Hitstat

12 December 2009

Kisah Para Rasul Volume 1 - Minggu 4 Minggu

Pentakosta: Penggenapan Hari Raya Menuai
Kisah Para Rasul 2:1
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat

Ayat Bacaan: Kel. 23:16; Im. 23; 1 Kor. 15:20, 23; Yoh. 20:17

Pentakosta adalah penggenapan hari raya Tujuh Minggu, dan hari raya ini juga disebut hari raya Menuai (Kel. 23:16). Pentakosta itu sangat erat hubungannya dengan tuaian, penuaian hasil yang kaya dari tanah permai itu. Pentakosta adalah lima puluh hari setelah persembahan seberkas buah bungaran dari tuaian. Menurut Imamat 23, berkas hasil yang pertama dari penuaian itu dipersembahkan kepada Tuhan sebagai persembahan unjukan pada hari sesudah Sabat. Berkas hasil yang pertama itu adalah lambang Kristus sebagai buah sulung di dalam kebangkitan (1 Kor. 15:20, 23). Dalam Perjanjian Lama, ketika tuaian itu dituai, seberkas hasil yang pertama dari tuaian itu dipersembahkan kepada Allah. Berkas ini adalah lambang Kristus yang bangkit yang dipersembahkan kepada Allah pada hari kebangkitan-Nya.
Kristus dipersembahkan sebagai buah sulung (bungaran) di dalam kebangkitan melibatkan kenaikan-Nya yang rahasia kepada Bapa. Ketika Maria ingin menjamah Dia, Dia berkata kepadanya, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum naik kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” (Yoh. 20:17, Tl.). Pada hari kebangkitan-Nya Tuhan naik kepada Bapa. Ini adalah kenaikan yang rahasia, empat puluh hari sebelum kenaikan-Nya secara umum di pandangan murid-murid-Nya. Pada hari kebangkitan itu, dini hari, Dia naik untuk memuaskan Bapa. Kesegaran kebangkitan-Nya pertama-tama adalah bagi kenikmatan Bapa. Ini adalah penggenapan lambang bahwa buah sulung dari tuaian itu mula-mula harus dibawa kepada Allah.
Saudara saudari yang terkasih. Ini adalah teladan yang diberikan Tuhan kepada kita. Seluruh hidup-Nya tercurah hanya bagi kepuasan Bapa. Dia mempersembahkan kesegaran kebangkitan-Nya untuk Bapa. Sudahkah kita memiliki hati yang sedemikian? Dalam pekerjaan kita, usaha kita, sekolah kita, apakah hal yang menjadi prioritas kita yang utama? Kita tidak seharusnya mengejar hal-hal duniawi hanya bagi kepuasan hawa nafsu kita. Kita perlu mempersembahkan yang terbaik bagi kepuasan Tuhan.

No comments: