Pembacaan Alkitab: Yoh.
4:24; 8:32
Bila kehidupan pernikahan kita normal, kita
tidak memikirkan apakah tingkah laku kita terhadap pasangan kita sesuai dengan
realitas atau mencapai standarnya atau tidak. Kalau kita berpikir demikian
dalam hubungan suami istri, kita akan terpaut jauh dari alam terang.
Sesungguhnya kita bahkan belum sepenuhnya sesuai dengan realitas. Jika
kehidupan pernikahan kita dalam alam terang, kita tidak akan memikirkan
bagaimana tingkah laku kita. Sebaliknya, kita hanya akan hidup dalam terang
dengan sederhana dan wajar. Kita akan melakukan perkara-perkara tertentu dan
berperilaku secara tertentu hanya karena kita berada dalam terang, bukan karena
kita menganggap perkara dan perilaku kita itu menurut realitas yang nyata dalam
Yesus.
Dalam awal kehidupan kekristenan saya, saya
hidup dalam alam realitas. Saya berusaha untuk benar dalam setiap perkara yang
saya lakukan. Saya takut melakukan perkara-perkara tertentu karena saya
khawatir akan dicela orang lain. Karena itu, saya berperilaku dengan cara yang
terpuji. Ini berarti perilaku saya menurut realitas. Kemudian, oleh belas
kasihan Tuhan, saya dibawa lebih banyak ke dalam hadirat-Nya. Saya belajar
bagaimana tinggal dalam penyertaan-Nya dan hidup dalam keintiman dengan-Nya
dalam suatu hubungan yang penuh kasih dan terang. Akibatnya, saya tidak lagi
melakukan perkara-perkara tertentu bukan karena saya mengira perkara itu salah,
tetapi karena saya berada di dalam terang. Selaku orang yang berada dalam
terang, saya berperilaku dan bertutur kata tanpa memikirkan apa yang menurut
realitas atau apa yang benar. Saya tidak lagi memikirkan apakah yang akan
dikatakan orang lain, tentang perilaku saya. Saya berada dalam terang, maka
saya tidak lagi mempertimbangkan perbuatan mana yang menurut realitas.
Jika gereja ingin menjadi manusia baru,
gereja perlu dan sewajarnya hidup menurut realitas dan oleh anugerah. Tetapi
untuk aspek mempelai perempuan, hal itu tidaklah cukup. Sebagai mempelai
perempuan, gereja harus memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus dalam
kasih dan terang. Dalam setiap perkara dan setiap cara, gereja sebagai mempelai
perempuan harus benar. Karena itu, dalam pasal 5, kasih dan terang merupakan
unsur dasar.
Dalam tiap pasal Kitab Efesus gereja
diwahyukan dalam aspek yang berbeda-beda. Setiap aspeknya berkaitan dengan
unsur dasar yang berbeda pula. Sebagai contoh, dalam pasal 6 kita nampak gereja
sebagai pejuang. Apa yang diperlukan seorang pejuang bukan anugerah dan
realitas atau kasih dan terang, melainkan kekuatan dan perlengkapan senjata
untuk berperang. Sebagai pejuang, gereja harus berdiri dengan perkasa, dan
harus mengenakan perlengkapan senjata untuk berperang.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Efesus, Buku 3, Berita 61
No comments:
Post a Comment