Hitstat

14 January 2016

Ibrani - Minggu 34 Kamis



Pembacaan Alkitab: Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18


Inti wahyu ilahi dalam Alkitab ialah keputraan. Tujuan Allah ialah agar manusia dapat mengekspresikan Dia. Agar Allah dapat diekspresikan, Allah harus memiliki banyak putra. Janganlah mengira bahwa keselamatan itu inti wahyu Allah. Tidak! Inti wahyu Allah ialah keputraan. Allah berkehendak memperoleh banyak putra. Tujuan Allah mengutus Putra tunggal‑Nya ke dunia ialah untuk melahirkan banyak putra melalui Dia, agar Dia menjadi Putra sulung-Nya. Walaupun Tuhan Yesus datang untuk kali pertama sebagai Putra tunggal Allah, tetapi pada kedatangan‑Nya kali kedua, Ia akan menjadi Putra sulung (Ibr. 1:6). Menjadi Putra sulung berarti menjadi yang pertama di antara banyak putra, saudara‑saudara (Rm. 8:29).

Dalam Alkitab, makna keputraan ialah ekspresi Bapa. Putra selalu mengekspresikan bapanya. Ketika kita melihat seorang bocah, melaluinya kita akan nampak ekspresi bapanya. Seorang bapa insani mungkin hanya perlu seorang anak saja sudah dapat diekspresikan, namun Bapa ilahi yang ajaib dan agung memerlukan jutaan putra menjadi ekspresi‑Nya. Pada suatu hari, seluruh bumi ini akan dipenuhi putra‑putra Allah, sehingga ke mana saja kita pergi, kita dapat melihat gambar Bapa, yakni ekspresi Allah. Bila Anda membaca Perjanjian Baru dengan cermat, Anda akan nampak bahwa Allah bukan menginginkan sekelompok orang dosa yang ditebus, dibasuh, lalu dibawa ke dalam surga. Itu tidak ada artinya. Allah menghendaki banyak putra menjadi ekspresi‑Nya yang korporat dan universal. Di mana saja putra‑putra ini berada, di situlah Bapa diekspresikan. Inilah keputraan.

Hukum hayat tidak saja menurut sifat hayat, juga berasal dari sifat hayat. Hukum hayat muncul dari sifat hayat. Karena suatu hayat tertentu memiliki sifat tertentu, maka ia memiliki hukum tertentu pula. Sebatang pohon apel memiliki sifat pohon apel, hukumnya ialah hukum sifat pohon apel. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa hukum hayat sebenarnya ialah pekerjaan dari sifat hayat. Pada saat sifat suatu hayat bekerja, saat itu hukum hayatnya juga bekerja. Misalkan, kita mempunyai dua batang pohon, yang satu pohon apel dan yang lainnya pohon persik. Jika kedua pohon ini tidak berbuah, kita tidak nampak hukum hayat. Kalau pohon apel dengan spontan menghasilkan buah apel dan pohon persik dengan spontan menghasilkan buah persik, kita nampak pekerjaan hukum hayat mengatur setiap pohon berbuah menurut sifat hayatnya masing‑masing. Maka, hukum hayat tidak lain pekerjaan dan fungsi dari sifat hayat.

Kita telah mengetahui bahwa kehendak Allah adalah memiliki banyak putra. Cara‑Nya untuk memperoleh banyak putra ialah membuat Putra tunggal‑Nya menjadi sebuah model. Betapa besar perbedaan antara Yesus sebagai Putra tunggal dengan Yesus sebagai Putra sulung. Selaku Putra tunggal, Ia bukanlah sebuah model. Untuk menjadi model, Ia harus menjadi Putra sulung Allah. Dalam Putra tunggal hanya ada sifat ilahi, tidak ada sifat insani; tetapi dalam Putra sulung kedua sifat tersebut dimiliki‑Nya. Sifat insani Ini telah mengalami proses "pemutraan", yaitu dilahirkan Allah dalam kebangkitan Kristus. Karena sifat insani Kristus telah mengalami proses pemutraan dalam kebangkitan, maka kini Ia tidak hanya menjadi Putra tunggal Allah, tetapi juga menjadi Putra sulung yang bersifat ganda, yakni sifat ilahi dan sifat insani. Jadi, Ia adalah satu model.

Dalam proses pengubahan, model hidup ini berkembang dari roh kita ke dalam setiap bagian diri kita. Pengubahan sepenuhnya tergantung pada penyaluran hukum hayat ke dalam roh kita. Hukum yang telah disalurkan ke dalam roh kita adalah fungsi hayat ilahi, yang berasal dari sifat hayat ilahi. Sejak hari hukum ini masuk ke dalam roh kita, ia selalu menunggu kesempatan untuk berkembang ke dalam pikiran, emosi, dan tekad kita. Akhirnya, ia akan berkembang ke segenap, diri kita. Pada saat ia berkembang, hukum yang satu ini akan menjadi banyak hukum. Karena hukum ini merupakan pekerjaan sifat hayat ilahi, maka ketika ia bekerja, keputraan pun dihasilkan. Pekerjaannya selalu menghasilkan gambar Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 68

No comments: