Pembacaan
Alkitab: Ef. 5:25-27
Kita telah melihat bahwa kehendak Allah
dalam ekonomi-Nya ialah mendapatkan satu gereja yang mulia. Tegasnya, Allah
tidak menginginkan satu gereja yang rohani, surgawi, bahkan yang menang,
melainkan menginginkan satu gereja yang mulia. Kemuliaan ialah ekspresi Allah
dan itu berbeda sama sekali dengan moralitas dan perilaku manusia. Ketika Allah
memenuhi Kemah Pertemuan dan Bait Suci, kedua tempat itu penuh dengan
kemuliaan, yaitu penuh dengan manifestasi diri Allah sendiri. Gereja seharusnya
menyatakan ciri-ciri kemuliaan, bukan berciri-ciri lain, bahkan bukan
berciri-ciri kerohanian. Saya tidak senang mendengar pembicaraan tentang apa
yang disebut gereja rohani. Satu-satunya cara Allah untuk dapat mendapatkan
satu gereja yang mulia adalah melalui pengudusan, pembersihan, perawatan, dan
pemeliharaan Kristus. Bila kita mengalami hal-hal ini secara pribadi dan riil,
gereja pasti akan menjadi mulia.
Banyak orang telah dibutakan oleh
ajaran-ajaran yang agamis sehingga tidak nampak kedambaan Allah akan satu
gereja yang mulia. Di satu pihak, ada beberapa orang mungkin beroleh bantuan
dari ajaran-ajaran itu, tetapi di pihak lain, mereka telah dikecewakan olehnya.
Ajaran-ajaran yang agamis dapat menghalangi kaum saleh sehingga mereka tidak
dapat melihat wahyu gereja yang mulia, dan menyebabkan mereka menuntut
perkara-perkara seperti kerohanian, karunia-karunia, atau kemenangan. Kehendak
Allah yang terakhir bukanlah menginginkan gereja yang hanya rohani, menang, dan
surgawi saja, melainkan gereja yang mulia. Janganlah berharap menjadi malaikat.
Malaikat mungkin rohani, surgawi, dan menang, tetapi malaikat tidak mulia,
sebab mereka tidak memiliki kemuliaan Allah. Puji Tuhan, kita yang percaya
kepada Kristus memiliki kemuliaan Allah! Agama sebenarnya menurunkan orang ke
tingkat malaikat. Di bawah pengaruh konsepsi agamis, banyak orang Kristen yang
damba menjadi malaikat. Jika kita melihat ekonomi Allah, kita akan menolak pengaruh
yang demikian dan damba dipenuhi oleh kemuliaan, agar Allah dapat mencapai
sasaran-Nya.
Kita mungkin menang tanpa mulia. Sebagai
contoh, seorang saudara boleh jadi merasa senang karena ia telah sukses
mengalahkan amarahnya. Mungkin bertahuntahun lamanya ia selalu dikalahkan oleh
sifatnya dan sekarang ia telah beroleh kemenangan. Tetapi kemenangan itu boleh
jadi sama sekali tanpa kemuliaan. Ekonomi Allah bukan masalah kemenangan atas
sifat, melainkan masalah menerima Kristus sebagai hayat dan persona kita dan
membiarkan Dia hidup di dalam kita. Hasil dari hal ini ialah ekspresi Allah
sebagai kemuliaan. Kita mungkin menang dalam diri kita sendiri, tetapi untuk
menjadi mulia kita memerlukan Kristus menjadi hayat dan persona kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita
59
No comments:
Post a Comment