Hitstat

16 March 2015

1 Timotius - Minggu 5 Senin



Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 5:1-16


Pada akhir pasal 3 Paulus sampai pada titik yang tinggi dari ekonomi Allah. Tetapi dalam 5:1-16 Paulus turun ke tingkat insani. Di satu pihak, dalam hidup gereja kita harus memiliki standar ilahi; di pihak lain, kita harus memperhatikan perkara-perkara pada tingkat insani. Dalam 5:8, misalnya, Paulus menyuruh kita memelihara sanak saudara kita sendiri. Semua pengajaran dalam pasal ini sangatlah manusiawi, normal, dan biasa, tidak ada hal yang istimewa, ajaib, atau adikodrati. Keseluruhan kitab ini ditulis dalam prinsip yang sama. Ini sangat penting bagi hidup gereja.

Pertama-tama, semua pengajaran yang diberikan di sini disajikan dalam cara yang sangat manusiawi. Jangan sekali-kali mengira bahwa bila kita tidak mencapai standar Allah, kita tidak perlu lagi bersikap manusiawi. Beberapa orang beriman telah terpengaruh oleh ajaran salah bahwa orang-orang Kristen harus seperti malaikat, sehingga mereka tidak perlu lagi menempuh hidup manusiawi yang normal. Banyak biarawan dan biarawati dalam aliran kekristenan tertentu memiliki penempuhan hidup yang abnormal.

Kita semua perlu belajar menjadi manusiawi. Pada kenyataannya, semakin rohani, kita akan semakin manusiawi. Bila kita mau memperhidupkan Kristus, kita harus belajar menjadi manusiawi dengan murni. Ketika Tuhan Yesus di bumi, Ia sangat manusiawi.

Merusak kemanusiawian adalah menghancurkan sarana dan saluran yang diciptakan oleh Allah untuk ekonomi-Nya. Karena itu, kita di dalam gereja haruslah manusiawi dan menurut standar kehidupan insani yang normal. Dalam hidup gereja kita dengan tegas menekankan keinsanian yang benar. Saya dapat bersaksi bahwa saya sendiri hidup normal secara manusiawi. Bila Anda mengamati kehidupan saya, Anda akan melihat saya sangat manusiawi. Selain itu saya menganjurkan semua penatua agar menjadi manusiawi. Para penatua jangan menolong orang-orang kudus di lokal mereka untuk menjadi serupa dengan malaikat. Kita mengapresiasi malaikat, tetapi kita tidak ingin meniru mereka. Sebaliknya, kita lebih condong menjadi manusiawi.

Kita hendaknya merupakan orang-orang Kristen yang manusiawi. Di satu pihak, kita memiliki sifat ilahi (2 Ptr. 1:4); di pihak lain, kita adalah manusia yang normal. Fakta bahwa kita memiliki hayat ilahi bukan berarti kita akan berubah menjadi Allah. Sebaliknya, kita harus menempuh hidup insani dengan murni oleh hayat dan sifat ilahi. Dengan cara ini kita akan mampu menempuh hidup insani yang luhur, suatu hidup seperti hidup Tuhan Yesus. Ketika Ia berada di bumi, Ia menempuh hidup insani dengan hayat ilahi dan sifat ilahi. Hidup insani Tuhan dilaksanakan dengan hayat ilahi, hidup insani kita hendaknya sama. Jadi, kita semua harus belajar menjadi manusiawi.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius, Berita 9

No comments: