Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 12:8-9; Flp.
4:6-7
Dalam 4:6-7 Paulus berkata, “Janganlah
hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan
pikiranmu dalam Kristus Yesus.” Paulus pasti menyusun ayat-ayat ini dengan
pemikiran yang sangat matang. Dalam ayat 6 ia menyinggung doa, permohonan, dan
ucapan syukur. Doa bersifat umum dan beresenskan penyembahan dan persekutuan;
permohonan bersifat khusus dan ditujukan kepada keperluan tertentu. Menurut
pengalaman orang Kristen, berdoa berarti bersekutu, bergaul dengan Tuhan, dan
menyembah Dia. Setiap hari kita perlu mempunyai satu waktu untuk berkontak
dengan Tuhan, bersekutu dengan-Nya, dan menyembah Dia. Selama waktu persekutuan
kita, kita mungkin mengajukan permohonan tertentu. Jadi, kita tidak hanya
berdoa secara umum, tetapi juga memohon kepada Tuhan secara khusus. Kita
mengajukan permohonan kepada Dia yang dengan-Nya kita bersekutu. Karena itu, permohonan
merupakan suatu permintaan khusus yang kita ajukan selama waktu doa kita.
Marilah kita semua belajar berdoa dan memohon dengan mengucap
syukur. Jika kita penuh syukur kepada Tuhan, hal ini akan melindungi kita dari
kekhawatiran. Tetapi jika kita berdoa kepada Tuhan dengan rasa cemas,
kekhawatiran kita akan bertambah-tambah. Berdoa untuk situasi kita mungkin akan
membuat kekhawatiran kita menjadi-jadi. Namun bila kita berdoa dan memohon dengan
mengucap syukur, kekhawatiran kita akan lenyap.
Kita telah nampak bahwa untuk mengatasi kekhawatiran kita perlu
berdoa dan bersekutu serta menyembah Dia. Kemudian, kita perlu menyatakan
permohonan kita dengan mengucap syukur. Ketika berbuat demikian, kita mungkin
mengira Tuhan akan selalu mengabulkan apa yang kita minta. Tetapi, adakalanya
Tuhan akan berkata tidak. Lihatlah pengalaman Paulus atas duri dalam dagingnya.
Dalam 2 Korintus 12:8 ia berkata, “Tentang
hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu
mundur dari hadapanku.” Tetapi Tuhan menolak permohonan Paulus dan berkata
kepadanya, “Cukuplah anugerah-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (ayat 9). Karena
itu, Paulus dapat menyatakan, “Sebab itu,
aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun
menaungi aku.” Butir yang terpenting di sini ialah Paulus menerima kehendak
Allah. Ia menyadari bahwa kehendak Allah ialah membiarkan duri itu tinggal
dalam dirinya, agar ia dapat mengalami anugerah-Nya yang cukup. Karena Paulus
menerima kehendak Tuhan, maka ia tidak khawatir tentang apa pun.
Memang benar, kita perlu berdoa dan memohon kepada Tuhan dengan
mengucap syukur. Tetapi bila Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita,
kekhawatiran kita mungkin bertambah, bukan berkurang. Pada saat demikian, kita
menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengubah situasi kita, sebaliknya, Ia
membiarkan “duri” itu tinggal. Ia tahu kita memerlukan duri itu. Ia pun
memerlukannya supaya Ia dapat menyatakan anugerah-Nya yang cukup dan sebagai
tambahan melatih kita untuk bersandar kepada-Nya. Jika kita tidak menerima
kehendak Tuhan dan bersikeras untuk mengajukan permohonan menurut kehendak kita
sendiri, kita tidak akan dapat terlepas dari kekhawatiran.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 62
No comments:
Post a Comment