Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 6:11-21
Dalam ayat
12 Paulus berkata, "Rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah
dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi." Hidup (hayat) yang kekal di sini
adalah hayat ilahi, hayat Allah yang bukan ciptaan, yang bersifat kekal. Kekal
menunjukkan sifat lebih daripada unsur waktu dari hayat ilahi. Untuk melakukan
peperangan yang baik bagi kepercayaan dalam hidup kristiani, khususnya dalam pelayanan
kristiani, kita harus teguh berpegang pada hayat ilahi ini, dan tidak bersandar
pada hayat insani kita. Karena itu, dalam 1, 2 Timotius, dan Titus, hayat kekal
ditekankan berkali-kali (1 Tim. 1:16; 6:19; 2 Tim. 1:1, 10; Tit. 1:2; 3:7).
Untuk merampungkan ekonomi Allah terhadap gereja seperti yang dikatakan dalam
Kitab 1 Timotius, untuk menghadapi arus kemerosotan dari kejatuhan gereja seperti
yang dikatakan dalam Kitab 2 Timotius, dan untuk memelihara ketertiban yang
baik dalam gereja seperti dikatakan dalam Kitab Titus, hayat ini adalah syarat
dasar yang harus ada.
Dalam ayat 12 Paulus secara khusus
mengatakan bahwa kita telah dipanggil untuk hayat yang kekal. Tidak ada kitab lain
dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang "hayat yang kekal. Untuk
itulah engkau telah dipanggil". Ini
adalah ciri khas Kitab 1 Timotius. Apakah Anda menyadari bahwa Anda telah
dipanggil untuk hayat yang kekal? Hayat yang kekal ini bukan hanya mengacu
kepada berkat-berkat yang akan datang. Dipanggil kepada hayat yang kekal tidak berarti
kita dipanggil untuk menikmati berkat-berkat di surga. Hayat yang kekal
haruslah merupakan hayat kita hari ini, suatu hayat untuk kehidupan sehari-hari
kita saat ini. Melalui kelahiran kita yang pertama, kelahiran jasmani, kita menerima
hayat Adam. Tetapi karena kita telah dipanggil untuk hayat yang kekal, kita tidak
seharusnya memperhidupkan hayat Adam, hayat alamiah. Memang, kita harus benar-benar
manusiawi, bahkan manusiawi seperti Yesus, tetapi bukan dalam hayat alamiah kita.
Sebaliknya, kita harus memperhidupkan hayat insani dengan hayat yang kekal.
Kita telah dipanggil untuk hayat ini, dan sekarang kita harus
memperhidupkannya.
Dalam ayat 13
Paulus meneruskan, "Di hadapan
Allah yang memberikan hidup (hayat) kepada segala sesuatu dan di hadapan
Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius
Pilatus, kuserukan kepadamu." Di sini Paulus menyebutkan Allah sebagai
persona yang memberikan hidup (hayat) kepada segala sesuatu. Hal ini
menunjukkan bahwa kita harus memusatkan perhatian kita pada hayat. Setiap aspek
perilaku kehidupan kekristenan kita, haruslah merupakan sesuatu yang padanya
Allah dapat memberikan hayat.
Dalam ayat 14 Paulus melanjutkan, "Turutilah
perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita
Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." Perintah ini tentu mengacu kepada perintah dalam ayat 11-12. Ungkapan
"menyatakan diri-Nya" mengacu kepada kedatangan Tuhan kali kedua.
Paulus berpesan kepada Timotius agar menempuh hidup sebagai manusia milik Allah
hingga saat kedatangan Tuhan Yesus. Kemudian Tuhan bisa memuji Timotius sebagai
seorang yang hidup di bumi sebagai penerus diri-Nya sendiri. Saya berharap pada
saat Tuhan menampakkan diri, Ia akan berkata kepada kita, "Anak yang
setia, kamu telah menjadi bagian dari penerus-Ku. Aku hidup di bumi sebagai
manusia milik Allah. Kamu adalah penerus-Ku, karena kamu juga telah menempuh
hidup sebagai manusia milik Allah. Kamu tidak hidup oleh hayat alamiah, tetapi
kamu hidup oleh hayat yang kekal."
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius,
Berita 12
No comments:
Post a Comment