Hitstat

16 September 2017

Wahyu - Minggu 32 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Why. 21:25
Doa baca: Why. 21:25
Dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup sepanjang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana.


Tembok kota itu memisahkan kota itu dari bangsa-bangsa, tetapi pintu-pintu gerbang kota itu terus-menerus terbuka bagi mereka.

Pintu gerbang adalah jalan masuk ke dalam kota itu, sedangkan jalan adalah untuk penempuhan hidup sehari-hari di dalam kota itu. Jalan masuk ke dalam kota itu adalah melalui kematian dan kebangkitan Kristus, sedangkan penempuhan hidup sehari-hari di dalam kota itu adalah menurut sifat ilahi Allah yang dilambangkan dengan jalan emas murni. Setelah masuk melalui kelahiran kembali, orang kudus harus menempuh hidup sehari-hari dalam sifat ilahi Allah sebagai jalannya. Sifat ilahi Allah adalah jalan mereka.

Dari pintu gerbang ke puncak gunung emas tempat takhta Allah berada terbentang suatu jalan yang panjang. Ingatlah, Yerusalem Baru adalah gunung emas setinggi 12.000 stadia (2176 km). Di samping itu, jalan emas itu berbentuk spiral, sehingga jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang. Namun, kita tidak ada pilihan, selain menempuh jalan itu. Jalan di kota Yerusalem Baru hanya ada satu. Tidak akan ada yang bingung, tersesat, atau kehilangan arah. Jalan itu hanya satu. Tidak peduli dari pintu gerbang mana Anda masuk ke dalam kota itu, Anda tetap di jalan itu. Jalan itu adalah sifat ilahi Allah. Dalam sifat ilahi ini kita adalah satu.

Ayat 21 mengatakan bahwa jalan kota itu dari emas murni. Kita tahu, emas melambangkan sifat ilahi. Setelah kita beroleh selamat dan masuk ke dalam Yerusalem Baru, kita harus berjalan di atas sifat ilahi sebagai jalan kita. Sifat ilahi adalah jalan dan tenaga kita. Sifat ilahi adalah jalan kita, penempuhan kita, dan kita semua harus berjalan berdasarkan sifat ilahi itu. Hari ini, jalan kita bukan berasal dari peraturan, melainkan dari sifat ilahi. Semoga kita semua nampak bahwa hari ini sifat Allah adalah jalan kita.

Emas murni, yang mewakili jalan dan bangunan kota Yerusalem Baru itu bagaikan kaca yang jernih (ayat 18), menunjukkan bahwa seluruh kota itu tembus pandang. Jalan emas itu jernih seperti kristal, tidak suram sedikit pun. Mutiara mungkin bisa kabur atau tidak transparan, tetapi setiap mutiara itu adalah pintu gerbang yang terbuka, yang tidak akan ditutup siang dan malam.

Wahyu 22:1 mewahyukan, bahwa sungai air hayat mengalir di tengah jalan itu. Sebab itu, pada jalan itu ada suplai hayat. Selanjutnya, dari 22:2 kita nampak bahwa pohon hayat tumbuh di kedua sisi sungai sepanjang jalan itu. Jadi, semua suplai hayat berhubungan dengan jalan itu. Semakin sering kita bergerak, bertindak, dan hidup menurut sifat ilahi itu, semakin banyak suplai hayat yang kita terima. Namun, jika kita tidak memperhatikan sifat ilahi di batin kita, melainkan melakukan sesuatu menurut selera kita sendiri, kita akan kehilangan suplai hayat. Tetapi jika kita memperhatikan sifat ilahi di batin kita secara riil dalam hidup sehari-hari, kita akan menikmati suplai hayat yang kaya yang ada di sepanjang jalan emas ini.



Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 63

No comments: