Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:22-25
Doa baca: 1 Ptr. 1:25
Tetapi firman Tuhan tetap
untuk selama-lamanya." Firman inilah Injil yang diberitakan kepada kamu.
Dalam ayat 22 Petrus
mengatakan bahwa kita menyucikan jiwa kita oleh ketaatan kepada kebenaran
sehingga kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena
penyucian jiwa kita menyebabkan seluruh diri kita terpusat kepada Allah, maka kita
dapat mengasihi-Nya dengan segenap hati kita, dengan segenap jiwa kita, dan dengan
segenap pikiran kita (Mrk. 12:30), hasilnya ialah kasih persaudaraan yang tulus
ikhlas. Kita dengan membara dari hati mengasihi semua orang yang Allah kasihi. Pertama,
kelahiran kembali Allah menghasilkan kehidupan yang kudus. Kemudian pengudusan-Nya
(penyucian) menghasilkan kasih persaudaraan.
Apa arti kata
"tulus"? Artinya tidak berpura-pura atau tidak munafik; secara
khusus, tulus berarti tidak mengenakan topeng. Berpura-pura berarti mengenakan
topeng untuk menyembunyikan apa yang sesungguhnya kita rasakan. Berpura-pura adalah
menjadi sesuatu yang bukan kita. Kasih persaudaraan yang tulus ikhlas adalah
kasih persaudaraan yang murni, tanpa kepura-puraan, adalah kasih persaudaraan tanpa
topeng apa pun. Dalam ayat 22, kata "tulus" ini sangat penting. Hal
ini menunjukkan bahwa melalui penyucian jiwa kita, semua topeng telah
disingkirkan.
Ketika kita menyucikan jiwa
kita dengan ketaatan kita kepada kebenaran, kita dapat mengasihi satu sama lain
dengan membara dari hati kita. Dalam ayat 22 terdapat penyucian jiwa kita dan
mengasihi dari hati. Mengasihi dari hati berarti memiliki kasih yang tidak
hanya berasal dari bagian jiwa kita, tetapi juga dari hati nurani kita. Hati
nurani kita bersaksi bahwa kita mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang
tulus ikhlas. Ketika hati nurani kita memiliki kesaksian demikian, berarti kita
mengasihi dari hati. Tetapi jika hati nurani kita tidak meneguhkan kasih kita
atau bersaksi mengenainya, berarti kasih kita hanya berasal dari jiwa. Hal ini
bukanlah kasih yang berasal dari hati, karena hati nurani bukanlah bagian dari
jiwa, tetapi adalah bagian dari hati.
Ayat 23 menunjukkan bahwa kita
telah dilahirkan kembali melalui firman Allah yang hidup dan yang berhuni. Kita
tidak dilahirkan kembali dari benih yang dapat binasa. Benih adalah wadah hayat.
Firman Allah, sebagai benih yang tidak binasa, mengandung hayat Allah. Karena
itu, firman Allah hidup dan tinggal di dalam kita. Melalui firman ini kita
dilahirkan kembali. Firman hayat Allah yang hidup dan yang tinggal di dalam
kita inilah yang menyalurkan hayat Allah ke dalam roh kita untuk melahirkan
kembali kita.
Karena kita telah dilahirkan
kembali secara demikian, kita perlu memperhatikan benih yang ada di dalam kita,
dan kita seharusnya tidak mempedulikan perkataan apa pun yang menentang dari mereka
yang beroposisi dengan pemulihan Tuhan. Kita tidak boleh mendengarkan perkataan
mereka yang menentang, kita perlu memperhatikan benih ini. Kita seharusnya
memeriksa segala sesuatu berdasarkan benih yang ada di dalam kita.
Selain itu, berdasarkan benih
yang ada di dalam kita, benih ini diterima melalui kelahiran kembali, kita
perlu menyucikan jiwa kita. Jangan mendengarkan perkataan yang menentang dari para
agamawan. Sebaliknya, perhatikanlah benih yang ada di dalam. Siapkan pikiran
Anda, konsentrasikan pada emosi Anda, dan kuatkan tekad Anda. Kemudian buatlah
keputusan yang kuat bagi pemulihan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan
menyucikan jiwa kita. Jika Anda menyucikan jiwa Anda dengan cara ini, hasilnya
adalah kasih persaudaraan yang tulus ikhlas.
Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 14
No comments:
Post a Comment