Pembacaan Alkitab: 1 Tes. 1:8-10
Pada hakikatnya berhala adalah bagian dari Iblis. Berhala itu
setan atau yang sejenis dengannya. Di balik setiap berhala paling sedikit terdapat
satu setan. Ini berarti di balik hiburan, kesenangan, dan pelesiran hari ini
ada setan-setan. Karena itu, kehidupan orang Kristen harus dimulai dengan berpaling
kepada Allah dari berhala.
Dalam ayat 9 Paulus mengatakan pula tentang melayani Allah yang
hidup dan benar. Secara harfiah bahasa Yunaninya "melayani" di sini berarti
melayani sebagai budak. Allah yang hidup dan benar bertolak belakang dengan
berhala yang mati dan palsu. Dalam ayat ini kata "hidup" disebutkan
sebelum kata "benar". Melayani Allah yang benar agak mudah, tetapi
tidak begitu mudah melayani Allah yang hidup. Namun demikian, kita perlu
melayani Allah yang hidup. Allah harus hidup dan benar bagi kita, di dalam kita,
dan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Ia harus hidup dalam pembicaraan kita,
dalam tingkah laku kita, dan dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.
Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa Allah itu hidup? Kita
buktikan dengan kehidupan sehari-hari kita. Seandainya Allah tidak hidup, niscaya
kehidupan sehari-hari kita akan sangat berbeda dengan apa adanya sekarang.
Kehidupan kita sekarang ini membuktikan bahwa Allah yang kita layani adalah
hidup. Ia hidup di dalam kita, dan Ia mengatur kita, memimpin kita, dan
menanggulangi kita. Ia tidak membiarkan kita begitu saja. Bahkan dalam banyak
hal Ia mengoreksi dan membenahi kita, sampai-sampai dalam perkara yang kecil
pun, seperti pikiran dan motivasi kita. Ini adalah bukti bahwa Allah itu hidup.
Selain itu, melalui kehidupan kita dari hari ke hari kita dapat membuktikan kepada
semua famili, tetangga, dan teman kita bahwa Allah kita itu hidup.
Ciri khas ketiga kehidupan kita sebagai orang Kristen menantikan
Putra Allah dari surga. Sebagai orang Kristen, kita harus menempuh hidup yang menyatakan
kepada orang lain bahwa pengharapan kita bukan di bumi ini atau di zaman ini, melainkan
terletak pada Tuhan yang akan datang, dan masa depan kita terletak di
dalam-Nya. Di bumi ini kita tidak mempunyai nasib, tujuan, atau masa depan.
Masa depan kita, nasib kita, dan tujuan kita seluruhnya terfokus pada Tuhan
yang akan datang. Dialah pengharapan, hari depan, dan tujuan kita. Kita sedang menuju
kepada Tuhan, dan nasib kita ialah menjumpai Dia. Sebaliknya, orang duniawi menempuh
hidup yang memberikan kesan bahwa masa depan mereka terletak di bumi ini dan
pengharapan mereka, nasib mereka, tujuan mereka semuanya ada di masa kini. Masa
depan mereka sepenuhnya terkait dengan zaman ini, tetapi masa depan kita tidak.
Karena kita sedang menantikan Putra Allah dari surga, masa depan kita terfokus
pada diri-Nya. Kita tidak menaruh pengharapan di bumi ini dan tidak
mempertaruhkan nasib pada zaman ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat 1 Tesalonika,
Buku 1, Berita 2
No comments:
Post a Comment