Pembacaan Alkitab: 1 Tim. 6:11-21
Dalam ayat 17-19 Paulus memberi peringatan tambahan
kepada orang-orang kaya. Ayat 17 mengatakan, "Peringatkanlah orang-orang kaya
di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang
tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya
memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." Perkataan ini dapat dianggap sebagai pelengkap bagi 6:7-10.
Ayat 18-19 meneruskan, "Peringatkanlah
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi
dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang
baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."
Berbuat baik di sini mengacu
kepada kesediaan membagikan materi kepada orang yang memerlukan dan membagikan
kekayaan dengan rela kepada mereka. Menjadi kaya dalam perbuatan baik bukan hanya
kaya dalam materi, lebih-lebih kaya dalam kebajikan menurut perkenan Allah (Ef.
2:10). "Di waktu yang akan
datang" mengacu kepada masa yang akan datang (seperti yang
dibandingkan dengan di dunia ini dalam
ayat 17), yaitu zaman kerajaan, saat itu kaum saleh pemenang akan menikmati pahala
Tuhan. Untuk ini kita semua perlu meletakkan dasar yang baik pada zaman ini
sebagai harta untuk kita nikmati pada masa yang akan datang. Mereka yang kaya
dalam zaman ini harus menggunakan kekayaan mereka sedemikian rupa sehingga
mereka meletakkan dasar yang baik sebagai harta untuk masa yang akan datang.
Dalam ayat
19 Paulus berpesan kepada Timotius untuk mendorong orang-orang kaya "mencapai
hidup yang sebenarnya". Hidup
yang sebenarnya ini adalah hayat kekal yang disinggung dalam ayat 12. Kekayaan materi
adalah untuk hayat alamiah manusia pada zaman ini, hayat ini bersifat
sementara, karena itu tidak sejati. Jika kita berbuat baik dengan menggunakan materi,
kita akan merampungkan sesuatu untuk hidup yang sejati, meletakkan harta bagi kenikmatan
kita dalam hayat kekal pada zaman yang akan datang. Ini menuntut kita berpegang
teguh pada hayat kekal Allah, yaitu hayat yang sejati itu. Kalau tidak, kita akan
berpegang pada hayat alamiah insani kita dan meletakkan harta kekayaan materi pada
zaman ini untuk hayat yang tidak sejati. Kita harus memperhatikan hayat kekal,
bukan hayat alamiah. Ayat 12 dan ayat 19 menekankan hayat kekal Allah. Ini menunjukkan
bahwa hayat Allah adalah faktor penting dan tidak boleh kurang bagi hidup
kristiani kita.
Ayat 20-21 mengatakan, "Hai
Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan
yang kosong dan tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang
disebut pengetahuan, karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan
demikian telah menyimpang dari iman." Apa yang telah dipercayakan mengacu kepada apa yang telah diserahkan kepada
Timotius, yaitu perkataan sehat yang diterimanya dari Paulus. Perkataan itu
bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. "Apa yang disebut pengetahuan"
adalah ajaran dari guru palsu yang disebut pengetahuan (mungkin berhubungan
dengan pengetahuan Gnostik). Ajaran itu menggantikan pengetahuan yang sejati dari
perkataan sehat Allah yang dipercayakan kepada Timotius. Orang-orang yang
mengakui apa yang disebut pengetahuan palsu telah menyimpang dari iman. Mengenai
isi obyektif kepercayaan kita, mereka seperti dalam hal menembak, tidak
mengenai sasaran. Mereka telah salah sasaran terhadap ekonomi Perjanjian Baru
Allah. Setelah menyampaikan perkataan lebih lanjut ini, Paulus mengakhirinya
dengan berkata, "Anugerah menyertai kamu!".
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Timotius,
Berita 12
No comments:
Post a Comment