Pembacaan Alkitab: Yoh. 15:4, 7; Flp. 1:21
Dalam Alkitab terang dan hayat adalah satu, hayat dan kasih
adalah satu, kasih berkaitan dengan kekudusan, dan kekudusan berkaitan dengan
kebenaran. Bila semua itu digabungkan, itulah kekuatan kita. Atribut-atribut
ilahi ini — terang, hayat, kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan — sebenarnya adalah
Allah Tritunggal itu sendiri yang datang kepada kita sebagai Roh melalui
firman. Ketika kita berkontak dengan Allah Tritunggal sebagai Roh melalui
firman, kita akan mengalami-Nya sebagai terang, hayat, kasih, kekudusan,
kebenaran, dan kekuatan. Inilah Kristus dalam pengalaman kita. Kalau kita
mengalami Kristus dengan cara yang subyektif ini, kita pasti akan dengan
spontan memperhidupkan dia.
Firman hayat tidak hanya satu dengan Kristus, tetapi juga dengan
atribut-atribut ilahi ini. Dari pengalaman kita dapat bersaksi setiap kali kita
menggores firman dengan roh kita, kita akan beroleh terang. Firman hayat akan
menjadi terang dalam pengalaman kita. Tidak hanya demikian, firman akan menjadi
hayat yang mencakup kasih, kekudusan, kebenaran, kekuatan, tenaga, dan
kekuasaan. Inilah kesatuan firman hayat dengan Kristus yang hidup juga dengan
berbagai macam atribut dari Allah Tritunggal.
Kita tidak boleh menganggap Alkitab hanya sekadar kitab teologi
yang mewahyukan apa dan siapa Allah, dan apa yang Allah kehendaki kita lakukan
untuk berkontak dengan Dia. Alkitab bukan hanya wahyu yang obyektif tentang
Allah dan tuntutan-Nya. Alkitab seharusnya juga menjadi pohon hayat untuk kita
makan. Bagi kita Alkitab mungkin adalah sejilid kitab pengetahuan atau kitab
hayat, pohon pengetahuan atau pohon hayat. Pohon pengetahuan mendatangkan
kematian, tetapi pohon hayat mendatangkan suplai hayat ilahi. Saya akui dahulu
saya menuntut banyak sekali pengetahuan melalui membaca Alkitab sebagai pohon
pengetahuan. Akibatnya saya dimatikan, saya terbunuh oleh Alkitab yang dicetak
dengan huruf hitam di atas kertas putih. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Paulus, “Hukum yang tertulis mematikan” (2
Kor. 3:6). Alkitab yang harfiah dapat membunuh. Ini adalah akibat kita menerima
Alkitab sebagai pohon pengetahuan. Tetapi jika kita memakai roh kita untuk
memakan firman, Alkitab akan menjadi kitab hayat dalam pengalaman kita. Dengan
demikian kita akan tersuplai dengan hayat melalui setiap ayatnya. Banyak orang
Kristen yang telah terbunuh oleh Alkitab yang harfiah. Yang mereka perlukan
bukan doktrin yang bertumpuk-tumpuk, melainkan hayat dari Roh itu. Mereka perlu
menerima Alkitab sebagai pohon hayat.
Kita tidak saja perlu mengontak firman dengan pikiran kita,
tetapi juga dengan roh kita yang dilahirkan kembali. Bila kita memakai roh kita
untuk mengontak firman, maka firman akan menjadi satu dengan Tuhan sendiri
dalam pengalaman kita. Dengan demikian firman akan menjadi hidup, memberi
energi, dan penuh dengan atribut ilahi seperti terang, hayat, kasih, kekudusan,
kebenaran, dan kekuatan. Melalui menerima firman sedemikian inilah baru kita
dapat memperhidupkan Kristus.
Saya tidak menaruh syak bahwa kehidupan Paulus sesungguhnya
adalah kehidupan yang memperhidupkan Kristus. Ia dapat berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Flp.
1:21). Ia pun menyuruh kita untuk membiarkan perkataan Kristus tinggal dengan
kayanya di dalam kita (Kol. 3:16). Seperti telah kita tunjukkan, kata “tinggal” dalam Kolose
3:16 berarti “berumah” atau “bersemayam”. Membiarkan perkataan Kristus berumah
di dalam kita berarti membiarkan firman itu menjenuhi seluruh diri kita.
Akhirnya, ketika dalam pengalaman kita firman, Kristus, dan Allah Tritunggal
berbaur menjadi satu, maka kita akan memperhidupkan Kristus. Kita akan memiliki
satu kehidupan yang penuh dengan atribut-atribut ilahi, seperti terang, hayat,
kasih, kekudusan, kebenaran, dan kekuatan. Inilah kehidupan orang Kristen yang
wajar.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 45
No comments:
Post a Comment