Pembacaan
Alkitab: Kol. 1:12-14; Gal. 5:25
Dalam menulis Kitab 1 Korintus, Paulus juga memakai
lukisan-lukisan dari Perjanjian Lama. Dalam 1 Korintus 5:7 kita nampak Kristus adalah
Paskah, dan dalam 1 Korintus 10:3-4, Dia adalah manna. Menurut lukisan-lukisan dalam
Perjanjian Lama, bani Israel dilepaskan dari Mesir melalui domba Paskah, dan mereka
bertahan di padang gurun melalui manna. Tabernakel (Kemah Pertemuan) yang didirikan
di padang gurun melambangkan hidup gereja (church life) yang dapat
berpindah-pindah. Hidup gereja semacam ini tidak kokoh, tidak didirikan dengan
permanen. Setelah bani Israel masuk ke tanah permai dan menikmati berkat yang dijanjikan
kepada Abraham, mereka membangun bait dengan batu bersandarkan suplai kekayaan tanah
permai yang tidak terduga itu. Bait melambangkan hidup gereja yang kokoh. Dalam
1 Korintus kita nampak gereja yang dilambangkan oleh tabernakel, tetapi dalam
Kitab Kolose dan Efesus, gereja dilambangkan oleh bait. Kristus yang kita
nikmati dalam Kitab Kolose bukan hanya anak domba dan manna, tetapi juga tanah
permai, undian, bagian orang-orang kudus.
Dalam Galatia 5:16 Paulus menyuruh kita untuk hidup (atau
berjalan) dalam roh. Roh itu harus menjadi alam lingkungan kita yang di dalamnya
kita hidup. Selain itu, dalam Galatia 5:25 Paulus berkata, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh roh.”
Ini menunjukkan bahwa Roh itu adalah tanah permai kita. Kristus yang diwahyukan
dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam Kitab Kolose, adalah tanah yang almuhit.
Tanah ini adalah Kristus sebagai Roh yang almuhit. Haleluya, kita telah
menerima satu bagian dalam bagian yang sedemikian!
Jika kita nampak hal ini, kita tidak akan mengizinkan hal-hal
yang bukan Kristus menduduki gereja. Orang-orang Kolose telah diganggu oleh peraturan,
praktek, filsafat, dan ajaran pertapaan, sebab mereka tidak nampak Kristus
sebagai Roh yang almuhit itu adalah bagian mereka, tanah permai mereka. Sebagai
pengganti bagian ini, mereka telah menerima tata cara, peraturan, dan filsafat.
Pada prinsipnya, kekristenan hari ini juga demikian. Kekristenan telah diduduki
oleh kebudayaan. Tidak ada satu bagian pun dari kekristenan yang terhindar dari
hal ini. Seluruh kekristenan telah disusupi oleh kebudayaan. Tujuan pemulihan
Tuhan ialah mengeluarkan kita dari semuanya itu lalu membawa kita masuk ke dalam
diri Kristus sendiri. Pada mulanya, dunia adalah Mesir. Sekarang agama Kristen
telah menjadi Mesir yang membelenggu umat Allah. Karena itu umat Allah hari ini
perlu suatu keluaran. Banyak di antara kita yang dapat bersaksi,
ketika masuk ke dalam hidup gereja, kita telah melakukan suatu keluaran dan telah
dilepaskan dari kuasa kegelapan.
Ketika bani Israel mengembara di padang gurun, mereka teringat
akan rasa bawang prei, bawang merah, dan bawang putih yang mereka nikmati di
Mesir, dan mereka masih ingin makan makanan itu. Tetapi ketika bani Israel
masuk ke tanah permai, tidak ada satu pun yang berbau Mesir yang dibawa masuk
ke dalam Kanaan. Jika membawa aroma Mesir ke tanah permai, itu akan menghina
Allah. Memasukkan sesuatu yang bukan Kristus ke dalam gereja juga berarti
penghinaan terhadap Allah. Dalam tanah permai tidak ada bawang prei, bawang
merah, dan bawang putih Mesir. Dalam tanah permai kita hanya menikmati hasil
tanah itu. Seprinsip dengan ini, dalam hidup gereja, tidak ada “bawang putih”
duniawi, hanya Kristus sebagai bagian kaum saleh. Jika kita nampak hal ini, kita
akan terhindar dari perbuatan memasukkan unsur asing apa pun ke dalam Tubuh
Kristus.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Kolose, Buku 1, Berita 6
No comments:
Post a Comment