Pembacaan
Alkitab: Ibr. 3:12, 15-19
Hati yang tidak percaya adalah
hati yang paling jahat, yang paling berdosa terhadap Allah. Daud pernah melakukan
satu dosa besar, yaitu membunuh orang dan merampas istrinya. Namun menurut
pemerintahan Allah, dosanya itu tidak terlalu berat, karena itu Allah tidak
membuang dia. Akan tetapi, ketidakpercayaan bani Israel di padang gurun
menyebabkan Allah membuang mereka. "Ketidakpercayaan" menghina dan
menentang diri Allah. Setiap dosa pasti melanggar hukum Allah yang adil, tetapi
belum tentu menghina diri Allah sendiri. Namun "ketidakpercayaan"
adalah dosa yang paling berat, karena langsung menentang dan menghina Allah
sendiri.
Walau Allah itu hidup dan setia janji, namun hati jahat itu keras
terhadap‑Nya (3:8). Di satu aspek, hati jahat itu mempunyai banyak dalih,
banyak alasan; di aspek lain, hati jahat itu juga degil, tanpa aturan, sebab
telah membeku, telah meninggalkan jalan benar, tanpa mengerti prinsip Allah
atau jalan Allah, bahkan mencobai Allah (3:9). Pada akhimya, hati yang demikian
selain menipu dirinya sendiri juga akan tertipu (3:13). Itulah keadaan hati
yang jahat. Hati jahat ini selalu berawal dari mengeraskan hati. Jika hati kita
menjadi keras, sangatlah berbahaya! Kita perlu senantiasa memohon Allah untuk
melunakkan hati kita, dengan berkata, "Tuhan, belas kasihanilah aku.
Lunakkan hatiku dan jangan biarkan hatiku menjadi keras."
Hati yang jahat melahirkan ketidakpercayaan, dan ketidakpercayaan
berdalih menurut konsepsi alamiah, bukan menurut prinsip Allah. Perhatikan
alasan yang dipakai bani Israel dalam Bilangan 13:31‑33. Alasan mereka mengandung
unsur‑unsur dusta. Karena mereka berkata, "Negeri yang telah kami lalui
untuk diintai adalah suatu negeri yang memakan penduduknya." Ini
adalah dusta. Yosua dan Kaleb sebaliknya berkata, "Janganlah memberontak
kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan
kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang
TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka" (Bil. 14:9).
Perkataan Yosua dan Kaleb barulah yang benar. Namun, bani Israel tidak berdalih
berdasarkan kebenaran, melainkan berdasarkan dusta, tanpa mengindahkan jalan
Allah.
Ketidakpercayaan mendatangkan ketidaktaatan, ketegaran, dan
pemberontakan (Ibr. 3:18), dan membangkitkan amarah Allah (3:8, 16). Karena
tidak percaya, bani Israel akhimya murtad terhadap Allah yang hidup. Walaupun
Allah itu hidup dan setia janji, namun ketidakpercayaan menyebabkan kita
meninggalkan Allah. Bila kita meninggalkan Allah, bagaimana Ia bisa berbuat apa‑apa
lagi untuk kita? Karena bani Israel tidak percaya, mereka tidak dapat memasuki
perhentian, bahkan jatuh dan mati di padang gurun (3:18‑19). Allah bersumpah
bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam, perhentian‑Nya, "mayatnya
bergelimpangan di padang gurun." (3:17). Betapa seriusnya akibat hati
jahat yang tidak percaya itu! Allah dipaksa sedemikian rupa sehingga tidak dapat
berbuat apa‑apa lagi bagi bani Israel, sebab Ia tidak dapat mengingkari prinsip‑Nya
sendiri, Ia pun tidak dapat menentang diri‑Nya sendiri. Jangan sekali‑kali kita
melanggar Allah hingga Ia tidak dapat berbuat apa‑apa di atas diri kita. Hal
ini sangat mengerikan!
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 25
No comments:
Post a Comment