Pembacaan Alkitab: Flp. 4:4-6
Sebagaimana ayat 5 adalah kelanjutan ayat 4, maka ayat 6 adalah
kelanjutan ayat 5. Jika kita nampak kelanjutannya di sini, kita akan paham bahwa kebaikan hati
memerlukan doa. Dalam ayat 6 Paulus berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.” Sepertinya tidak ada hubungan antara kata-kata “hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua
orang” dengan “nyatakanlah
keinginanmu . . .” Tetapi sebenarnya kedua kalimat ini berkaitan erat.
Ketika kita mempraktekkan kebaikan hati, kita akan paham betapa kita perlu
berdoa. Kita mungkin khawatir dan cemas tentang banyak hal mengenai keluarga
kita atau gereja. Selain itu, kita mungkin menyadari bila kita membicarakan
keprihatinan kita maka kita akan menimbulkan masalah. Kalau begitu, apakah yang
harus kita perbuat? Setelah menyuruh kita jangan khawatir, Paulus mendorong
kita untuk berdoa. Jika kita berdoa, Tuhan akan memberi kita pengertian,
pertimbangan, dan hikmat yang kita perlukan. Jika seorang saudari berdoa dulu
sebelum mempersekutukan sesuatu kepada suaminya, ia akan mengetahui apakah yang
harus ia katakan kepada suaminya dan kapan saat yang tepat untuk mengatakannya.
Selain itu, jika ia berdoa dengan setia dan tekun, ia akan memiliki suplai yang
kaya untuk melayani suaminya. Kemudian kebaikan hatinya disertai suplainya yang
kaya akan menggenapkan kehendak Allah dalam situasi itu.
Pertama-tama, kita perlu membina kehidupan pernikahan dan
kehidupan keluarga yang tepat, kemudian baru kita dapat membina hidup gereja (church life). Jika seorang saudara tidak
tahu bagaimana membina kehidupan pernikahan yang menyenangkan di rumah dan
kehidupan keluarga yang indah bersama anak-anaknya, ia akan sulit mengambil
bagian dalam pembangunan gereja. Bila ia berkumpul bersama orang lain untuk
pelayanan gereja, boleh jadi ia sangat sopan. Tetapi, terhadap istri atau
anak-anaknya, ia mungkin tidak demikian. Kita boleh jadi sangat sopan terhadap
saudara dan saudari dalam gereja, namun sangat tidak sopan terhadap suami atau
istri atau anak-anak kita.
Kita harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kehidupan
pernikahan, kehidupan keluarga, dan hidup gereja kita. Ikatan yang mengikat
kita bersama ini adalah hal yang permanen. Dalam kehidupan keluarga dan
kehidupan gereja yang sejati tidak seorang pun digaji atau dipecat. Dapatkah
kita menggaji seseorang untuk menjadi anak kita, atau dapatkah kita memecat
salah seorang dari anak-anak kita? Tentu tidak dapat. Demikian pula, tidak ada
anggota-anggota gereja yang dapat digaji atau dipecat. Sama halnya, jika
seorang hamba Tuhan dapat memecat salah seorang rekan sekerjanya, ini berarti
mereka bukan benar-benar bekerja sama di dalam Tuhan. Dalam pekerjaan Tuhan
tidak ada hal menerima gaji atau dipecat. Karena itu, dalam kehidupan keluarga,
dalam hidup gereja, dan dalam bekerja sama bagi kepentingan Tuhan, kita perlu kebaikan hati.
Kebaikan hati diperlukan sebab kita telah diikat bersama untuk secara permanen.
Sekali lagi saya ingin mengingatkan kalian bahwa kebaikan hati
adalah suatu pekerti yang almuhit. Pekerti ini mencakup pengertian, hikmat,
sabar, pertimbangan, dan kemampuan untuk membantu dan memberi suplai yang
memadai. Jika kita semua melatih kebaikan hati, niscayalah kita akan memiliki
kehidupan pernikahan yang menyenangkan, kehidupan keluarga yang harmonis dan
bahagia, serta hidup gereja yang ajaib dan indah.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Filipi, Buku 3, Berita 59
No comments:
Post a Comment