Pembacaan Alkitab: Yak. 1:12
Ayat 2‑12 menyinggung tentang
pencobaan. Pencobaan datang dari lingkungan kaum beriman untuk menguji iman
mereka (ayat 2‑3) melalui penderitaan (ayat 9‑11). Kaum beriman harus menahan
pencobaan dengan segala sukacita (ayat 2) karena kasih mereka terhadap Tuhan,
supaya mereka bisa menerima berkat mahkota hayat. Mahkota hayat mengacu kepada
kemuliaan hayat, ekspresi hayat. Kaum beriman menahan pencobaan bersandarkan
hayat Allah, ini akan menjadi kemuliaan mereka, ekspresi mereka, yaitu mahkota
hayat, sebagai pahala bagi mereka pada saat Tuhan menyatakan diri, untuk
kenikmatan mereka dalam kerajaan yang akan datang (2:5).
Dalam ayat 3‑11 Yakobus
menunjukkan cara untuk menanggung pencobaan‑pencobaan. Jika kita mau menanggung
berbagai pencobaan, mula‑mula kita perlu memohon hikmat kepada Allah. Jika kita
tidak menanggung pencobaan‑pencobaan, ini berarti kita kekurangan hikmat,
karena seorang yang arif selalu menanggung pencobaan. Misalnya, seorang saudara
yang baru menikah telah dilukai oleh istrinya. Kemudian ia mulai
mempertimbangkan kemungkinan untuk bercerai. Itu adalah pikiran yang bodoh.
Jika saudara ini berhikmat, ia tidak akan memikirkan perceraian. Saudara ini
memerlukan hikmat agar bisa bertindak wajar dengan istrinya. Tanpa hikmat,
kelakuan kita sebagai orang Kristen tidak bisa sempurna. Untuk menjadi sempurna
dan khususnya untuk menanggung berbagai pencobaan, kita memerlukan hikmat.
Kalau kita mau menanggung pencobaan, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah
berdoa agar Tuhan memberikan hikmat kepada kita. Tentu saja, berdoa semacam ini
harus dengan iman.
Kedua, jika kita mau menanggung
pencobaan, janganlah mempercayai lingkungan kita sedikit pun, karena lingkungan
bisa berubah. Entah kita ditinggikan atau direndahkan, sikap kita terhadap lingkungan
haruslah tetap sama. Kemudian kita memerlukan suatu pengertian yang tepat
tentang kesia‑siaan hidup manusia. Entah kita kaya atau miskin, tinggi atau
rendah, hidup manusia sia‑sia. Jika kita menyadari hal ini, kita akan sanggup
menanggung berbagai pencobaan dan berbahagia.
Jika kita tidak memiliki hayat
ilahi, kita tidak akan sanggup menanggung pencobaan. Kaum saleh yang menyadari
bahwa mereka memiliki hayat ilahi di dalam mereka dan yang melatih hayat ini
akan memiliki hayat ilahi yang berkembang menjadi mahkota. Mahkota ini adalah
suatu ekspresi yang mulia dari hayat ilahi batiniah yang kita terima melalui
kelahiran ilahi kita. Mahkota ini merupakan pahala yang Tuhan berikan kepada
mereka yang mengasihi‑Nya.
Kita telah nampak bahwa Yakobus
adalah seorang yang saleh, seorang yang mengenal Allah dan mengasihi Tuhan.
Tidak hanya demikian, Yakobus adalah seorang yang berhikmat, seorang yang
berdoa dan beriman, seorang yang memahami situasi nyata dari hidup manusia, dan
juga seorang yang sanggup dan mau menanggung penderitaan dengan sukacita. Akan
tetapi, mungkin saja seorang yang saleh seperti itu tidak memiliki visi yang
jelas mengenai ekonomi Allah. Dari abad ke abad, banyak sekali orang beriman
yang saleh seperti Yakobus. Namun mereka masing‑masing tidak memiliki visi yang
jelas mengenai ekonomi Allah. Hari ini mungkin ada jutaan orang beriman seperti
ini. Kebanyakan orang Kristen mengira menjadi seorang yang saleh seperti Yakobus
sudahlah cukup. Mereka mengira mengenal Allah, mengasihi Allah, menjadi orang
yang berdoa dan beriman, dan sanggup menanggung berbagai pencobaan dengan
sukacita sudahlah cukup. Tetapi bagi kita, hanya dengan menjadi orang yang
saleh seperti itu tidaklah cukup, karena orang‑orang semacam Yakobus itu
mungkin saja tidak mempunyai visi yang tepat mengenai pergerakan Allah di
berbagai zaman.
Sumber: Pelajaran-Hayat Yakobus, Berita 2
No comments:
Post a Comment