Pembacaan
Alkitab: Ef. 6:14; Why. 12:11
Dalam ayat 14 Paulus meneruskan, “Berbajuzirahkan
kebenaran” (Tl.). Baju zirah kebenaran adalah untuk menutupi hati nurani
kita, yang dilambangkan dengan dada. Iblis adalah pendakwa kita. Dalam
berperang melawan dia kita perlu hati nurani yang tidak bercela. Tidak peduli
betapa jernihnya hati nurani kita, menurut perasaan kita, hati nurani kita
perlu ditudungi dengan baju zirah kebenaran. Menjadi benar berarti benar
terhadap Allah dan manusia. Jika kita bersalah sedikit saja terhadap Allah atau
manusia, Iblis akan mendakwa kita, dan hati nurani kita akan berlubang yang
melaluinya segala iman dan keberanian kita akan bocor. Karena itu, kita perlu
penudungan kebenaran untuk melindungi kita dari tuduhan si musuh. Kebenaran ini
adalah Kristus (1 Kor. 1:30).
Wahyu 12:11 mengatakan, “Dan mereka mengalahkan
dia oleh darah Anak Domba”. Ditudungi oleh darah Anak Domba terutama
berarti mengenakan baju zirah kebenaran. Kebenaran berada di dalam darah, dan
penudungan darah adalah baju zirah. Walau hal ini agak sulit dijelaskan secara
doktrinal, tetapi kita dapat memahaminya melalui pengalaman. Kapan saja kita
ingin berperang melawan kuasa kegelapan, maka Iblis, melalui tuduhantuduhannya,
membuat hati nurani kita menjadi sangat peka. Perasaan-perasaan demikian
sebenarnya bukan kepekaan hati nurani itu sendiri, melainkan akibat dakwaan
Iblis. Saat itu juga kita harus berkata, “Aku mengalahkan Iblis, si pendakwa,
bukan oleh kesempurnaanku, juga bukan oleh suatu hati nurani yang tidak
bercela, melainkan oleh darah Anak Domba. Aku melawan tuduhannya dengan baju
zirah kebenaran.”
Kebenaran yang menudungi hati nurani kita
dan yang melindungi kita dari dakwaan Iblis ialah Kristus sendiri. Dialah
kebenaran kita. Jadi, Kristus ialah realitas yang menjadi ikat pinggang kita,
Ia pun baju zirah kebenaran yang menudungi hati nurani kita. Kita tidak
ditudungi oleh kebenaran diri sendiri, melainkan oleh Kristus sebagai kebenaran
kita. Ada orang yang mungkin merasa heran, bagaimana baju zirah kebenaran dapat
sekaligus berkaitan dengan Kristus dan darah. Kita tidak dapat memisahkan darah
dari Kristus dalam pengalaman. Terpisah dari darah-Nya, Kristus tidak dapat
menudungi kita; di bawah pembersihan darah-Nya, Ia menjadi kebenaran kita.
Kapan saja kita ingin mengambil bagian dalam peperangan rohani ini, kita perlu
berdoa, “Tuhan, tudungilah aku dengan diri-Mu sendiri sebagai kebenaranku.
Tuhan, aku bersembunyi di bawah darah-Mu.” Tambahan pula, kita harus memberi
tahu si pendakwa itu, “Iblis, aku mengalahkanmu bukan oleh jasaku, melainkan
oleh darah Anak Domba yang menang.”
Sumber: Pelajaran-Hayat
Efesus, Buku 3, Berita 64
No comments:
Post a Comment