Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 5:1-16
Pada akhir pasal 3 Paulus sampai pada titik yang tinggi
dari ekonomi Allah. Tetapi dalam 5:1-16 Paulus turun ke tingkat insani. Di satu
pihak, dalam hidup gereja kita harus memiliki standar ilahi; di pihak lain, kita
harus memperhatikan perkara-perkara pada tingkat insani. Dalam 5:8, misalnya, Paulus
menyuruh kita memelihara sanak saudara kita sendiri. Semua pengajaran dalam
pasal ini sangatlah manusiawi, normal, dan biasa, tidak ada hal yang istimewa,
ajaib, atau adikodrati. Keseluruhan kitab ini ditulis dalam prinsip yang sama.
Ini sangat penting bagi hidup gereja.
Pertama-tama, semua pengajaran yang diberikan di sini disajikan
dalam cara yang sangat manusiawi. Jangan sekali-kali mengira bahwa bila kita
tidak mencapai standar Allah, kita tidak perlu lagi bersikap manusiawi.
Beberapa orang beriman telah terpengaruh oleh ajaran salah bahwa orang-orang Kristen
harus seperti malaikat, sehingga mereka tidak perlu lagi menempuh hidup
manusiawi yang normal. Banyak biarawan dan biarawati dalam aliran kekristenan tertentu
memiliki penempuhan hidup yang abnormal.
Kita semua perlu belajar menjadi manusiawi. Pada kenyataannya,
semakin rohani, kita akan semakin manusiawi. Bila kita mau memperhidupkan Kristus,
kita harus belajar menjadi manusiawi dengan murni. Ketika Tuhan Yesus di bumi,
Ia sangat manusiawi.
Merusak kemanusiawian adalah menghancurkan sarana dan saluran
yang diciptakan oleh Allah untuk ekonomi-Nya. Karena itu, kita di dalam gereja
haruslah manusiawi dan menurut standar kehidupan insani yang normal. Dalam
hidup gereja kita dengan tegas menekankan keinsanian yang benar. Saya dapat
bersaksi bahwa saya sendiri hidup normal secara manusiawi. Bila Anda mengamati kehidupan
saya, Anda akan melihat saya sangat manusiawi. Selain itu saya menganjurkan
semua penatua agar menjadi manusiawi. Para penatua jangan menolong orang-orang
kudus di lokal mereka untuk menjadi serupa dengan malaikat. Kita mengapresiasi malaikat,
tetapi kita tidak ingin meniru mereka. Sebaliknya, kita lebih condong menjadi
manusiawi.
Kita hendaknya merupakan orang-orang Kristen yang
manusiawi. Di satu pihak, kita memiliki sifat ilahi (2 Ptr. 1:4); di pihak
lain, kita adalah manusia yang normal. Fakta bahwa kita memiliki hayat ilahi bukan
berarti kita akan berubah menjadi Allah. Sebaliknya, kita harus menempuh hidup
insani dengan murni oleh hayat dan sifat ilahi. Dengan cara ini kita akan mampu
menempuh hidup insani yang luhur, suatu hidup seperti hidup Tuhan Yesus. Ketika
Ia berada di bumi, Ia menempuh hidup insani dengan hayat ilahi dan sifat ilahi.
Hidup insani Tuhan dilaksanakan dengan hayat ilahi, hidup insani kita hendaknya
sama. Jadi, kita semua harus belajar menjadi manusiawi.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 9
No comments:
Post a Comment