Pembacaan Alkitab: Why. 22:14
Doa baca: Why. 22:14
Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka
akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu
gerbang ke dalam kota itu.
Hal kedua yang kita nikmati dalam
kekekalan adalah pohon hayat (22:14, 19). Pohon hayat sebenarnya adalah
Kristus, Putra Allah, Anak Domba Penebus, sebagai suplai hayat kita. Pohon ini
kaya, segar. Kita telah ditebus sehingga kita berhak datang ke pohon hayat. Wahyu
22:14 dapat dianggap sebagai suatu janji kenikmatan atas pohon hayat,
yaitu Kristus dengan segala kekayaan hayat; bagian akhir ayat 17 dapat dianggap
sebagai suatu panggilan untuk mengambil air hayat, yaitu Roh pemberi-hayat.
Jadi, Kitab Wahyu berakhir dengan satu janji dan satu panggilan, untuk makan
dan minum Kristus yang almuhit sebagai Roh pemberi-hayat.
Setelah diciptakan, manusia ditaruh di depan pohon hayat (Kej.
2:8-9), ini menunjukkan bahwa manusia mendapat hak khusus untuk berbagian
dalamnya. Tetapi karena kejatuhan manusia, jalan menuju pohon hayat itu
tertutup bagi manusia oleh kemuliaan, kekudusan, dan kebenaran Allah (Kej.
3:24). Melalui penebusan Kristus yang memuaskan semua tuntutan kemuliaan,
kekudusan, dan kebenaran Allah, jalan menuju pohon hayat terbuka kembali bagi
kaum beriman (Ibr. 10:19-20). Karena itu, setiap orang yang membasuh jubah
mereka dalam darah penebusan Kristus, berhak menikmati pohon hayat sebagai
bagian kekal mereka dalam kota kudus, Taman Firdaus Allah, dalam kekekalan
(2:7).
Dalam ayat ini, jubah melambangkan perilaku kaum beriman. Membasuh
jubah mereka berarti menjaga perilaku mereka tetap bersih melalui pembasuhan
darah Anak Domba (7:14; 1 Yoh. 1:7). Ini memberi mereka hak untuk berbagian
dalam pohon hayat dan hak untuk masuk ke dalam kota itu. Masuk melalui
pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu berarti masuk ke dalam Yerusalem Baru,
suatu ruang lingkup berkat kekal Allah, dengan kelahiran kembali melalui
Kristus yang mengalahkan maut dan menyalurkan hayat. Pohon hayat dan kota itu
akan menjadi kenikmatan mereka dalam kekekalan.
Aspek lain dari kenikmatan dan berkat umat tebusan Allah dalam
kekekalan adalah air hayat (22:17; 21:6). Air hayat adalah Roh pemberi-hayat
sebagai minuman kekal kita. Kita perlu makan dan minum. Kalau kita makan
sesuatu tidak disertai minuman, tentu tidak begitu nyaman. Haleluya, dalam
kekekalan kita akan memiliki makanan, pohon hayat, dan minuman, Roh
pemberi-hayat! Ingatlah, Roh pemberi-hayat itu sebenarnya adalah Allah
Tritunggal yang mengalirkan diri-Nya menjadi minuman kita.
Dalam kekekalan kita juga akan
menikmati takhta Allah dan Anak Domba (22:3). Sulit dipastikan apakah takhta
Allah dalam Wahyu 21 dan 22 adalah takhta kekuasaan atau takhta anugerah. Dalam
Ibrani 4 terdapat takhta anugerah, tetapi takhta yang disebut dalam Wahyu 4
terutama berhubungan dengan kekuasaan. Pada akhir Alkitab, takhta yang dimaksud
adalah takhta anugerah dan takhta kekuasaan. Kita tahu hal ini dari gambar yang
terlukis dalam pasal 22. Dalam pasal itu, takhta Allah dan Anak Domba jelas
untuk administrasi ilahi Allah. Dengan demikian, takhta itu adalah takhta
kekuasaan. Namun, dari takhta itu tidak keluar kekuasaan, melainkan sungai air
hayat, dengan pohon hayat sebagai suplai hayat. Itu bukan kekuasaan, melainkan
anugerah.
Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 66
No comments:
Post a Comment