Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:13
Doa baca: 1 Ptr. 1:13
Sebab itu, siapkanlah
akal budimu, waspadalah dan berharaplah sepenuhnya pada anugerah yang akan
diberikan kepadamu pada saat Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak.
Kata "Sebab itu" pada
permulaan ayat 13 ini berdasar pada semua kebenaran ilahi yang ada dalam ayat 1-12.
Masalah terpilihnya kita menurut pengenalan dini Allah tidak hanya doktrin, melainkan
kebenaran, realitas. Adalah suatu realitas bahwa Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus telah melahirkan kita kembali kepada pengharapan yang hidup. Selain
itu, adalah suatu kebenaran bahwa pengharapan yang hidup ini adalah suatu
warisan yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, dan tidak dapat layu, yang
disimpan bagi kita di surga. Dalam kedua belas ayat ini kita memiliki sejumlah besar
kebenaran, realitas.
Dengan semua kebenaran ini
sebagai dasar, Petrus mendorong kita untuk menyiapkan pikiran kita dan waspada.
Kita tidak seharusnya membiarkan pikiran kita mengembara, dan kita tidak seharusnya
mabuk atau terbius. Waspada adalah tidak terbius, siuman dari pingsan. Karena
itu, dalam ayat 13 Petrus menyuruh orang beriman Yahudi melupakan latar
belakang agamawi mereka, waspada, dan tidak lagi mengembara dalam pikiran
mereka.
Menyiapkan pikiran kita
sesungguhnya adalah menyucikan jiwa kita. Setiap kali pikiran kita mengembara,
jiwa kita tidak bersih. Pikiran yang menyimpang membuat pikiran kita
mengembara. Pikiran yang menyimpang ini bisa memasuki pikiran kita sebagai
panah api. Ketika pikiran kita mulai mengembara, jiwa kita menjadi tidak
bersih. Jika situasi kita demikian, kita perlu menyucikan jiwa kita. Tetapi bagaimana
kita dapat menyucikan jiwa kita? Kita memurnikan jiwa kita melalui menyiapkan
pikiran kita, menaruhnya pada satu hal, tidak mengizinkannya mengembara.
Panah api dari pikiran yang
menyimpang tidak hanya mengganggu pikiran kita, tetapi juga mengotori emosi dan
tekad kita. Akibatnya, kita tidak bersih di dalam Tuhan dan di hadapan Tuhan.
Hal ini membuat kita sulit bagi kita untuk memuji Tuhan dengan tulus.
Pencemaran ini juga dapat merusak
tekad kita. Kita sulit mengambil keputusan, karena kita memiliki dua sasaran. Karena
itu, seluruh jiwa kita menjadi tidak murni. Pikiran kita mengembara, emosi kita
terbagi, dan tekad kita terusak. Dalam kasus yang sedemikian ini, kita perlu
penyucian jiwa kita.
Allah tidak akan menyucikan
jiwa kita bagi kita. Kita perlu melakukan hal ini sendiri melalui ketaatan kita
kepada kebenaran yang kita dengar dan terima. Misalkan seorang saudara bergumul
sejangka waktu mengenai pemulihan Tuhan. Akhirnya, demi belas kasihan Allah dan
pergerakan dari Roh yang menguduskan di dalam dia, dia menyatakan, "Puji
Tuhan! Pikiranku disiapkan dengan satu tujuan. Emosiku sepenuhnya ditujukan
kepada satu Persona yaitu Tuhan itu sendiri. Aku tidak memiliki sasaran yang lain
untuk dikasihi. Karena itu, tekadku akan membuat keputusan yang kuat: aku bagi Tuhan,
dan aku bagi pemulihan Tuhan. Aku tidak mempedulikan apa-apa lagi." Ini
adalah ketaatan kepada kebenaran. Ketaatan yang sedemikian ini kepada kebenaran
menjadi sarana yang dengannya kita menyucikan jiwa kita. Karena itu, dalam ayat
22 Petrus memberi tahu kaum beriman Yahudi bahwa mereka telah menyucikan jiwa mereka
dengan ketaatan kepada kebenaran. Kebenaran ini disalurkan dalam firman
pengudusan Allah.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 14
No comments:
Post a Comment