Pembacaan Alkitab: Flp. 1:21; 4:5
Paulus menyadari bahwa kebaikan hati adalah pekerti yang
almuhit. Itulah alasan ia berkata, “Hendaklah
kebaikan hatimu diketahui semua orang.” Kebaikan hati ini sebenarnya adalah
Kristus sendiri. Dalam 1:21 Paulus berkata, “Bagiku
hidup adalah Kristus.” Karena Kristus adalah kebaikan hati, maka bagi
Paulus hidup adalah kebaikan hati. Harapan Paulus yang sesungguhnya ialah
Kristus dapat diperbesar di dalam dirinya, baik melalui hidup maupun mati.
Bagi Paulus memperbesar Kristus berarti memperlihatkan kebaikan hatinya. Karena
itu, diperbesarnya Kristus dalam diri kita sama dengan memperlihatkan kebaikan
hati kita kepada semua orang. Ini dikarenakan kebaikan hati adalah Kristus yang
kita alami secara riil. Kita boleh membicarakan tentang memperhidupkan Kristus
dan bersaksi bahwa bagi kita hidup adalah Kristus. Tetapi, dari hari ke hari,
dalam kehidupan kita di rumah, yang kita butuhkan ialah kebaikan hati. Bila
kita memiliki kebaikan hati, maka dalam pengalaman barulah kita benar-benar
memiliki Kristus. Jika seorang saudari bersalah kepada suaminya, yang harus
diperlihatkan suaminya ialah Kristus sebagai kebaikan hatinya.
Semakin kita merenungkan makna kebaikan hati, kita akan semakin
dapat mengapresiasi alasan Paulus menyebut kebaikan hati dalam 4:5. Kegagalan
dan kekalahan kita dalam kehidupan kristiani berasal dari kurangnya kebaikan
hati pada diri kita. Semua orang saleh, yang muda maupun yang tua sama saja,
yakni cenderung mengabaikan kebaikan hati. Bila kita ingin memperhidupkan
Kristus, kita harus puas dengan apa yang lebih sedikit dari hak kita.
Janganlah kita menuntut sesuatu secara keras terhadap orang lain.
Setelah membicarakan kebaikan hati, Paulus segera melanjutkan, “Tuhan itu dekat” (Tl.). Saya telah mengatakan
bahwa saya tidak menentang pengertian bahwa perkataan ini ditujukan kepada
dekatnya kedatangan Tuhan. Namun demikian, berdasarkan pengalaman, bukan
berdasarkan doktrin, saya dapat mengatakan bahwa perkataan ini ditujukan kepada
kehadiran Tuhan bersama kita pada hari ini. Ini juga memperkuat anjuran Paulus
bahwa kita harus memperlihatkan kebaikan hati kita kepada semua orang. Karena
Tuhan itu dekat, tiada alasan bagi kita untuk tidak memperlihatkan kebaikan
hati kita kepada semua orang. Sering kita gagal dalam memperlihatkan kebaikan
hati kita karena kita lupa bahwa Tuhan itu dekat. Bahkan kita tidak ingat bahwa
sebenarnya Dia berada di dalam kita. Bila seorang saudara diberi istrinya
minuman dingin bukan minuman panas, apakah yang ia perhatikan, minumankah atau
Kristuskah? Kalau ia memperhatikan minuman, bukan Kristus, maka dalam
pengalamannya yang dekat adalah minuman, Tuhan jauh dengannya. Karena kita tidak
menyadari bahwa Tuhan itu dekat, maka kita tidak menyatakan kebaikan hati.
Sebaliknya, kita akan memperlakukan orang dengan keras, dan menuntut sesuatu
terhadap mereka, tanpa memperhatikan situasi mereka. Semakin kita menyadari
Tuhan itu dekat, kita akan semakin merasa puas dan semakin bisa bersimpati
kepada orang lain, serta memahami keadaan orang dengan ramah. Kalau kita tahu
Tuhan itu dekat, kita akan beralih dari ciptaan lama ke ciptaan baru, ke dalam
kebangkitan yang unggul yang terekspresi sebagai kebaikan hati.
Jika kita memperlihatkan kebaikan hati kepada orang lain, mereka
akan beroleh perawatan, kesembuhan, dan bantuan untuk bertumbuh. Dalam segala
hal kita tidak akan membuat mereka tersandung atau terluka. Tetapi, karena
kurangnya kebaikan hati, kita telah melukai banyak orang dalam hidup gereja
maupun dalam kehidupan keluarga kita.
Saya ingin menekankan fakta bahwa kebaikan hati bukanlah soal
etika. Kebaikan hati adalah Kristus. Dalam Filipi pasal 1, 2, dan 3, Paulus
telah banyak membicarakan Kristus. Kemudian, dalam 4:5, ia bukan berbicara
tentang Kristus, melainkan tentang kebaikan hati. Sebenarnya ketika ia berkata, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang” sama dengan ia berkata, “Hendaklah
Kristus dinyatakan dan diperbesar di hadapan semua orang.” Setelah
berbicara tentang memperhidupkan Kristus, memperbesar Kristus, menerima Kristus
sebagai teladan, dan mengejar Kristus sebagai sasaran, Paulus menunjukkan bahwa
kita perlu memperhidupkan Kristus ini sebagai kebaikan hati kita. Kita semua
memerlukan Tuhan menjadi kebaikan hati kita. Memperhidupkan Dia sebagai
kebaikan hati benar-benar berarti hidup dalam kebangkitan yang unggul.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 56
No comments:
Post a Comment