Pembacaan Alkitab: Yak. 1:5-11
Yakobus terkenal sebagai orang
yang berdoa. Dalam ayat 5 ia menyuruh para penerima Surat Kirimannya untuk
berdoa meminta hikmat. Ini menyiratkan bahwa hikmatnya adalah pemberian Allah
kepadanya melalui doa. Dalam Surat Kirimannya, ia menekankan doa (5:14‑18). Doa
adalah kebajikan dari praktek kristiani yang sempurna.
Yakobus memberi tahu kita bahwa
jika kita kekurangan hikmat, kita harus memintanya dari Allah. Untuk memiliki
perilaku yang sempurna, keperluan yang mendasar adalah hikmat. Orang yang bodoh
tidak mungkin sempurna. Jika kita penuh hikmat, maka di dalam setiap kegiatan
hidup kita sehari‑hari, kita akan berkelakuan dengan sempurna. Ini menunjukkan
bahwa kesempurnaan tercapai terutama melalui hikmat. Orang yang berhikmat dapat
menjadi sempurna. Akan tetapi, jika kita tidak memiliki hikmat, kita bisa
menyinggung orang lain dengan perkataan kita yang bodoh. Pembicaraan kita bisa
menyatakan bahwa hikmat kita tidak memadai. Ketika kita kekurangan bikmat, kita
perlu memintanya dari Allah.
Perkataan Yakobus di sini
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang saleh dan mengenal Allah. Dalam ayat ini
Yakobus tidak mengatakan, "Jika kamu kekurangan hikmat, belajarlah dari
aku. Aku akan memberikan beberapa pelajaran kepadamu atau beberapa buku untuk
kamu baca. Kemudian kamu akan memiliki hikmat." Yakobus tidak berkata
demikian, melainkan sebagai orang yang saleh, ia menganjuri para pembaca Surat
Kirimannya untuk memintanya kepada Allah. Ia mengenal Allah dan khususnya, ia
mengenal Allah itu murah hati. Dalam ayat ini Yakobus memberi tahu kita bahwa
sewaktu Allah memberi, Ia memberikannya tanpa membangkit‑bangkit. Orang yang
kikir tidak mau memberi, seandainya ia memberi, ia akan memberi dengan disertai
celaan, dengan kata‑kata yang pedas. Tetapi Allah, yang memberi kepada semua
orang dengan murah hati, tidak seperti orang yang semacam itu. Allah memberikan
dengan murah hati, dan Ia memberikannya tanpa membangkit‑bangkit. Sebagai orang
yang saleh, orang yang mengenal Allah, Yakobus menyadari hal ini.
Ayat 6‑8 menunjukkan bahwa
Yakobus sungguh‑sungguh seorang yang saleh. Tidak usah diragukan, ia adalah
seorang yang arif, seorang yang beriman, dan seorang yang berdoa. Sebagai orang
semacam ini, ia mengenal Allah.
Dalam ayat 9‑10
Yakobus meneruskan, "Baiklah saudara seiman yang berada dalam keadaan
yang rendah bermegah apabila ia ditinggikan, dan orang kaya bermegah apabila ia
direndahkan sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput." Ketika seorang
saudara yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah dan bersukacita pada
saat ia ditinggikan, secara spontan ia bisa memuji Tuhan (5:13). Ia tidak seharusnya
bermegah secara sekuler, tanpa memuji Tuhan. Tidaklah sulit bagi seorang
saudara yang berkedudukan rendah untuk bermegah, bersukacita, dan memuji Tuhan
pada saat ia ditinggikan. Tidaklah mudah bagi seorang saudara yang kaya untuk
melakukan hal tersebut pada saat ia direndahkan. Entah pada saat ditinggikan
atau pada saat direndahkan, bersukacita dan memuji merupakan kebajikan dari
praktek kristiani yang sempurna.
Dalam ayat 11 Yakobus
menerangkan, "Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan
melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya.
Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah‑tengah segala usahanya ia
akan lenyap." Benar‑benar suatu perkataan yang serius bagi mereka yang
mengejar kekayaan! Tetapi merupakan suatu perkataan yang menghibur bagi orang
kaya yang direndahkan melalui kehilangan harta mereka.
Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 2
No comments:
Post a Comment