Hitstat

13 April 2016

1 Petrus - Minggu 6 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:8-12
Doa baca: 1 Ptr. 1:9
Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.


Meskipun kita belum pernah melihat Tuhan Yesus, kita mengasihi Dia. Pada saat ini kita tidak melihat Dia, tetapi kita percaya kepada-Nya. Selain itu, menurut ayat 8, kita bergembira dengan rasa sukacita yang penuh mulia dan tidak terkatakan. Ini adalah sukacita yang tidak mampu kita utarakan. Hal-hal yang ajaib juga tidak terkatakan. Dalam ayat 8 ini Petrus menggunakan ungkapan yang khusus -- "sukacita yang penuh mulia". Sukacita yang penuh mulia adalah sukacita yang tercelup ke dalam ekspresi Allah.

Dalam ayat 10-11 Petrus mengatakan bahwa para nabi bernubuat tentang anugerah yang diuntukkan bagi kita, bahwa mereka menyelidiki dan meneliti, dan bahwa mereka sebelumnya bersaksi tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Petrus kelihatannya melompat dari satu butir ke butir yang lain. Dalam ayat 12 dia menyimpulkan bagian ini dengan mengatakan, "Kepada mereka telah dinyatakan bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan orang-orang, yang oleh Roh Kudus yang diutus dari surga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat."

Ayat-ayat ini ditulis bukan menurut pengetahuan agamawi atau pengetahuan filosofis. Ayat-ayat ini ditulis menurut pengalaman rohani Petrus. Karena alasan ini, tulisan Petrus tidak biasa, tidak umum. Hal ini seharusnya memperkuat kepercayaan kita kepada Allah. Jika tidak ada Allah, bagaimana perkataan semacam ini dapat ditulis? Perkataan ini tidak hanya mempersaksikan ada Allah, tetapi juga ada Anak Allah, bernama Yesus Kristus. Selain itu, ada yang disebut Roh Kudus. Allah Tritunggal ini tentunya telah bekerja di dalam Petrus, penulis ayat-ayat ini. Karena itu, Petrus memiliki pengalaman atas Allah Tritunggal.

Sumber dan tumpuan tulisan Petrus bukanlah agama atau filsafat. Sumber dan tumpuan tulisan Petrus adalah pengalaman atas Allah Tritunggal yang beroperasi di dalamnya. Petrus mengumpulkan pengalamannya yang banyak dan menuangkannya dalam tulisan. Petrus tidak memperhatikan gaya kesusasteraan; dia hanya memperhatikan butir-butir yang sejati dari pengalamannya atas Allah Tritunggal.

Ketika Petrus menulis Surat Kirimannya yang pertama, dia tentu diilhami oleh Allah. Tidak ada pikiran manusia yang mampu menghasilkan karya sedemikian. Tidak ada filsuf atau guru etika yang bisa menulis seperti ini. Dalam sejarah, tidak ada seorang pun yang telah menulis hal-hal semacam ini, dan hari ini, tidak ada seorang pun dapat menulis hal-hal semacam ini. Siapa yang dapat menemukan semua istilah yang digunakan oleh Petrus? Siapa yang dapat memikirkan berbagai butir ini? Jawabannya adalah tidak ada seorang pun yang dapat menemukan istilah-istilah ini atau memikirkan butir-butir ini. Bahkan filsuf-filsuf Yunani pun tidak ada yang pernah membayangkannya. Semua butir ini bersumber pada Allah sendiri.

Allah tidak hanya menciptakan istilah-istilah ini, tetapi Dia juga menggarapkan diri-Nya ke dalam seorang nelayan seperti Petrus, sehingga meskipun dia bukan orang yang terpelajar, dia bisa menulis komposisi ini dengan butir-butir yang menakjubkan. Ketika kita membaca 1 Petrus 1, kita perlu menjamah roh Petrus seperti yang terekspresi dalam tulisannya. Jika kita melakukan hal ini, kita akan nampak bahwa tulisannya bukan tulisan insani. Tulisan Petrus itu rohani dan ilahi. Di sini kita nampak wahyu ilahi yang terekspresi melalui keinsanian.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 10

No comments: