Pembacaan Alkitab: Ibr. 2:10
Menurut
Perjanjian Baru, hukum hayat tertulis di dalam kita. Sebenarnya, penulisnya
sendiri, yakni Allah, ada di dalam kita. Melalui masuk ke dalam kita, Ia pun
membawakan sifat-Nya dan persona-Nya ke dalam kita. Sifat ini bekerja, sedang
persona-Nya bergerak. Karena itu, kita harus hidup menurut sifat-Nya dan
bergerak menurut persona-Nya. Jangan perhatikan kedudukan atau pangkat dalam
pelayanan gereja, perhatikan saja persona yang hidup ini di dalam Anda. Inilah
hidup yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Kita harus dengan sederhana hidup,
menurut sifat Kristus yang ajaib, dan bergerak menurut persona-Nya yang ajaib
pula. Jangan bersandar pada ketentuan, pengaturan, atau organisasi. Bergerak
dan bertindaklah menurut persona hidup yang ada di dalam Anda. Kalau demikian,
kita pasti menikmati Allah dan menjadi umat-Nya. Allah juga akan menjadi hidup,
kaya, dan dapat dinikmati oleh kita. Ia akan menjadi Allah kita, bukan menurut
ketentuan, melainkan menurut hukum hayat batiniah dan pengurapan minyak. Inilah operasi sifat
ilahi dan insani dari persona yang ajaib ini.
Mungkin kalian
merasa heran mengapa saya begitu menentang "agama". Penyebabnya
adalah karena saya pernah mengalami banyak perkara, khususnya pengajaran dan
bahasa lidah. Di masa lalu, saya pernah mengajar banyak orang untuk berbahasa
lidah. Tetapi setelah berselang sejangka waktu, saya nampak berbahasa lidah
hanya menggerakkan atau merangsang orang untuk sementara waktu, tidak begitu
menghasilkan hayat. Saya
juga pernah berada dalam kekristenan fundamental, di mana saya mempelajari
ajaran-ajaran Alkitab. Lebih dari empat puluh lima tahun yang lampau, saya
sangat mengenal atau paham segala macam lambang, ajaran‑ajaran, dan nubuat
Alkitab. Ajaran‑ajaran itu membuat diri saya "mati" selama tujuh
setengah tahun. Karena itu, saya cukup mempunyai kedudukan untuk mengumumkan
bahwa kita tidak perlu pengajaran-pengajaran yang harfiah. Sekarang saya
menerima amanat dan beban dari Tuhan untuk menyuplaikan Kristus sebagai hayat
kepada umat-Nya. Kalau kalian telah diselamatkan sepenuhnya dari perkara‑perkara
lain, beban saya barulah terlepas. Roh itu tahu betapa perlunya kalian
diselamatkan. Bukan mereka yang berada dalam kekristenan saja, bahkan kita,
yang berada dalam gereja pun perlu memahami masalah keputraan. Kita harus
nampak bahwa hayat adalah satu‑satunya jalan yang memungkinkan tergenapnya
keputraan di dalam diri kita. Tujuan operasi hukum hayat dalam batin kita
adalah untuk melaksanakan dan menggenapkan keputraan.
Ibrani 2:10 mengatakan bahwa Allah
akan memimpin banyak putra ke dalam kemuliaan. Bagaimanakah Allah memimpin
banyak putra ke dalam kemuliaan? Apakah semua orang Kristen dari hari ke hari
tetap dalam keadaannya, hingga pada suatu hari mereka tiba‑tiba dibawa ke dalam
kemuliaan? Sudah tentu tidak! Dalam 1 Korintus 15, Paulus mengatakan bahwa
kebangkitan mirip dengan pertumbuhan pohon. Setelah benih ditanam ke dalam
tanah, benih itu mati, lalu mulai bertumbuh. Pada mulanya, pohon itu merupakan
tunas yang lembut. Tunas lembut itu kemudian bertumbuh terus hingga mencapai
kematangan dan berbunga. Berbunga itulah pemuliaannya. Berbeda dengan jamur
atau cendawan, pohon tidak dimuliakan dengan sekonyong‑konyong, melainkan
melalui berangsur-angsur bertumbuh. Demikian pula, kita semua telah dilahirkan
kembali dan sedang dalam pertumbuhan. Banyak orang seperti tunas‑tunas lembut
yang harus menempuh perjalanan panjang sebelum mencapai pemuliaan. Di antara kelahiran
kembali dengan pemuliaan tercakup proses pengudusan, pengubahan, dan
penyerupaan dengan gambar Putra sulung Allah. Di antara kita ada sebagian kecil
yang telah bertumbuh dalam hayat setelah lewat beberapa tahun, dan mereka telah
mencapai tepi pemuliaan. Mereka sudah siap untuk berbunga. Bagaimanakah Anda?
Bila Anda masih berupa tunas lembut, Anda belum siap untuk berbunga. Anda harus
bertumbuh terus hingga mencapai kematangan. Lalu, pada waktu Anda matang, Anda
akan berbunga di dalam kemuliaan. Dengan jalan inilah Allah memimpin banyak
putra ke dalam kemuliaan.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 67
No comments:
Post a Comment