Pembacaan Alkitab: Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18
Inti wahyu ilahi dalam Alkitab ialah
keputraan. Tujuan Allah ialah agar manusia dapat mengekspresikan Dia. Agar
Allah dapat diekspresikan, Allah harus memiliki banyak putra. Janganlah mengira
bahwa keselamatan itu inti wahyu Allah. Tidak! Inti wahyu Allah ialah
keputraan. Allah berkehendak memperoleh banyak putra. Tujuan Allah mengutus
Putra tunggal‑Nya ke dunia ialah untuk melahirkan banyak putra melalui Dia,
agar Dia menjadi Putra sulung-Nya. Walaupun Tuhan Yesus datang untuk kali
pertama sebagai Putra tunggal Allah, tetapi pada kedatangan‑Nya kali kedua, Ia
akan menjadi Putra sulung (Ibr. 1:6). Menjadi Putra sulung berarti menjadi yang
pertama di antara banyak putra, saudara‑saudara (Rm. 8:29).
Dalam Alkitab, makna keputraan ialah
ekspresi Bapa. Putra selalu mengekspresikan bapanya. Ketika kita melihat
seorang bocah, melaluinya kita akan nampak ekspresi bapanya. Seorang bapa
insani mungkin hanya perlu seorang anak saja sudah dapat diekspresikan, namun
Bapa ilahi yang ajaib dan agung memerlukan jutaan putra menjadi ekspresi‑Nya.
Pada suatu hari, seluruh bumi ini akan dipenuhi putra‑putra Allah, sehingga ke
mana saja kita pergi, kita dapat melihat gambar Bapa, yakni ekspresi Allah.
Bila Anda membaca Perjanjian Baru dengan cermat, Anda akan nampak bahwa Allah
bukan menginginkan sekelompok orang dosa yang ditebus, dibasuh, lalu dibawa ke
dalam surga. Itu tidak ada artinya. Allah menghendaki banyak putra menjadi
ekspresi‑Nya yang korporat dan universal. Di mana saja putra‑putra ini berada,
di situlah Bapa diekspresikan. Inilah keputraan.
Hukum hayat tidak saja menurut sifat
hayat, juga berasal dari sifat hayat. Hukum hayat muncul dari sifat hayat.
Karena suatu hayat tertentu memiliki sifat tertentu, maka ia memiliki hukum
tertentu pula. Sebatang pohon apel memiliki sifat pohon apel, hukumnya ialah
hukum sifat pohon apel. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa hukum hayat
sebenarnya ialah pekerjaan dari sifat hayat. Pada saat sifat suatu hayat
bekerja, saat itu hukum hayatnya juga bekerja. Misalkan, kita mempunyai dua
batang pohon, yang satu pohon apel dan yang lainnya pohon persik. Jika kedua
pohon ini tidak berbuah, kita tidak nampak hukum hayat. Kalau pohon apel dengan
spontan menghasilkan buah apel dan pohon persik dengan spontan menghasilkan
buah persik, kita nampak pekerjaan hukum hayat mengatur setiap pohon berbuah
menurut sifat hayatnya masing‑masing. Maka, hukum hayat tidak lain pekerjaan
dan fungsi dari sifat hayat.
Kita telah mengetahui bahwa kehendak
Allah adalah memiliki banyak putra. Cara‑Nya untuk memperoleh banyak putra
ialah membuat Putra tunggal‑Nya menjadi sebuah model. Betapa besar perbedaan
antara Yesus sebagai Putra tunggal dengan Yesus sebagai Putra sulung. Selaku Putra
tunggal, Ia bukanlah sebuah model. Untuk menjadi model, Ia harus menjadi Putra
sulung Allah. Dalam Putra tunggal hanya ada sifat ilahi, tidak ada sifat
insani; tetapi dalam Putra sulung kedua sifat tersebut dimiliki‑Nya. Sifat
insani Ini telah mengalami proses "pemutraan", yaitu dilahirkan Allah
dalam kebangkitan Kristus. Karena sifat insani Kristus telah mengalami proses
pemutraan dalam kebangkitan, maka kini Ia tidak hanya menjadi Putra tunggal
Allah, tetapi juga menjadi Putra sulung yang bersifat ganda, yakni sifat ilahi
dan sifat insani. Jadi, Ia adalah satu model.
Dalam proses pengubahan, model hidup
ini berkembang dari roh kita ke dalam setiap bagian diri kita. Pengubahan
sepenuhnya tergantung pada penyaluran hukum hayat ke dalam roh kita. Hukum yang
telah disalurkan ke dalam roh kita adalah fungsi hayat ilahi, yang berasal dari
sifat hayat ilahi. Sejak hari hukum ini masuk ke dalam roh kita, ia selalu
menunggu kesempatan untuk berkembang ke dalam pikiran, emosi, dan tekad kita.
Akhirnya, ia akan berkembang ke segenap, diri kita. Pada saat ia berkembang,
hukum yang satu ini akan menjadi banyak hukum. Karena hukum ini merupakan
pekerjaan sifat hayat ilahi, maka ketika ia bekerja, keputraan pun dihasilkan.
Pekerjaannya selalu menghasilkan gambar Allah.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 68
No comments:
Post a Comment