Pembacaan
Alkitab: Why. 3:3
Kita adalah ladang Allah (1 Kor. 3:9), hal ini merupakan suatu
prinsip dasar penanggulangan Allah terhadap kita. Sebagai tanaman Allah, kita
harus bertumbuh dan menjadi matang (Why. 14:15). Bila gandum di ladang
belum matang, tentu tidak akan disimpan ke dalam lumbung, melainkan
ditinggalkan di ladang. Kalau kita bersalah, kita perlu menerima ganjaran; bila
kita tidak matang, kita harus ditinggalkan di ladang hingga kita menjadi matang.
Tidak seorang pun dapat menyangkal prinsip ini.
Matius 24 mewahyukan, di satu pihak Tuhan akan datang lagi secara
rahasia; sebab di situ dikatakan Ia akan datang seperti pencuri (Mat. 24:42-43). Tidak ada pencuri yang
datang dengan terang-terangan. Matius 24:44 menyuruh kita untuk siap sedia "Karena
Anak manusia datang pada saat yang tidak kamu duga". Ketika kita
mengira pencuri akan datang, Ia tidak datang; tetapi ketika kita sedang tenang,
tidak mengira pencuri datang, Ia malah datang. Dalam Wahyu 3:3 Tuhan
juga memperingatkan gereja di Sardis demikian, "Jikalau engkau tidak
berjaga-jaga,
Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu kapan saatnya Aku tiba-tiba datang kepadamu."
Matius 24:40-41 dua kali mengatakan, "Yang seorang akan dibawa
dan yang lain akan ditinggalkan." Tidak disangsikan lagi, itu pasti
ditujukan kepada pengangkatan yang rahasia, yakni pengangkatan orang yang telah
siap sedia dan telah matang. Pencuri selalu mencuri barang-barang yang berharga, tidak
mungkin mencuri sampah. Kita perlu dipandang berharga oleh Tuhan, kita perlu
menjadi berharga dengan menjadi matang, sehingga kita bisa dibawa-Nya secara diam-diam. Ini akan terjadi pada suatu
hari. Janganlah percaya kepada konsepsi yang mengatakan seluruh kaum saleh akan
terangkat sekaligus sebelum kesusahan besar tiba. Konsepsi itu tidak tepat, dan
tidak boleh dipercaya. Memang menurut 1 Tesalonika 4:17 sebagian besar
kaum saleh akan terangkat; tetapi Matius 24:40-44 menerangkan bahwa kaum
saleh yang telah matang akan terangkat secara rahasia. Kedatangan Tuhan
mempunyai dua aspek : pertama adalah penyertaan-Nya yang rahasia, kemudian
penampilan-Nya yang
terbuka. Perkataan dalam 1 Tesalonika 4:15-17 tentang "yang
hidup, yang masih tinggal" menunjukkan kepada kita bahwa saat
itu terdapat dua kelompok orang Kristen; satu kelompok ialah mereka yang hidup,
yang terangkat, satu kelompok lainnya ialah mereka yang hidup, yang masih
tinggal atau tertinggal. Begitu pula yang dikatakan dalam Matius 24, yakni
seorang dibawa dan seorang lainnya ditinggalkan.
Kerajaan Seribu Tahun adalah bagian terakhir dari masa penggenapan
kehendak Allah yang kekal. Pada zaman ini maupun zaman akan datang semuanya merupakan masa di
mana Tuhan bekerja dan menanggulangi kaum beriman-Nya, agar mereka matang dan
disempurnakan sepenuhnya agar dapat merampungkan kehendak Allah. Jika pada
zaman ini Ia tidak dapat merampungkan kehendak-Nya di atas diri kita, Ia akan merampungkannya kelak pada zaman
yang akan datang. Hal ini mutlak tergantung pada reaksi kita terhadap pekerjaan
anugerah-Nya. Dalam
hikmat-Nya Allah
telah mengatur Kerajaan Seribu Tahun di zaman yang akan datang sebagai pahala
untuk mendorong kita untuk mencari Dia dan menanggapi pekerjaan anugerah-Nya dalam zaman ini. Bila kita mau
menerima dorongan ini, di satu pihak kita akan menikmati Tuhan dan hidup gereja
sebagai perhentian hari Sabat hari ini; di pihak lain, kita akan menerima
pahala dalam zaman yang akan datang, yakni masuk ke dalam perhentian hari Sabat
Kerajaan Seribu Tahun. Kalau kita meremehkan dorongan ini, kita akan kehilangan
kenikmatan atas Tuhan dan hidup gereja sebagai perhentian hari Sabat hari ini
dan akan menerima ganjaran, penghukuman dalam zaman yang akan datang, sehingga sama
sekali tidak mungkin menikmati perhentian hari Sabat Tuhan dan Kerajaan Seribu
Tahun sebagai perhentian hari Sabat yang lebih baik. Tentu saja, zaman gereja
hari ini sangat penting bagi Tuhan untuk mematangkan dan menyempurnakan kaum beriman-Nya. Namun zaman kerajaan yang akan
datang itu juga diperlukan oleh Tuhan untuk menanggulangi kaum beriman-Nya yang hari ini enggan bekerja
sama dengan anugerah-Nya. Itulah sebabnya, Surat Ibrani ini mendorong kita agar kita
berusaha sekuatnya untuk memasuki perhentian hari Sabat yang tersedia bagi
kita.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 22
No comments:
Post a Comment