Pembacaan
Alkitab: Gal. 1:4; 6:14; Rm. 8:4
Menurut lambang keselamatan umat Israel, keselamatan kaum beriman
Perjanjian Baru juga terbagi dalam tiga tahap. Pertama, kita mengalami
keselamatan keluar dari dunia. Kita telah dibenarkan demi darah Yesus (Rm. 3:22‑25)
dan telah dipisahkan dari dunia (Gal. 1:4; 6:14). Bila seseorang belum keluar
dari dunia, ia masih belum mengalami keselamatan tahap pertama. Keselamatan
yang diberitakan kekristenan hanya mengutamakan keselamatan demi darah Yesus
yang menghasilkan pembenaran oleh iman, tanpa keluar dari dunia. Hari ini ada
jutaan orang Kristen sejati yang telah dibenarkan demi iman melalui darah
Yesus, akan tetapi mereka masih tertinggal di dalam dunia. Mereka perlu suatu
keluaran. Kita memuji Tuhan, karena kita telah keluar dari dunia, yang di
dalamnya termasuk agama. Kita telah keluar dari agama Yahudi, juga keluar dari
sekadar "agama Kristen".
Tahap kedua dari keselamatan kita adalah keselamatan melalui jiwa,
yang mana mencakup pengudusan (Rm. 6:19, 22) dan transformasi (Rm. 12:2).
Banyak orang mengira "jiwa" bukan suatu istilah yang baik. Kita tidak
boleh mengatakan demikian. Jiwa mungkin sangat baik mungkin pula sangat jelek.
Perjanjian Baru mewahyukan kepada kita bahwa setelah kita dibenarkan dan
dilahirkan kembali, kita masih harus mengalami pengudusan dan transformasi.
Pada tahun‑tahun yang lampau kita sangat jelas mengetahui bahwa transformasi,
termasuk pengudusan, adalah masalah dalam jiwa kita. Jiwa kita, yaitu manusia
kita, perlu dikuduskan dan ditransformasi, diresapi oleh segala adanya Kristus.
Esens, unsur, dan hakiki Kristus dalam roh kita perlu meluas ke dalam jiwa
kita. Tidak dapat disangkal bahwa esens ilahi Kristus telah tertanam dalam roh
kita. Kini esens ilahi‑Nya harus meresapi dan menjenuhi jiwa kita, hingga jiwa
kita ditransformasi sepenuhnya oleh unsur ilahi‑Nya. Transformasi bukan sekadar
suatu penggantian, terlebih pula berarti esens ilahi Kristus tergarap di dalam
batin kita. Andrew Murray memakai istilah "menenun" untuk melukiskan
betapa unsur Kristus "tertenun" bagaikan tekstil di dalam kita.
Selama tahun‑tahun awal dalam ministri istilah tersebut juga sering kita
gunakan dalam khotbah kita. Walau itu tidak salah, tetapi kita tidak dapat
menemukan istilah demikian dalam Alkitab. Dalam Alkitab kita hanya menemukan
istilah "berbaur" atau "dibaurkan".
Apakah artinya transformasi? Transformasi bukan perbaikan akhlak
atau perbaikan kelakuan, melainkan berarti sifat insani kita lebih dulu dibasuh
oleh darah Tuhan, lalu dibaurkan dengan Roh Kudus, minyak urapan itu, sehingga
kita dikuduskan dan diubah baik dalam kedudukan maupun dalam sifat. Dalam
keselamatan tahap kedua kita menikmati Kristus sebagai manna surgawi dan air
hidup, sebagai Roh pemberi hayat yang memancar dari batu karang yang terbelah,
yakni Kristus sendiri. Dalam tahap transformasi ini, kenikmatan kita atas diri
Kristus lebih kaya dan lebih subyektif. Kita memuji Tuhan, karena pada tahun‑tahun
yang lampau, dalam pemulihan Tuhan, banyak orang saleh telah dibawa ke dalam
transformasi ini secara riil. Walau adakalanya perlu sedikit perbaikan atau
koreksi dari luar, namun kita tidak mengandalkan yang luaran itu, melainkan
mengandalkan pekerjaan transformasi Tuhan yang ajaib. Dua Korintus 3:18
mengatakan, "Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang
tidak berselubung. Karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh,
maka kita sedang diubah (ditransformasi) menjadi serupa dengan gambar‑Nya,
dalam kemuliaan yang semakin besar." Transformasi yang sedemikianlah
yang kita perlukan. Haleluya, kita semua kini sedang berada dalam proses
keselamatan tahap kedua ini.
Tahap ketiga dari keselamatan kita adalah masuk ke dalam roh. Kita
harus meninggalkan padang gurun, menyeberang sungai dan masuk ke dalam roh
kita, di mana kita menikmati Kristus sebagai hayat kita (Rm. 8:10; 2 Tim.
4:22), dan di mana kita seharusnya hidup dan bertindak (Rm. 8:4; Gal. 5:16,
25). Di dalam roh, kita memiliki tempat kediaman Allah, tangga surgawi, dan
pintu surga. Karena itu, di dalam roh kita ada ekspresi Allah dan Kerajaan
Allah, dan di sanalah kita menikmati perhentian hari Sabat surgawi.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 2, Berita 26
No comments:
Post a Comment