Pembacaan Alkitab: Yak. 3:13-17
3:13 Siapa di antara kamu yang bijak dan
berbudi? Baiklah dengan cara hidup yang baik ia menyatakan perbuatannya oleh
hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
3:14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan
mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah
berdusta melawan kebenaran!
3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari
atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
3:16 Sebab di mana ada iri hati dan
mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan
jahat.
3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah
pertama-tama murni, selanjutnya suka damai, lembut, penurut, penuh belas
kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik
Dalam ayat 13 Yakobus mengatakan,
"Siapa di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah dengan cara hidup
yang baik ia menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari
kelemahlembutan." Menurut konteksnya, hikmat yang lahir dari
kelemahlembutan di sini tentu mengacu kepada pembatasan dalam berkata‑kata. Ini
sesuai dengan Amsal 10:19. Kelemahlembutan yang demikian sama dengan peramah
dan penurut (ayat 17), yang berlawanan dengan perasaan iri hati dan ambisi diri
sendiri dalam memegahkan diri dan berdusta melawan kebenaran (ayat 14).
Dalam ayat 13 Yakobus menyebutkan
bijak dan berbudi. Jika kita tidak memiliki hikmat, kita tidak dapat memiliki
budi atau pengertian. Karena mengetahui hal ini, maka dalam Efesus 1 Paulus
berdoa agar Allah mengaruniai kita roh hikmat. Seorang yang penuh hikmat
mempunyai pengertian, sebaliknya seorang yang bodoh tidak bisa memahami orang
lain.
Apakah hikmat itu? Sangat sulit
untuk mengatakan apakah hikmat itu, karena hikmat itu abstrak. Pengertian ada
di dalam pikiran kita, tetapi di manakah hikmat itu? Menurut pengalaman saya,
hikmat ada di dalam roh kita. Ini berarti hikmat tidak terdapat dalam pikiran
kita, emosi, tekad, jiwa atau hati kita; hikmat ada di bagian kita yang
terdalam. Ketika kita melatih roh kita, tinggal di dalam roh dalam segala
situasi, dan melakukan segala sesuatu menurut roh, kita akan memiliki hikmat.
Karena hikmat ada di dalam roh
kita, maka kita dapat memiliki hikmat hanya dengan tinggal di dalam roh kita.
Allah adalah sumber hikmat, dan Ia memberikan hikmat. Tetapi hikmat yang datang
dari Allah menjangkau roh kita. Sama seperti kita perlu memakai organ yang
tepat untuk melihat, mendengar, dan makan, kita pun perlu memakai organ yang
tepat ‑ roh kita ‑ untuk memiliki hikmat.
Hikmat ini mencakup kelemahlembutan
dalam ayat 13 dan kebajikan insani yang disinggung dalam ayat 17. Semuanya
adalah ciri praktek kristiani yang sempurna menurut pandangan Yakobus, yang
mungkin dipengaruhi oleh ajaran Perjanjian Lama mengenai perilaku, moralitas,
dan etika manusia (Ams. 4:5-8). Hikmat seperti ini tidak dapat menjangkau
ketinggian hikmat mengenai rahasia ekonomi Perjanjian Baru Allah yang
tersembunyi tentang Kristus dan gereja (1 Kor. 2:6‑8; Ef. 3:9‑11).
Dalam ayat 17 Yakobus mengatakan
bahwa hikmat yang dari atas adalah lembut. Lembut berarti lemah lembut, lunak,
beralasan namun penuh kemanisan (Flp. 4:5), ramah tamah. Lembut juga mengandung
arti mengalah. Dari sini kita dapat melihat bahwa sifat lembut ini terdiri dari
sejumlah sifat lainnya. Sifat pertama yang termasuk dalam kelembutan adalah
mengekang lidah kita. Sewaktu seorang saudara tergoda untuk berbantahan dengan
istrinya, ia perlu lembut atau mengalah. Jika ia adalah orang yang cepat
mendengar dan lambat untuk berbicara, ia akan lembut. Kelembutan adalah salah
satu sifat yang menonjol dalam praktek kristiani yang sempurna.
Dalam ayat 17 Yakobus juga
memberi tahu kita bahwa hikmat yang dari atas penuh dengan belas kasihan dan buah‑buah
yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Karena hikmat ini bersifat tidak
memihak, maka ia tidak memihak kepada siapa pun. Fakta bahwa hikmat itu tidak
munafik berarti ia itu jujur, benar, setia, bisa dipercayai, sama sekali tidak
munafik. Inilah sifat‑sifat yang berasal dari hikmat yang masuk ke dalam roh
kita yang asalnya dari atas. Jika kita ingin memiliki hikmat ini, kita perlu
berdoa untuk hal ini. Inilah pengajaran Yakobus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 8
No comments:
Post a Comment