Hitstat

27 April 2016

1 Petrus - Minggu 8 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Ptr. 1:22-25
Doa baca: 1 Ptr. 1:25
Tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Firman inilah Injil yang diberitakan kepada kamu.


Dalam ayat 22 Petrus mengatakan bahwa kita menyucikan jiwa kita oleh ketaatan kepada kebenaran sehingga kita dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Karena penyucian jiwa kita menyebabkan seluruh diri kita terpusat kepada Allah, maka kita dapat mengasihi-Nya dengan segenap hati kita, dengan segenap jiwa kita, dan dengan segenap pikiran kita (Mrk. 12:30), hasilnya ialah kasih persaudaraan yang tulus ikhlas. Kita dengan membara dari hati mengasihi semua orang yang Allah kasihi. Pertama, kelahiran kembali Allah menghasilkan kehidupan yang kudus. Kemudian pengudusan-Nya (penyucian) menghasilkan kasih persaudaraan.

Apa arti kata "tulus"? Artinya tidak berpura-pura atau tidak munafik; secara khusus, tulus berarti tidak mengenakan topeng. Berpura-pura berarti mengenakan topeng untuk menyembunyikan apa yang sesungguhnya kita rasakan. Berpura-pura adalah menjadi sesuatu yang bukan kita. Kasih persaudaraan yang tulus ikhlas adalah kasih persaudaraan yang murni, tanpa kepura-puraan, adalah kasih persaudaraan tanpa topeng apa pun. Dalam ayat 22, kata "tulus" ini sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa melalui penyucian jiwa kita, semua topeng telah disingkirkan.

Ketika kita menyucikan jiwa kita dengan ketaatan kita kepada kebenaran, kita dapat mengasihi satu sama lain dengan membara dari hati kita. Dalam ayat 22 terdapat penyucian jiwa kita dan mengasihi dari hati. Mengasihi dari hati berarti memiliki kasih yang tidak hanya berasal dari bagian jiwa kita, tetapi juga dari hati nurani kita. Hati nurani kita bersaksi bahwa kita mengasihi saudara-saudara dengan kasih yang tulus ikhlas. Ketika hati nurani kita memiliki kesaksian demikian, berarti kita mengasihi dari hati. Tetapi jika hati nurani kita tidak meneguhkan kasih kita atau bersaksi mengenainya, berarti kasih kita hanya berasal dari jiwa. Hal ini bukanlah kasih yang berasal dari hati, karena hati nurani bukanlah bagian dari jiwa, tetapi adalah bagian dari hati.

Ayat 23 menunjukkan bahwa kita telah dilahirkan kembali melalui firman Allah yang hidup dan yang berhuni. Kita tidak dilahirkan kembali dari benih yang dapat binasa. Benih adalah wadah hayat. Firman Allah, sebagai benih yang tidak binasa, mengandung hayat Allah. Karena itu, firman Allah hidup dan tinggal di dalam kita. Melalui firman ini kita dilahirkan kembali. Firman hayat Allah yang hidup dan yang tinggal di dalam kita inilah yang menyalurkan hayat Allah ke dalam roh kita untuk melahirkan kembali kita.

Karena kita telah dilahirkan kembali secara demikian, kita perlu memperhatikan benih yang ada di dalam kita, dan kita seharusnya tidak mempedulikan perkataan apa pun yang menentang dari mereka yang beroposisi dengan pemulihan Tuhan. Kita tidak boleh mendengarkan perkataan mereka yang menentang, kita perlu memperhatikan benih ini. Kita seharusnya memeriksa segala sesuatu berdasarkan benih yang ada di dalam kita.

Selain itu, berdasarkan benih yang ada di dalam kita, benih ini diterima melalui kelahiran kembali, kita perlu menyucikan jiwa kita. Jangan mendengarkan perkataan yang menentang dari para agamawan. Sebaliknya, perhatikanlah benih yang ada di dalam. Siapkan pikiran Anda, konsentrasikan pada emosi Anda, dan kuatkan tekad Anda. Kemudian buatlah keputusan yang kuat bagi pemulihan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan menyucikan jiwa kita. Jika Anda menyucikan jiwa Anda dengan cara ini, hasilnya adalah kasih persaudaraan yang tulus ikhlas.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Petrus, Buku 1, Berita 14

No comments: