terhadap firman Allah. Kita laksana tanah yang bersedia menerima benih
dari petani dan hujan dari langit. Allah menanam, atau menabur firman-Nya ke dalam hati kita, dan seharusnya
kita menerima firman-Nya dengan
lemah lembut. Inilah menerima dengan lemah lembut firman yang tertanam. Karena
firman ini hidup, maka setelah tertanam ke dalam hati kita, ia akan tumbuh.
Kemudian, begitu firman itu bertumbuh, ia akan menyelamatkan jiwa kita.
Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 4
No comments:
Post a Comment