Pembacaan
Alkitab: Why. 21:15-21
Doa baca: Why. 21:16
Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama
dengan lebarnya. Lalu ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: Dua belas ribu
stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.
Terlebih dulu mari kita bahas
ukuran-ukuran Yerusalem Baru. Wahyu 21:15 mengatakan, "Dan Ia, yang
berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu buluh pengukur dari emas untuk
mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya" (Tl.). Buluh di sini adalah untuk mengukur;
mengukur adalah untuk memiliki (Yeh. 40:5; Za. 2:1-2; Why. 11:1Karena sebuah
tongkat menyiratkan penghukuman (Ams. 10:13; Yes. 10:5; 11:4), maka buluh
seperti tongkat pengukur menunjukkan mengukur dengan penghukuman untuk
memiliki. Tetapi, dalam 21:15, kita mempunyai buluh, tidak disebutkan tongkat.
Di sini tidak tersirat penghakiman, pendisiplinan, atau penghukuman, karena
dalam setiap hal Yerusalem Baru itu lengkap dan sempurna. Kota ini telah
melewati setiap ujian. Perempuan terang universal, yang berakhir pada Yerusalem
Baru, telah melalui banyak penanggulangan dan telah diukur oleh banyak tongkat
dalam setiap zaman. Ketika keempat zaman berlalu dan langit baru dan bumi baru
tiba, tidak perlu lagi mengukur dengan tongkat.
Yerusalem
Baru diukur dengan buluh berarti diukur untuk dimiliki. Andaikata Anda ingin
membeli sebidang tanah. Pertama-tama Anda mengukurnya, kemudian Anda mengambil
alih hak milik atasnya. Wanita-wanita juga melakukan hal yang sama ketika
mereka membeli bahan di toko kain. Jumlah bahan yang mereka ukur adalah jumlah
bahan yang mereka beli dan miliki. Demikian juga, Yerusalem Baru, yang akan
diukur dengan buluh emas, akan sepenuhnya dimiliki Tuhan dengan cara yang
sangat positif.
Perhatikanlah,
buluh itu adalah buluh emas. Karena emas melambangkan sifat ilahi Allah, maka
"dari emas" di sini menunjukkan bahwa kota itu, pintu-pintu
gerbangnya, dan temboknya diukur menurut sifat ilahi Allah. Apa saja yang tidak
sesuai dengan sifat ilahi Allah bukanlah milik Yerusalem Baru. Allah tidak mau
memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan sifat-Nya. Seluruh kota itu, dengan
pintu-pintu gerbang dan temboknya dapat melewati pengukuran dan pengujian sifat
Allah; karena itu, kota ini cocok untuk dimiliki Allah.
Bahkan
hari ini, Allah mengukur gereja-gereja dengan standar emas dari ukuran
ilahi-Nya. Ketika Allah mengukur gereja, Dia tidak mempermasalahkan kecerdasan,
kegiatan, atau kemampuan kita berbicara. Tetapi Ia sangat memperhatikan berapa
banyak sifat-Nya telah tergarap ke dalam kita. Apakah hakiki gereja adalah
emas? Apakah gereja disusun dengan esens ilahi Allah? Gereja harus bersifat
ilahi; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam setiap aspek hidup
gereja. Jadi, standar pengukuran bukanlah sifat manusia kita, melainkan sifat
Allah.
Ketika
kita hendak menyatakan kasih kita terhadap orang lain, kita harus tahu kasih
macam apa yang kita nyatakan, yang insani atau yang ilahi. Begitu pula dengan
kerendahan hati dan kebaikan. Walaupun kita harus rendah hati dan baik, kita
harus memeriksa kerendahan hati kita dan kebaikan kita itu insani atau ilahi.
Prinsip ini berlaku bagi setiap aspek keinsanian kita. Kita perlu menjadi
manusia yang bersifat ilahi; maksudnya, sifat ilahi harus tergarap ke dalam
kita. Ingatlah bahwa pengukuran Allah atas gereja adalah berdasarkan sifat
ilahi. Sifat emas Allah adalah satu-satunya standar.
Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu,
Buku 4, Berita 61
No comments:
Post a Comment