Hitstat

19 April 2013

Efesus - Minggu 30 Jumat


Pembacaan Alkitab: Yoh. 4:24; 8:32


Bila kehidupan pernikahan kita normal, kita tidak memikirkan apakah tingkah laku kita terhadap pasangan kita sesuai dengan realitas atau mencapai standarnya atau tidak. Kalau kita berpikir demikian dalam hubungan suami istri, kita akan terpaut jauh dari alam terang. Sesungguhnya kita bahkan belum sepenuhnya sesuai dengan realitas. Jika kehidupan pernikahan kita dalam alam terang, kita tidak akan memikirkan bagaimana tingkah laku kita. Sebaliknya, kita hanya akan hidup dalam terang dengan sederhana dan wajar. Kita akan melakukan perkara-perkara tertentu dan berperilaku secara tertentu hanya karena kita berada dalam terang, bukan karena kita menganggap perkara dan perilaku kita itu menurut realitas yang nyata dalam Yesus.

Dalam awal kehidupan kekristenan saya, saya hidup dalam alam realitas. Saya berusaha untuk benar dalam setiap perkara yang saya lakukan. Saya takut melakukan perkara-perkara tertentu karena saya khawatir akan dicela orang lain. Karena itu, saya berperilaku dengan cara yang terpuji. Ini berarti perilaku saya menurut realitas. Kemudian, oleh belas kasihan Tuhan, saya dibawa lebih banyak ke dalam hadirat-Nya. Saya belajar bagaimana tinggal dalam penyertaan-Nya dan hidup dalam keintiman dengan-Nya dalam suatu hubungan yang penuh kasih dan terang. Akibatnya, saya tidak lagi melakukan perkara-perkara tertentu bukan karena saya mengira perkara itu salah, tetapi karena saya berada di dalam terang. Selaku orang yang berada dalam terang, saya berperilaku dan bertutur kata tanpa memikirkan apa yang menurut realitas atau apa yang benar. Saya tidak lagi memikirkan apakah yang akan dikatakan orang lain, tentang perilaku saya. Saya berada dalam terang, maka saya tidak lagi mempertimbangkan perbuatan mana yang menurut realitas.

Jika gereja ingin menjadi manusia baru, gereja perlu dan sewajarnya hidup menurut realitas dan oleh anugerah. Tetapi untuk aspek mempelai perempuan, hal itu tidaklah cukup. Sebagai mempelai perempuan, gereja harus memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan Yesus dalam kasih dan terang. Dalam setiap perkara dan setiap cara, gereja sebagai mempelai perempuan harus benar. Karena itu, dalam pasal 5, kasih dan terang merupakan unsur dasar.

Dalam tiap pasal Kitab Efesus gereja diwahyukan dalam aspek yang berbeda-beda. Setiap aspeknya berkaitan dengan unsur dasar yang berbeda pula. Sebagai contoh, dalam pasal 6 kita nampak gereja sebagai pejuang. Apa yang diperlukan seorang pejuang bukan anugerah dan realitas atau kasih dan terang, melainkan kekuatan dan perlengkapan senjata untuk berperang. Sebagai pejuang, gereja harus berdiri dengan perkasa, dan harus mengenakan perlengkapan senjata untuk berperang.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 61

No comments: