Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 3:9
Dalam memahami Alkitab, kita terlalu
banyak dipengaruhi oleh konsepsi alamiah pribadi. Dulu pernah saya katakan
bahwa hukum hayat itu berfungsi untuk mengatur kita. Berdasarkan konsepsi ini,
jika kita sedang ingin berbantah-bantah
dengan istri kita, hukum hayat akan mengatur kita. Pengajaran demikian adalah
berdasarkan konsepsi alamiah kita, ini tidaklah tepat. Perhatikanlah sebatang
pohon apel. Hayat pohon apel memiliki sifat pohon apel, dan dari sifat pohon
apel ini muncul hukum hayat pohon apel. Apakah hukum hayat dalam pohon apel
mengaturnya agar ia tidak melakukan kesalahan? Mutlak tidak. Hukum hayat apel
tidak berfungsi secara demikian. Bagaimanakah ia menyatakan fungsinya? Ketika
hayat pohon apel bertumbuh, hukum hayat pohon ini membuat rupa hayat ini
terbentuk. Jadi, ketika sebatang pohon apel berbuah, ia akan mengeluarkan bentuk
buah apel yang tepat. Karena itu, hukum hayat bukan mengatur kita untuk tidak
melakukan kesalahan, melainkan mengatur bentuk hayat.
Jika suatu hayat tidak bertumbuh,
hukum hayatnya tidak akan berfungsi. Hukum hanya berfungsi ketika hayat itu
bertumbuh. Fungsi utama dari hukum hayat bukan secara negatif menyuruh kita
jangan melakukan sesuatu, melainkan dengan positif, ketika hayat bertumbuh,
hukum hayat berfungsi, sehingga kita terbentuk menjadi rupa Kristus. Inilah
fungsi hukum hayat.
Dulu, meskipun saya sudah mengetahui
masalah hukum hayat ini, namun saya sangat terpengaruh oleh pengertian alamiah
saya. Saya mengira fungsi hukum hayat terutama untuk mengatur kita. Pengertian
alamiah itu telah membatasi saya, sehingga saya tidak nampak fungsi hukum hayat
yang sebenarnya. Akhir-akhir ini, saya ditegur oleh Tuhan. Tuhan
bertanya kepadaku, "Siapakah yang memberi tahu kamu hukum hayat terutama
untuk mengatur? Kamu tidak dapat menemukan satu ayat pun dalam Alkitab tentang
perkataan itu. Mengapa kamu tidak memakai kata-kata dalam Roma 8:2 dan 29?" Dalam Roma 8:2 tidak dikatakan
hukum hayat mengatur kita untuk tidak berbuat salah. Konsepsi itu semata-mata berdasar pada pengertian kita yang
insani, alamiah, etis, dan agamis. Kita perlu visi tentang Roma 8:29. Sekarang
kita berada di alam lingkungan lain, dan tidak perlu pengaturan apa pun. Dalam
alam lingkungan ini tidak ada dosa, dunia, daging, atau ego. Perhatikanlah dua
macam pohon, pohon apel dan pohon persik. Kedua pohon itu tidak memiliki dosa,
dunia, daging atau ego. Tetapi kedua pohon itu masing-masing mempunyai satu hukum hayat yang
membentuk mereka. Pembentukan oleh hukum hayat tersebut ialah makna istilah "penyerupaan"
dalam Roma 8:29. Hukum Roh hayat menyerupakan kita dengan gambar Putra
sulung Allah. Ketika hayat bertumbuh, hukum ini menyerupakan kita dengan gambar
Kristus. Bagaimana caranya Kristus terbentuk di dalam kita? Hanya melalui
operasi positif dari hukum hayat yang membentuk kita dengan bentuk-Nya. Betapa besar perbedaan antara realitas
ini dengan konsepsi alamiah kita!
Banyak di antara kita memiliki
kelemahan. Jika kita tidak memperhatikannya, ia diam dan tidur saja. Tetapi
jika kita memperhatikannya, apalagi ingin mengatasinya demi kekudusan kita, Ia
akan bangkit, lalu menundukkan kita. Karena itu, paling baik kita tidak
mengutik-utiknya. Puji Tuhan, kita telah memiliki
kelahiran baru, yaitu kelahiran ilahi. Dalam kelahiran baru ini tidak ada
kelemahan. Di dalamnya hanya ada hayat ilahi dengan sifat ilahi dan hukum
ilahi, yang akan membentuk kita dan menyerupakan kita dengan gambar Kristus.
Namun, pembentukan ini memerlukan pertumbuhan hayat, sebab hukum hayat bisa
berfungsi hanya bila hayat bertumbuh. Hukum hayat tidak mengatur kita untuk
meninggalkan dosa, karena ia tidak berada dalam ruang lingkup dosa; ia berada
dalam ruang hngkup hayat ilahi, yang tanpa dosa, dunia, daging, atau ego.
Ketika hayat bertumbuh, hukumnya pun beroperasi, tetapi bukan untuk mengatur
atau mengoreksi kita, melainkan membentuk kita, menyerupakan kita dengan gambar
Putra sulung Allah. Akhirnya, melalui fungsi hukum hayat, kita semua akan
menjadi putra-putra Allah yang matang, dan Allah akan
beroleh ekspresi-Nya secara universal dan korporat.
Sumber: Pelajaran-Hayat Ibrani, Buku 4, Berita 69
No comments:
Post a Comment