Hitstat

01 April 2013

Efesus - Minggu 28 Senin


Pembacaan Alkitab: Gal. 2:20


Ekonomi Allah bukanlah suatu agama, melainkan satu persona yang ajaib, tak terbatas, tak terukur, tak terduga, dan almuhit, yaitu Kristus Yesus sendiri. Kristus adalah perwujudan Allah dan isi gereja. Kristus ini seharusnya menjadi hayat dan persona kita.

Namun, dalam kekristenan hari ini ekonomi Allah telah menjadi satu agama belaka. Di bawah pengaruh agama, orang-orang Kristen percaya bahwa Allah mengasihi dunia dan mengaruniakan Anak tunggal-Nya untuk mati bagi dosa manusia di atas salib. Setelah bangkit, Kristus, naik ke surga. Hingga kembali-Nya, kita terus membaca Alkitab dan menuruti ajaran-ajarannya. Akan tetapi ajaran bukanlah persona hidup Kristus. Ekonomi Allah bukanlah masalah agama yang berisikan ajaranajaran dan doktrin-doktrin, melainkan persona hidup yang ajaib. Sekarang persona ini harus menjadi persona kita. Keperluan kita hari ini bukanlah memperhatikan doktrin, melainkan memperhatikan dan berkontak dengan Kristus yang hidup di batin kita ini.

Kita tidak saja perlu dipulihkan kepada Kristus yang obyektif di surga, tetapi juga kepada Kristus yang subyektif di dalam roh kita. Persona subyektif ini selalu berusaha memperluas diri-Nya ke dalam hati kita. Kristus bukan hanya Juruselamat kita secara obyektif, tetapi juga hayat dan pribadi kita secara subyektif. Kita harus menaruh perhatian sepenuhnya pada Kristus yang subyektif ini. Dalam Galatia 2:20 Paulus dapat berkata, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Di sini Paulus tidak membicarakan hayat Kristus, pekerjaan Kristus, atau kuat kuasa Kristus, melainkan Kristus yang hidup di dalamnya. Haleluya, persona Kristus kini hidup di dalam kita!

Boleh jadi Anda telah mendengar banyak berita atau membaca banyak buku tentang pengudusan. Untuk mengetahui makna sebenarnya dari pengudusan ini, kita perlu berkontak dengan Roh pemberi-hayat yang berhuni dalam roh kita. Salah satu aspek dari pengudusan itu mencakup pemisahan. Dikuduskan berarti dipisahkan pada posisinya, yaitu mengalami perubahan posisi. Namun ini bukan aspek pengudusan yang satu-satunya. Dalam pengudusan ada sesuatu yang dahulunya alamiah berangsur-angsur menjadi kudus pada sifatnya. Maka ketika kita dikuduskan secara subyektif, kita menjadi kudus dalam sifat.

Aspek pengudusan ini dapat diumpamakan dalam proses pembuatan minuman teh. Ketika kita menaruh daun teh ke dalam secangkir air, maka air itu mengalami proses “pentehan” menjadi air teh. Kita dapat membandingkan diri kita seperti secangkir air dan Kristus seperti daun teh. Bagaimana air mengalami proses “pentehan” melalui unsur teh, begitu pula kita dikuduskan oleh unsur Kristus. Jadi, dikuduskan berarti Kristus sendiri ditambahkan ke dalam diri kita. Semakin banyak Kristus ditambahkan ke dalam kita, kita akan semakin memiliki rupa, rasa, dan aroma Kristus. Maka yang kita perlukan dari hari ke hari ialah menerima lebih banyak Kristus sebagai teh surgawi ke dalam kita, agar lebih banyak unsur-Nya ditambahkan ke dalam diri kita. Dengan cara inilah kita akan mengalami proses “peng-Kristusan”.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita 56

No comments: