Pembacaan
Alkitab: Yoh. 6:63
Sepanjang sejarah gereja, hal ketiga yang
merusak gereja ialah organisasi. Unsur perusak ini mulai muncul pada abad
kedua, sebagian besar melalui pengaruh se-orang tokoh rohani, yakni Ignatius,
yang mengajarkan bahwa uskup berbeda dengan penatua. Tetapi berdasarkan Alkitab,
penatua dan uskup mengacu kepada kelompok orang yang sama. Istilah penatua
ditujukan kepada orangnya, sedang uskup atau penilik ditujukan kepada
pekerjaannya. Dalam Perjanjian Baru para penatua menilik atau mengawasi
berbagai aspek dari hidup gereja. Ajaran yang mengatakan bahwa uskup berada di
atas penatua memberikan jalan bagi perkembangan suatu hierarki, yang disusun
dengan organisasi ketat yang mencakup para uskup, uskup agung, kardinal, dan
Paus. Hal ini mengakibatkan Roh Kudus kehilangan kedudukan di dalam apa yang
disebut “gereja” itu. Untuk mempertahankan organisasi, maka perlu ada
peraturan, bentuk, dan upacara. Itulah sebabnya perkara-perkara tersebut sangat
diperlukan dalam apa yang disebut “gereja” itu.
Jika kita jelas akan faktor-faktor yang
merusak gereja, kita akan terhindar dari menempuh jalan kekristenan yang usang,
dan kita tidak akan memberi tempat bagi agama, pohon pengetahuan, atau
organisasi.
Beban saya ialah menghendaki kita semua
“dibongkar” bagi Kristus dan gereja, dan agar kita dibongkar dari perkara-perkara
kekristenan yang usang. Dalam pemulihan Tuhan kita harus sepenuhnya kembali
kepada keadaan yang semula, di mana terdapat perihal makan pohon hayat. Pada
permulaannya hanya ada firman yang merawat kita, tanpa agama, pohon
pengetahuan, dan organisasi. Betapa kita perlu dibongkar dari ketiga faktor
jahanam yang merusak gereja itu! Demi rahmat Tuhan, banyak di antara kita yang
telah dibongkar, dan ada lainnya yang sedang dibongkar melalui sidang demi
sidang. Ketika saya berkontak dengan kaum saleh, saya mengetahui banyak yang
telah dilepaskan sepenuhnya dari agama, pengetahuan, dan organisasi. Karena
kita telah dibongkar dan dibebaskan, maka kita dapat hidup dan agresif bagi
Kristus dan gereja ke mana saja kita pergi. Setelah dibongkar, kita menjadi
satu, dan kita memiliki realitas kasih persaudaraan, bukan sebagai doktrin.
Semoga kita semua dapat terkesan secara
mendalam bahwa hidup gereja tidak ada sangkut pautnya dengan agama,
pengetahuan, atau organisasi. Dalam gereja tidak ada tempat bagi peraturan,
bentuk, atau tata cara. Kita bahkan tidak memperhatikan pengetahuan Alkitab
secara harfiah. Bagi kita, setiap perkataan dalam Alkitab harus menjadi roh dan
hayat (Yoh. 6:63). Demikian, gereja akan menjadi hidup dan terpelihara dalam
keesaan. Roh pemberi-hayat adalah keesaan kita. Setiap perkara yang kita
perlukan bagi hidup gereja berada dalam Roh yang almuhit ini. Ketika kita
membaca firman suci, kita harus melatih roh kita untuk berdoa, agar firman itu
menjadi Roh dalam pengalaman kita, sehingga kita bisa memiliki hidup gereja
yang sejati. Selama kita memiliki hidup gereja, kita akan memiliki
segala-galanya: keselamatan, penebusan, pengudusan, hayat kemenangan,
pengangkatan, dan kerajaan. Dalam hidup gereja, segala sesuatu, baik dalam
waktu maupun dalam kekekalan, adalah milik kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 3, Berita
73
No comments:
Post a Comment