Pembacaan Alkitab: 2 Tim. 1:1-14
Hayat yang disebut dalam ayat 1
termasuk kedelapan unsur dasar dari suntikan penangkal ini. Ini berarti bahwa
hayat kekal mencakup hati nurani yang murni, iman yang tulus ikhlas, karunia
Allah, roh yang kuat, anugerah yang kekal, hayat yang tidak binasa, perkataan
sehat, dan Roh yang berhuni. Bila kita memiliki hayat ini, yang sebenarnya
adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses, kita pasti memiliki hati
nurani yang murni, iman yang tulus ikhlas, beserta segala persediaan suntikan
penangkal ilahi lainnya.
Dalam ayat 3 Paulus berkata, "Aku
mengucap syukur kepada Allah yang kulayani dengan hati nurani yang murni
seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan aku selalu mengingat engkau dalam
permohonanku, baik siang maupun malam." Melayani di sini adalah melayani
Allah dalam penyembahan kepada-Nya (Kis. 24:14; Flp. 3:3). Paulus mengikuti
jejak nenek moyangnya dalam melayani Allah dengan hati nurani yang murni. Dalam
masa kemerosotan, orang memerlukan hati nurani yang murni, hati nurani yang
dimurnikan dari campuran apa pun, untuk melayani Allah.
Ayat 5 mengatakan, "Sebab aku
teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di
dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam
dirimu." Di sini Paulus mengingatkan Timotius akan iman yang tulus ikhlas
yang berada di dalamnya. Iman ini mula-mula hidup (berhuni) di dalam nenek
Timotius dan kemudian di dalam ibunya. Sekarang iman ini berhuni di dalamnya.
Hari ini kita dapat memuji Tuhan bahwa iman ini juga di dalam kita. Karena kita
memiliki hayat kekal, kita mempunyai iman yang tulus ikhlas.
Dalam ayat 6 Paulus meneruskan,
"Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang
ada padamu melalui penumpangan tanganku atasmu." Perkataan ini ditulis
untuk mendorong dan menguatkan Timotius dalam ministrinya bagi Tuhan, yang
mungkin menjadi lemah karena dipenjarakan-Nya Paulus dan karena situasi
kemerosotan gereja. Di sini Paulus seolah-olah berkata kepada Timotius,
"Timotius, aku berpesan kepadamu agar mengobarkan karunia Allah yang ada
di dalammu. Ada sesuatu di dalammu yang sedang menyala. Akan tetapi tidak cukup
bila hanya menyala -- engkau perlu mengobarkan karunia ini. Engkau memiliki
sesuatu di dalammu yang merupakan karunia Allah. Karena engkau mempunyai iman
yang tulus ikhlas, aku mengingatkanmu untuk mengobarkan karunia ini."
Dalam ayat 7 Paulus melanjutkan,
"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." Roh di sini mengacu
kepada roh manusia, yang telah dilahirkan kembali dan dihuni oleh Roh Kudus
(Yoh. 3:5-6; Rm. 8:16). Mengobarkan karunia Allah berhubungan dengan roh kita
yang telah dilahirkan kembali.
Dalam ayat 8 Paulus berkata,
"Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu
karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi
Injil-Nya oleh kekuatan Allah." Di sini kita mempunyai alasan mengapa
Paulus berpesan kepada Timotius dalam ayat 6-7 untuk mengobarkan karunia Allah
yang ada di dalam dirinya dengan roh yang kuat. Kita hendaknya melakukan hal
ini agar tidak merasa malu akan kesaksian Tuhan. Tidak malu bersaksi tentang
Tuhan kita artinya berdiri melawan arus kemerosotan gereja. Kita juga harus
siap menderita bersama Injil. Injil, yang dipersonifikasikan di sini, sedang
menderita penganiayaan. Karena itu, Timotius tentunya akan menderita
bersama-sama dengan Injil. Penderitaan kita akan aniaya bersama-sama dengan
Injil haruslah sampai tingkat yang dapat ditanggung oleh kekuatan Allah, bukan
oleh kekuatan alamiah kita.
No comments:
Post a Comment