Pembacaan
Alkitab: Why. 21:25
Doa baca: Why. 21:25
Dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup
sepanjang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana.
Tembok kota itu memisahkan kota
itu dari bangsa-bangsa, tetapi pintu-pintu gerbang kota itu terus-menerus terbuka
bagi mereka.
Pintu
gerbang adalah jalan masuk ke dalam kota itu, sedangkan jalan adalah untuk
penempuhan hidup sehari-hari di dalam kota itu. Jalan masuk ke dalam kota itu
adalah melalui kematian dan kebangkitan Kristus, sedangkan penempuhan hidup sehari-hari
di dalam kota itu adalah menurut sifat ilahi Allah yang dilambangkan dengan
jalan emas murni. Setelah masuk melalui kelahiran kembali, orang kudus harus
menempuh hidup sehari-hari dalam sifat ilahi Allah sebagai jalannya. Sifat
ilahi Allah adalah jalan mereka.
Dari
pintu gerbang ke puncak gunung emas tempat takhta Allah berada terbentang suatu
jalan yang panjang. Ingatlah, Yerusalem Baru adalah gunung emas setinggi 12.000
stadia (2176 km). Di samping itu, jalan emas itu berbentuk spiral, sehingga
jarak yang ditempuh menjadi lebih panjang. Namun, kita tidak ada pilihan,
selain menempuh jalan itu. Jalan di kota Yerusalem Baru hanya ada satu. Tidak
akan ada yang bingung, tersesat, atau kehilangan arah. Jalan itu hanya satu.
Tidak peduli dari pintu gerbang mana Anda masuk ke dalam kota itu, Anda tetap
di jalan itu. Jalan itu adalah sifat ilahi Allah. Dalam sifat ilahi ini kita
adalah satu.
Ayat 21
mengatakan bahwa jalan kota itu dari emas murni. Kita tahu, emas melambangkan
sifat ilahi. Setelah kita beroleh selamat dan masuk ke dalam Yerusalem Baru,
kita harus berjalan di atas sifat ilahi sebagai jalan kita. Sifat ilahi adalah
jalan dan tenaga kita. Sifat ilahi adalah jalan kita, penempuhan kita, dan kita
semua harus berjalan berdasarkan sifat ilahi itu. Hari ini, jalan kita bukan
berasal dari peraturan, melainkan dari sifat ilahi. Semoga kita semua nampak
bahwa hari ini sifat Allah adalah jalan kita.
Emas
murni, yang mewakili jalan dan bangunan kota Yerusalem Baru itu bagaikan kaca
yang jernih (ayat 18), menunjukkan bahwa seluruh kota itu tembus pandang. Jalan
emas itu jernih seperti kristal, tidak suram sedikit pun. Mutiara mungkin bisa
kabur atau tidak transparan, tetapi setiap mutiara itu adalah pintu gerbang
yang terbuka, yang tidak akan ditutup siang dan malam.
Wahyu
22:1 mewahyukan, bahwa sungai air hayat mengalir di tengah jalan itu.
Sebab itu, pada jalan itu ada suplai hayat. Selanjutnya, dari 22:2 kita nampak bahwa pohon hayat tumbuh di
kedua sisi sungai sepanjang jalan itu. Jadi, semua suplai hayat berhubungan
dengan jalan itu. Semakin sering kita bergerak, bertindak, dan hidup menurut
sifat ilahi itu, semakin banyak suplai hayat yang kita terima. Namun, jika kita
tidak memperhatikan sifat ilahi di batin kita, melainkan melakukan sesuatu menurut
selera kita sendiri, kita akan kehilangan suplai hayat. Tetapi jika kita
memperhatikan sifat ilahi di batin kita secara riil dalam hidup sehari-hari,
kita akan menikmati suplai hayat yang kaya yang ada di sepanjang jalan emas
ini.
Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu,
Buku 4, Berita 63
No comments:
Post a Comment