Hitstat

18 December 2009

Kisah Para Rasul Volume 1 - Minggu 4 Sabtu

Bahasa Lidah yang Sejati adalah Dialek
Kisah Para Rasul 2:11
Baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah

Ayat Bacaan: Kis. 2:3-4, 6. 8, 11

Menurut Kisah Para Rasul 2:11, orang-orang itu tercengang-cengang, “Kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” Kata Yunani untuk “lidah-lidah” di sini adalah glossa (Strong No. 1100). Dalam pasal ini glossa dipakai untuk dua hal: organ untuk berbicara (ay. 3) dan dialek-dialek (ay. 4, 11), yang mengacu kepada dialek-dialek dalam ayat 6 dan 8. Bukti ini tidak memberikan dasar bagi orang untuk mengatakan bahwa bahasa lidah hanyalah suara atau bunyi yang diucapkan lidah, organ untuk berbicara. Berbahasa lidah pastilah mengucapkan dialek, karena apa yang diucapkan murid-murid dalam bahasa lidah itu semuanya adalah berbagai dialek yang dipakai di negeri asal mereka. Dikatakan dari aspek ini, bahasa lidah dan dialek adalah sinonim, yang digunakan secara bergantian dalam ayat-ayat ini.
Orang-orang yang mempromosikan bahasa lidah mungkin bersikeras bahwa bahasa lidah itu tidak perlu menjadi satu bahasa manusia yang dapat dimengerti. Mereka mungkin menyatakan bahwa berbahasa lidah itu tidak lain mengucapkan beberapa jenis suara. Orang-orang yang mempromosikan bahasa lidah perlu mengatakan demikian karena yang disebut bahasa lidah hari ini kebanyakan bukanlah dialek-dialek, melainkan suara-suara yang tidak berarti. Tetapi, bahasa lidah yang dikatakan pada hari Pentakosta adalah suatu mujizat yang dibuat oleh Roh Kudus. Karena itu, orang-orang Galilea yang berbahasa lidah pada hari Pentakosta tidak berbicara dengan bahasa Galilea. “Setiap orang mendengar mereka berbicara dalam dialeknya sendiri.”
Orang-orang yang mengaku berbahasa lidah harus mempertimbangkan pengalaman mereka. Jika mereka jujur, maka banyak yang akan mengakui bahwa ketika mereka berbahasa lidah, mereka tidak mengatakan suatu dialek. Tetapi seperti yang telah kita tunjukkan dari Kisah Para Rasul 2, apa yang dikatakan oleh orang-orang yang dipenuhi dengan Roh Kudus pada hari Pentakosta itu adalah satu dialek yang dapat dipahami. Karena itu, bahasa lidah yang sejati itu bukan hanya satu suara atau bunyi saja. Bahasa lidah yang sejati adalah satu dialek.

No comments: