Pembacaan
Alkitab: Gal. 2:20
Ekonomi Allah bukanlah suatu agama, melainkan satu
persona yang ajaib, tak terbatas, tak terukur, tak terduga, dan almuhit, yaitu
Kristus Yesus sendiri. Kristus adalah perwujudan Allah dan isi gereja. Kristus
ini seharusnya menjadi hayat dan persona kita.
Namun, dalam kekristenan hari ini ekonomi Allah
telah menjadi satu agama belaka. Di bawah pengaruh agama, orang-orang Kristen
percaya bahwa Allah mengasihi dunia dan mengaruniakan Anak tunggal-Nya untuk
mati bagi dosa manusia di atas salib. Setelah bangkit, Kristus, naik ke surga.
Hingga kembali-Nya, kita terus membaca Alkitab dan menuruti ajaran-ajarannya.
Akan tetapi ajaran bukanlah persona hidup Kristus. Ekonomi Allah bukanlah
masalah agama yang berisikan ajaranajaran dan doktrin-doktrin, melainkan
persona hidup yang ajaib. Sekarang persona ini harus menjadi persona kita.
Keperluan kita hari ini bukanlah memperhatikan doktrin, melainkan memperhatikan
dan berkontak dengan Kristus yang hidup di batin kita ini.
Kita tidak saja perlu dipulihkan kepada Kristus yang
obyektif di surga, tetapi juga kepada Kristus yang subyektif di dalam roh kita.
Persona subyektif ini selalu berusaha memperluas diri-Nya ke dalam hati kita.
Kristus bukan hanya Juruselamat kita secara obyektif, tetapi juga hayat dan
pribadi kita secara subyektif. Kita harus menaruh perhatian sepenuhnya pada
Kristus yang subyektif ini. Dalam Galatia 2:20 Paulus dapat berkata, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup,
melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Di sini Paulus tidak
membicarakan hayat Kristus, pekerjaan Kristus, atau kuat kuasa Kristus,
melainkan Kristus yang hidup di dalamnya. Haleluya, persona Kristus kini hidup
di dalam kita!
Boleh jadi Anda telah mendengar banyak berita atau
membaca banyak buku tentang pengudusan. Untuk mengetahui makna sebenarnya dari
pengudusan ini, kita perlu berkontak dengan Roh pemberi-hayat yang berhuni
dalam roh kita. Salah satu aspek dari pengudusan itu mencakup pemisahan.
Dikuduskan berarti dipisahkan pada posisinya, yaitu mengalami perubahan posisi.
Namun ini bukan aspek pengudusan yang satu-satunya. Dalam pengudusan ada
sesuatu yang dahulunya alamiah berangsur-angsur menjadi kudus pada sifatnya.
Maka ketika kita dikuduskan secara subyektif, kita menjadi kudus dalam sifat.
Aspek pengudusan ini dapat diumpamakan dalam proses
pembuatan minuman teh. Ketika kita menaruh daun teh ke dalam secangkir air,
maka air itu mengalami proses “pentehan” menjadi air teh. Kita dapat
membandingkan diri kita seperti secangkir air dan Kristus seperti daun teh.
Bagaimana air mengalami proses “pentehan” melalui unsur teh, begitu pula kita
dikuduskan oleh unsur Kristus. Jadi, dikuduskan berarti Kristus sendiri
ditambahkan ke dalam diri kita. Semakin banyak Kristus ditambahkan ke dalam
kita, kita akan semakin memiliki rupa, rasa, dan aroma Kristus. Maka yang kita
perlukan dari hari ke hari ialah menerima lebih banyak Kristus sebagai teh
surgawi ke dalam kita, agar lebih banyak unsur-Nya ditambahkan ke dalam diri
kita. Dengan cara inilah kita akan mengalami proses “peng-Kristusan”.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Efesus, Buku 3, Berita 56
No comments:
Post a Comment